Sabtu, 01 September 2012

Menangis karena Allah


Cintaku,
Banyak hal yang tak perlu diungkap namun sudah terlihat jelas. Hanya butuh pemahaman saja. Ada kata-kata yang mampu menghilangkan rasa sakit, namun terkadang diam lebih menyembuhkan.

Sungguh miris melihatmu harus terpuruk sendiri. Aku tidak bisa memasuki rana ini, wilayah ini tertutup bagiku. Walau bagaimana situasi dan kondisinya ingatlah bahwa aku akan selalu menjadi bayangmu. Menemanimu disaat menangis dan tertawa

Saat ini aku hanya bisa memandang jarum jam sambil merapal doa permohonan agar cintaku diberi kekuatan untuk mengatasi semua masalah yang ada. Ikhlas dan pasrah cintaku, maka semua hal akan menjadi lebih mudah. Aku hanya paham, bahwa seseorang tidak akan diuji diluar kemampuannya. Itu artinya  citaku mampu menanggung semuanya. Tegar dan kuatlah cintaku.

Peristiwa yang mendera membuat merasa takut pada Sesembahanmu, hingga kau merasa resah. Mendengar keluhmu cintaku, membuatku teringat buku Menangis karena Allah.

Penulis: Mansyur Abdul Hakim
Penerjemah: M. Taufik
Penyelaras Aksara: Aulia Nur Rahma
Penata Letak: Dini Handayani
ISBN: 978-602-9498-58-5
Halaman: 398
Penerbit; Noura Books
Harga : Rp 58.000


"Barangsiapa tidak takut kepada Allah, ia akan merasa takut pada segala sesuatu" 

Sebuah kalimat yang bermakna luas. Seseorang yang takut pada Allah  tidak akan merasa takut pada dunia dan manusia. 

Membaca Menangis karena Allah membuat jiwa mendapat asupan rasa keimanan. Tertuang 170 kisah dengan berbagai latar belakang dan tokoh yang mampu menggugah serta mempertebal  rasa kecintaan kita pada Sang Pencipta.  

Tengok kisah nomer 34.  Berkisah mengenai Tangisan seorang Ahli Ibadah (Abid). Abu Al-Laitsi As-Samarkandi mengatakan, bahwa ia pernah mendengar dari ayahnya kisah mengenai seorang pelacur yang selalu menggoda lelaki dengan kecantikannya.  Ia selalu duduk di atas ranjang dekat pintu rumahnya yang terbuka.  Untuk bisa menikmati kemolekannya, setiap lelaki harus menyediakan dana sebesar sepuluh dinar.

Suatu hari, seorang 
Ahli Ibadah (Abid) tergoda olehnya. Ia berusaha keras mengusir bayang wanita itu, namun rupanya bisikan setan demikian kuatnya hingga ia menjual baju yang ia miliki dan mengumpulkan uang yang dibutuhkan dan diserahkan ke wanita itu. Kesepakatan telah dibuat.

Pada waktu yang ditentukan ia kembali mendatangi wanita itu. Namun saat ia menyentuhnya Allah menolongnya. Mendadak tubuhnya kaku, jantungnya berdetak keras, wajahnya mucat dan gemetarlah seluruh tubuhnya, tentu saja hal tersebut membuat wanita itu keheranan.

Dengan penuh penyesalan Abid itu mohon diri dan merelakan semua uangnya. Siapa yg mengira kejadian tersebut justru membuat wanita itu merasa sangat takut. "Laki-laki itu baru pertama kali melakukan perbuatan dosa ini, tetapi dia begitu takutnya. Aku telah lama melakukan perbuatan dosa ini dan Tuhan yang ia takuti adalah Tuhanku juga. Seharusnya, rasa takut (ku) jauh lebih besar daripada rasa takut(nya)" ia segera bertaubat dan rajin menjalankan ibadah.

Wanita  itu bahkan mendatangi kampung halaman Sang Abid. Siapa tahu ia bersedia menikahinya hingga ia bisa belajar agama. Sayangnya saat melihat wajah sang wanita, Abid sangat terkejut hingga meninggal. Ia terbayang akan perbuatan dosa yang nyaris dilakukannya. Bukan main sedihnya hati sang wanita. Untungnya Sang Abid memiliki saudara lelaki yang juga saleh walau miskin. Mereka akhirnya menikah.

Rasa takut Sang Abid tidak saja menyelamatkan dirinya dari perbuatan dosa, namun juga membawa kebaikan,  tobatnya seorang pelacur. Pelacur itu menggunakan pakaian yang pantas dan meninggalkan masa lalunya. Ia berharap dengan menikahi laki-laki saleh ia bisa belajar bagaimana menjadi seorang muslimah sejati. Harta baginya bukanlah masalah. Sungguh kisah yang mengharukan.
 
Kisah mengenai segala hal harus seimbang bisa ditemui dalam kisah nomer 14 tentang Abu Darda', sosok ahli ibadah yang kaya. Hampir seluruh hartanya dinafkahkan di jalan Allah, ia juga gemar berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.

Suatu saat Salman Al-Farisi, salah satu sahabat Rasullulah memberinya nasehat, " Wahai saudaraku sungguh jasadmu memiliki hak darimu. Tuhanmu memiliki hak dari dan istrimu mempunyai hak darimu. Oleh karena itu, berpuasalah dan berbukalah;sembayanglah dan kumpulilah istrimu. Segala sesuatu, berikanlah haknya masing-masing.

Kesalahan ketik seperti pintuh (hal 85), menegtahui (hal 100)   tak mengurangi kekusyukan membaca buku ini. Akan lebih  bermanfaat lagi jika ada semacam catatan kaki untuk menjelaskan beberapa hal sehingga buku ini juga bisa menjadi sumber pengetahuan. Misalnya pada halaman vii disebutkan tentang QS Al-Rahman [55], ada baiknya juga dijelaskan apa maksud dua surga. Pada beberapa bagian terbaca kalimat yang sedikit janggal, hal ini disebabkan karena rangkaian kalimat yang sedikit membingungkan.
 
Cintaku, apapun cobaan yang datang, hadapi dengan senyum. Kalimat dalam buku berikut layak untuk diteladani, " Rasa takut pada Allah merupakan gabungan ritual ibadah yang dilakukan seorang mukmin. Takut kepada Allah merupakan tanda diterimanya segala ibadah yang ia lakukan; takut kepada Allah merupakan  bukti doa yang diterima hingga dikabulkan. Tanda dikabulkannya doa adalah tangisan di hadapan Allah sambil berdoa. Menangis karena Allah merupakan kemampuan yang agung yang tidak akan dicapai, kecuali orang-orang saleh"(hal vii)

2 komentar:

  1. menangis karena gak punya uang,,,hehe

    BalasHapus
  2. "Menangis karena Allah merupakan kemampuan yang agung yang tidak akan dicapai, kecuali orang-orang saleh" karena menangis di depan Allah tidak bisa berpura-pura bahkan pemain sinetron sekalipun

    BalasHapus