Senin, 21 Agustus 2017

2017#46: Kisah Xu Sanguan Si Penjual Darah

Penulis: Yu Hua
Penerjemah: Agustinus Wibowo
ISBN: 9786020339191
Halaman: 288
Cetakan: Pertama-April 2017
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 78.000
Rating: 3.25/5

Kalau kamu naik ke ranjang buat tidur, atau kalau kamu mengangkat nasi satu mangkuk buat dimakan, atau kalau kamu pergi dari rumahku ke rumah Genlong hanya beberapa puluh langkah, kamu tidak perlu menghabiskan banyak tenaga. Tenaga ini keluarnya dari otot. Tapi kalau kamu kerja di sawah, atau kamu bawa pikulan seratus kati sampai ke kota, kamu mesti menguras semua tenaga. Tenaga ini keluarnya dari darah.
  
Siapa yang tak tergoda membaca judul buku ini. Kata Jual Darah jelas mampu membuat mata melirik. Setidaknya bagi saya yang berpendapat menjual darah adalah hal tak bermoral!

Tapi tentunya berbeda dengan kisah ini. Dalam Kisah Seorang Pedagang Darah, urusannya tidak semata hanya melakukan transaksi jual-beli darah saja. Tapi ada banyak unsur yang terkandung dalam kisah ini.

Dibuka dengan kisah mengenai awal mula tokoh utama kisah ini Xu  Sanguan mulai mengetahui tentang menjual darah. Bersama dua orang saudaranya ia mulai petualangan pertama jual darah. Berbagai tips ia peroleh agar bisa menjadi seorang penjual darah handal.

Tidak hanya tips bagaimana mempersiapkan diri agar darah yang diambil bisa banyak, atau bagaimana merawat diri sesudah darah diambil. Tapi tips bagaimana menghadapi petugas yang menentukan apakah seseorang sudah memenuhi kriteria untuk bisa diambil darahnya.

http://goodreads.com
Selanjutnya, mulai bab kedua hingga kesebelas, pembaca justru disuguhi kisah mengenai kehidupan  Xu Sanguan hingga menikah dengan  Xu Yulan dan memiliki tiga orang anak  laki-laki.

Dari ketiga anak tersebut ada satu anak yang paling  Xu Sanguan sayang. Walau itu pada suatu bagian sudah disebutkan bahwa itu bukan anak kandungnya, namun tetap saja membaca bagian tersebut memicu rasa haru. Walau sudah berupaya untuk tidak menyukainya, ada saja hal yang membuat Xu Sanguan tetap lebih mencintai anak tersebut.

Kisah yang menceritakan bagai sosok sang istri diarak ramai-ramai karena dianggap melakukan pelacuran tak kalah mengharukan. Xu Sanguan mengirim nasi dengan aneka daging tersembunyi di bagian bawah agar tubuh sang istri kuat menghadapi berbagai siksaan fisik.

Ia juga memohon agar perselingkuhan yang ia lakukan karena kesal pada sang istri tidak dilaporkan. Karena jika ia juga tertangkap maka tak ada lagi yang mau mengurus sang istri yang sedang disiksa masyarakat. Bahkan ketiga anaknya juga menjauh karena malu dicap sebagai anak seorang pelacur.

Begitulah kasih sayang yang diajarkan dalam kisah ini, melewati perihal kaitan darah.  Mengharukan sekali bagian-bagian tersebut.
Versi Bahasa Italia

Secara garis besar, buku ini memberikan gambaran mengenai kehidupan sosial saat terjadi Revolusi Budaya era Mao.  Kehidupan mereka tidak bisa dikatakan susah walau tidak juga mudah.

Ada suatu saat ketika Xu SAnguan terpaksa menjual darah dalam jarak waktu yang sangat dekat. Ia sudah tak memikirkan keselamatannya lagi, yang utama ia mendapat uang. Urusan lain biarlah belakangan diurus. 

Membaca buku ini membuat perasaan saya beragam ala permen tersohor itu. Ada bagian yang membuat saya begitu terharu akan sikap Xu  Sanguan sebagai seorang ayah. Ia rela melakukan hal berbahaya demi nyawa anak kesayangannya, padahal bukan dari benihnya.

Lain waktu, saya mengeluarkan makian (dengan sopan tentunya) membaca bagaimana tengilnya seluruh anggota keluarga ini. Sang ayah yang mulai tertarik perempuan lain hanya karena ingin membalas dendam pada  istrinya. Anak yang merasa diabaikan, ayah kandung yang tak mengakui anaknya, hingga istri yang terpaksa menikah.

Pembaca akan menemukan banyak kata yang berulang plus urusan air mata jatuh berderai. Mungkin bagi yang tak sabar, akan menyebutkan bagian lebay.

Versi Bahasa Serbia
Untuk urusan alih bahasa, sepertinya buku ini cukup menyenangkan untuk dibaca. Tak ada kesan kekakuan bahasa, termasuk bagian ketika Xu Yulan melakukan kebiasaannya menangis sambil mengomel.

Menemukan kata"anteng" dalam buku ini rasanya aneh. Kalimat di halaman 223 tertulis,"Setelah Xu Sanguan anteng di ranjang. Xu Yulan baru mulai membersihkan meja." Jadi meluncur ke KBBI sekedar memastikan makna yang pas dengan kalimat tersebut.

Kisah yang dimulai dengan adegan perkenalan Xu Sanguan dengan menjual darah, diakhiri dengan kisah Xu Yulan yang menemani Xu Sanguan menikmati hidangan yang  dulu hanya bisa ia nikmati setelah menjual darah.

Kisah yang aslinya berjudul Xǔ Sānguān Mài Xuè Jì  telah diterjemahkan dalam banyak bahasa. Penulisnya sendiri juga telah memenangkan beberapa penghargaan, antara lain: Grinzang Cavour Prize (1998); James Joyce Award (2002);  James Joyce Award (2002), Ordre des Arts et des Lettres of France (2004); Ordre des Arts et des Letters of France (2004); Barnes & Noble Discovery Grat New Writers Award (2004); Spesial Books Award of China (2004); Prix Courrier Internasional (2008).

Kisah yang menghibur juga mengharukan.


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar