Sabtu, 27 Oktober 2012

Homeless Bird, Perjalanan Kehidupan Seorang Wanita India

Judul asli : Homeless Bird
Penulis :Gloria Whelan
Penerjemah: Ida Wajdi
Penyunting: Jia Effendi
Penyelaras Aksara: Fenty Nadia
Pewajah Isi: Aniza Pujiati
ISBN: 978-979-024-504-4
Halaman: 182
Harga: Rp. 24.900,00
Aku adalah kata-kata, engkaulah melodinya; aku adalah benih, engkau pengusungnya; surga adalah aku, bumi adalah engkau
 
Aku sangat peduli padamu.
Aku merindukanmu saat kau pergi

Perempuan India selalu menjadi obyek menderita di beberapa kisah yang saya baca. Ada yang tokoh perempuan harus pasrah dihamili oleh menantu keluarga dimana ia dan sang ibu menggantungkan nasibnya. Bukannya mendapat perlindungan, ia malah dituduh menggoda sang menantu. Ada kisah yang membuat bagaimana susahnya seseorang menyakinkan orang tuanya bahwa tak perlu malu mempunya anak perempuan yang belum menikah. Kisah lain menceritakan bagaimana sang menantu harus memiliki dua kehidupan. Saat di rumah ia harus merendah demi suami dan keluarganya, saat bekerja dia mengeluarkan semua potensinya. 

Sekilas perjalanan kehidupan Koly bak film India, dimana tokoh utamanya akan dikisahkan bahagia, menderita lalu diakhiri dengan kisah bahagia lagi. Koly hanya seorang anak perempuan tengah berusia tiga belas tahun saat kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya. Bukan berasal dari keluarga kaya, tentunya mas kawin merupakan hal yang harus disiapkan dengan seksama. Dan seperti tradisi India, pihak pengantin wanitalah yang harus menyerahkan mas kawin. 

Malangnya nasib Koly, keluarga sang suami bukan menginginkan dirinya tapi mas kawin yang dibawanya.  Memang keluarga suami yang materialistis bukan hal baru lagi di India. Keluarga Hari, nama suami Koly hanya menginginkan mas kawin untuk membiayai perjalanan pengobatan Hari. Sungguh malang nasib Koly, ia menggenakan sari putih murah secepat ia meninggalkan rumah orang tuanya.

Sari atau saree atau shari adalah jenis kain yang berasal dari era 100 SM, dipakai wanita di negara India, Bangladesh, Nepal, serta Sri Langka Bentuknya berupa helaian kain  lebar yang tidak dijahit, variasinya beragam dengan panjang 4-9 meter yang dipakaikan di badan dengan bermacam-macam gaya. Jenis yang paling umum adalah sari yang dililitkan di pinggang, dengan ujungnya yang disangkutkan dari bahu ke punggung belakang. Sari biasanya dipakai menutupi petticoat atau baju bagian dalam,  dengan blus choli atau ravika. Sari juga  dikenakan berdasarkan wilayah, kasta, kegiatan, serta agama.

Sejujurnya saya nyaris berhenti membaca kisah ini saat baru mulai membaca. Kisah perempuan yang menderita tanpa melawan merupakan hal yang paling saya benci. Biasanya kisah menye-menye seperti itu yang saya hindari. Namun ada sesuatu yang membuat saya tergelitik terus membacanya,

 Makin ke belakang, Koly tokoh kita, memberikan pengajaran bahwa keberanian menghadapi segala hal adalah semangat untuk bertahan hidup. ia juga menunjukkan harapan bisa menjadi bahan bakar semangat menjalani kehidupan. Usianya mungkin saja masih sangat muda, tapi pengalaman hidupnya sungguh tak terbayangkan. Adegan saat sang ibu mertua membuangnya membuat saya miris. Sungguh terlalu sang ibu, apa dia lupa tanpa mas kawin Koly mereka tak bisa membawa Hari berobat *gamparrrrrrrr* Kalau melihat nasib Koly, sepertinya saya harus terus merapal doa supaya dapat jodoh yang tak memiliki orang tua, minimal jauh mengingat hubungan kurang manis dengan ibu mertua. *Cucrcol dikittt*
 
Buku ini memperikan sebuah pemahaman (lagi) mengenai kehidupan masyarakat di India. Perihal pernikahan, bagaimana para janda diurus di sebuah kuil, uang pensiunan janda. Di India pernikahan dini adalah hal yang biasa, semacam tradisi umum. Nyaris setengah populasi  perempuan menikah diusia kurang dari delapan belas tahun. Walau menikah dini, angka perceraian sangat rendah karena pencerian meurpakan hal yang dianggap memalukan di sana.
 
Di bagian belakang tercantum keterangan mengenai Bahasa Indi, salah satu bahasa yang dipergunakan di India dan juga  dipergunakan dalam buku ini. Misalnya  ghee adalah mentega yang dipanaskan dan mengandung substansi susu, choli adalah blus lengan pendek yang dipakai di dalam sari serta tali yang merupakan nampan.

Takdir memang tak bisa ditebak kemana akan membawa kehidupan kita.
Tapi bukan berarti kita harus pasrah saja mengikuti takdir.
Karena takdir sudah pasti bisa diubah.
Semuanya tergantung diri kita masing-masing

1 komentar: