Jumat, 16 November 2012

Blood Red Road (Dust Lands, #1)


Pengarang : Moira Young
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Dhewiberta
ISBN: 9789794337066
Halaman: 504
Penerbit: Mizan Fantasi/Bentang Pustaka
Harga: Rp 64.000.00

Keinginan untuk bertemu dan menyelamatkan  orang terkasih membuat seseorang mampu melakukan apa saja, bahkan bertarung melawan apapun. Kadang keinginan serta tekat yang begitu kuat mampu menciptakan kekuatan yang maha dasyat.

 Itu juga yang terjadi dengan Saba, Sang Malaikat Kematian.
Ia disebut malaikat Kematian karena tidak pernah kalah dalam pertarungan. Setiap kali mereka membawanya ke kerangkeng, ia membiarkan gejolak menguasainya dan terus bertarung hingga menang.
Pilihannya dia atau gadis lawannya yang mati! Saba hanya tahu dua hal, ia menang maka akan ada kesempatan untuk kabur dan mencari Lugh saudara kembarnya. Jika ia kalah, apalagi sampai tiga kali maka sama artinya dengan pemukulan masal, jalan menuju kematian dan pastinya ia tak bisa bertemu Lugh.

 Ia sangat ingin bisa lolos dari kurungan dan mencari Lugh yang diculik. Penculikan Lugh dikarenakan ia merupakan Bocah Emas, anak yang lahir di pertengahan musim dingin. Lugh merupakan anak yang lahir untuk dibunuh pada pertengahan musim panas. Dibunuh agar raja bisa hidup. Sayangnya sang pemberi informasi tidak menyadari kelahiran Saba dua  jam sesudah Lugh, hingga ia tak tahu ada dua anak Emas.

Perjalanan Saba mencari Lugh jelas bukan perjalanan mudah ala plesiran. Ada Emmi si bungsu yang keras kepala, selalu mengikuti dan cenderung melawan semua perintah Saba. Sebagai saudara kembar, jelas Saba lebih dekat dengan Lugh dari pada Emmi. Namun Emmi juga cukup dekat dengan Lugh sehingga ia merasa berkewajiban juga untuk menyelamatkannya. Jika Emmi yang diculik, secara jujur belum tentu Saha mencarinya seperti ia mencari Lugh. Hubungan saudara kembang memang kadang aneh.

Saba yang polos harus belajar banyak hal. Ia harus belajar untuk tidak begitu saja percaya pada kebaikan seseorang jika tidak ingin celaka lagi. Di lain waktu. ia harus pasrah dan percaya pada orang lain. Bukan hal mudah tapi waktu mengajarinya banyak hal. Setiap hari dalam hidupnya adalah perjuangan.

Kisah romantis juga ikut menjadi bumbu dalam kisah ini. Penulis seakan ingin menunjukkan sekuat apapun, sehebat apapun Saba bertarung ia juga seorang perempuan yang membutuhkan kasih sayang. Penulis membuat adegan percintaan dengan apik, Pembaca diajak merasakan kegalauan hati Saba saat panah asmara mendarat.


Buku ini mengingatkan saya pada beberapa buku kisah fantasi lainnya. Tokoh yang selalu bersama membuat saya segera teringat pada kisah tentang permainan bertahan hidup. Tapi begitulah sebuah kisah, kadang terinspirasi oleh kisah-kisah lainnya. Burung gagak peliharaan Saba, Nero bisa dikatakan selalu ada saat dibutuhkan. Kebetulan yang sungguh luar biasa. Hal ini mungkin saja bisa dimaklumi mengingat gagak adalah burung yang cerdas.

Secara keseluruhan buku ini cukup menarik untuk dibaca, kalau pun ada beberapa hal janggal sepertinya bisa dimaklumi, Tak ada yang sepurna dalam sebuah karya manusia, apalagi konon ini adalah kisah pertamanya.  Penulis sukses menawarkan kisah tentang cinta kasih dari sudut yang berbeda, cinta kisah antara dua saudara kembar. 


Jangan lupa simak http://www.youtube.com/watch?v=h734qfd2X1s

2 komentar:

  1. Bukunya bagus, saya sudah baca. Makasih informasinya.

    BalasHapus
  2. saya pernah baca buku ini, memang bagus alur ceritanya menggiring emosi

    BalasHapus