Judul asli: The Tattooist of Auschwitz - Juru Tato dari Auschwitz Penulis: Heather Morris
Alih bahasa: Lulu Wijaya
Editor: Rosi L. Simamora
ISBN: 9786020642802
Halaman: 304
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Gramedia Pustaka
Rating: 4/5
"Tahukah kamu Tätowierer? Aku berani bertaruh kau satu-satunya Yahudi yang pernah masuk oven, lalu keluar lagi."
Dia tertawa keras, menepuk punggung Lale, dan berjalan mendahului.
~The Tattooist of Auschwitz - Juru Tato dari Auschwitz, hal 161~
Kisah mengenai kekejaman perang selalu membuat hati terenyuh. Buku Between Shades of Gray misalnya, mengisahkan tentang kekejaman tentara Rusia. Komen singkat bisa dibaca di sini. Kekejaman Jerman terutama masa-masa Holocaust, sering kali dijadikan sebagai latar belakang novel. Kisah Man's Search for Meaning dan The Will to Meaning dari Viktor E Frankl sebagai contoh.
Demikian juga dengan kisah ini. Merupakan kisah nyata tentang sepasang penyintas yang menjadikan cinta sebagai kekuatan untuk bisa bertahan hidup selama berada di kamp konsentrasi. Beda dengan kisah yang lain, bumbu percintaan dalam kisah ini menjadi kunci.
Ludwig Eisenberg-Lale adalah si nomor 32407. Ia dipilih untuk menjadi Tätowierer-orang yang bertugas membuat tato nomor tahanan, karena melihat beberapa pemuda berusaha menyelamatkan dirinya meski mereka sendiri dalam kondisi ketakutan dan sangat kelaparan. Selain itu, ia memiliki kemampuan beberapa bahasa, yang dianggap akan berguna bagi pihak Schutzstaffel-SS kelak.
|
https://www.goodreads.com/ book/show/43622886
|
Sebagai seorang Tätowierer ia mendapat banyak keuntungan. Dengan membawa tas berisi peralatan untuk tato, ia bisa berkeliaran ke mana saja selama masih dalam di kamp, mendapat makanan lebih, dan kamar bagi dirinya sendiri. Ia memanfaatkan kelebihannya untuk membantu sesama. Baginya menyelamatkan satu orang, sama dengan menyelamatkan dunia.Ia membagi roti ekstra yang ia peroleh dengan orang yang dianggap paling membutuhkan. Dengan perhiasan sitaan orang Yahudi yang dibunuh, yang ia peroleh diam-diam, ia membeli sosis, coklat, apa saja yang bisa dibeli untuk dibagikan pada tahanan yang lain. Termasuk membeli keamanan bagi yang membutuhkan.
Bagaimana Lale membangun jaringan untuk menolong sesama sangatlah mengagumkan. Diceritakan beberapa nyawa selamat karena campur tangannya. Ia mempergunakan perhiasan dan koneksi dengan bijak. Meski hal tersebut sempat nyaris membuatnya celaka.
Seseorang sudah pernah memberi peringatan pada Lale, "Kekuatanmu dapat menjadi kelemahan, mengingat situasi kita saat ini. Daya tarik dan murah senyum dapat membuatmu jatuh dalam kesulitan." Tapi ia tetap merasa perlu menyelamatkan jiwa seseorang demi menyelamatkan dunia.
Suatu ketika, ia mendapat tugas untuk membuat tato beberapa wanita. Ada satu yang menarik hatinya. Ia menerima kertas yang disodorkan gadis itu dan mulai membuat tato, nomor 4562. Nama gadis itu Gina. Cinta pada pandangan pertama.
Untuk bisa sering bersama dengan Gina, Lale harus melakukan banyak hal. Dari membuatnya pindah tugas ke tempat yang lebih aman, hingga memberikan coklat agar bisa menghabiskan waktu bersama. Mereka tak tahu berapa lama lagi waktu mereka bersama, setiap kesempatan harus dimanfaatkan secara maksimal.
"Bercinta kapan saja, dan di mana saja kita mau. Kita mungkin tidak bebas, tapi aku memilih sekarang dan aku memilih di sini. Bagaimana?" Demikian menurut Lale
Melalui penuturan Lale pada sang penulis, kita bisa mengetahui kondisi kamp konsentrasi di Krompachy (Slovakia) serta Oświęcim (Auschwitz-Poland). Bagaimana para tahanan menghadapi hari-hari dengan penuh ketakutan berharap esok mereka masih hidup. Kisah percintaan Lale dan Gita menjadi bagian yang mengharukan. Membawa kadar romantis pada level yang berbeda dalam kisah ini. Jika saya yang bukan penggemar kisah roman saja menyukai, maka pembaca yang merupakan fans roman garis kerasa, tentu akan suka kisah ini.
Mereka hanya tahu nama masing-masing, serta nomor yang ditato. Belakangan, penulis menemukan bahwa nomor Gita yang diingat oleh Lale berbeda. Tapi hal itu tak penting. Bagaimana cinta bisa membuat segala hal menjadi mungkin. Meski keduanya terpisah, namun kekuatan cinta membuat mereka bersama.
Bagian bagaimana keduanya bertemu kembali, dikisahkan secara datar. Padahal bagaimana Lale bisa berhasil menemukan Gina, tentunya butuh banyak perjuangan. Sayangnya bagian ini kurang porsinya. Entah karena Lale yang enggan bercerita, atau memang keduanya ditakdirkan bertemu dengan mudah.
|
https://www.goodreads.com/book /show/37646224-il-tatuatore- di-auschwitz |
Dengan begitu banyak kisah menyentuh hati, saya tak bisa menuliskan ulang. Rasa kagum muncul mengetahui bagaimana semangat para tahanan di kamp konsentrasi untuk bertahan hidup sungguh luar biasa.
Tidak ada perbedaan ras, agama dan jenis kelamin, yang ada rasa kebersamaan sebagai sesama tahanan yang berjuang untuk bertahan hidup. Saling membantu tanpa pamrih, bahkan memikirkan keselamatannya sendiri.
Meski penuh dengan adegan menyedihkan, mau tak mau, saya tertawa ketika membaca bagaimana Lale berusaha membuktikan bahwa ia adalah seorang Katolik dengan melepas tali penahan celana panjangnya dan nyaris membuka celana dalamnya. Terbayangkan betapa sebalnya wajah Komandan di Vienna yang bertanya.
Pada bagian akhir buku, kata penutup dari anak tunggal keduanya kembali membawa saya pada nuansa sedih. Kepahitan hidup membuat keduanya begitu kuat menghadapi segala kejadian dalam hidup. Toh mereka sudah pernah mengalami perasaan ketakutan apakah besok masih hidup, jadi hal lain bukanlah apa-apa.
|
https://www.goodreads.com/book/show /48548932-the-tattooist-of-auschwitz |
Dalam situs Godreads, terdapat 144 edisi. Kebanyakan sampul buku atau kover mengambil tema tangan pria dan wanita yang saling bertautan dengan latar belakang garis-garis. Hanya sedikit yang mengambil tema berbeda. Versi bahasa Italia malah cenderung romantis, jauh dari kesan suram yang diusung buku ini.
Versi bahasa Indonesia menurut saya adalah yang paling tepat. Dengan nuansa warna abu-abu, beberapa tangan yang seakan disodorkan untuk siap ditato, sudah mewakili isi buku. Nuansa suram juga terbawa hanya dengan melihat buku ini. Meski demikian, dilain sisi juga membuat penasaran bagi yang melihat.
Masih dari situs Godreads, ternyata ada buku kedua. Namun kisahnya bukan tentang Lale dan Gina, tapi mengenai salah satu gadis yang pernah ditawan brsama Gina. Sosok yang pernah menyelamatkan nyawa Lale.
Ah! Saya ingat sosok itu. Apa yang ia alami lebih berat dari Gina. Walau bagaimana, Gina memiliki Lale yang selalu mendampinginya setiap saat. Ikatan keduanya menjadi kekuatan bagi Gina. Sedangkan gadis itu, ia hanya mengandalkan pertemanan dengan sesama gadis. Ia beruntung pernah mendapatkan bantuan dari Lale, ia juga sudah membalaskan budi dengan berlipat, walau mereka tak saling menghitung. gadis yang malang!
Buku yang mendapat perhargaan Audie Award for Fiction (2019) dan Goodreads Choice Award
Nominee for Historical Fiction and for Debut Author (2018), semula adalah skenario film yang telah meraih berbagai peringkat dalam aneka lomba tingkat internasional.
Membaca kisah ini bisa menjadi pemicu semangat untuk menjalani kehidupan. Beratnya kehidupan yang kita jalani, belum seberapa dibandingkan dengan mereka berdua. Jika Lale dan Gita bisa, berarti kita juga bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar