Minggu, 23 November 2025

2025#22: We Do Not Part

Penulis: Han Kang
Penerjemah:Dwita Rizki Nientyas
ISBN: 9786238371501 
Halaman: 356
Cetakan: Pertama-Juli 2025
Penerbit: Baca
Harga: Rp 110.000
Rating:3.25

Semua sudah mati
-hal 190-

Kadang, teman adalah orang yang paling tepat untuk dimintakan bantuan. Setidaknya demikian menurut  Inseon, seorang gadis yang tinggal di Pulau Jeju dan berprofesi sebagai pembuat dan penjual furnitur. Inseon mengalami kecelakaan pada tangannya ketika sedang mengerjakan furnitur. 

Kecelakaan yang dialami oleh Inseon membuatnya harus meninggalkan Pulau Jeju untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Menyadari ia akan dirawat dalam waktu yang lama, ia bergegas menghubungi Kyungha,
 teman (atau sahabat?) yang dikenalnya ketika masih menekuni videografi. Kyungha berprofesi sebagai penulis.

Permintaannya unik, ia meminta Kyungha bergegas pergi ke rumahnya di Pulau Jeju untuk merawat burung   peliharaannya-Ama. Mengisi tempat makan dan minum agar si burung bisa tetap hidup, Sebenarnya stok makanan cukup untuk 2 hari tapi entah untuk minuman. Inseon khawatir terjadi sesuatu pada burung peliharaannya. 
https://www.goodreads.com/book/
show/214760680-veda-etmiyorum

Begitulah, entah karena kasihan atau memang sedang butuh hal lain yang perlu dikerjakan selain menulis novel dan berusaha mengatasi insomnia, Kyungha terbang ke Pulau Jeju dan menempuh perjalanan ke tempat tinggal Inseon. 

Bukan perjalanan yang mudah. Apalagi ketika ia akhirnya berhasil sampai di pondok, listrik mati. Situasi semakin kacau ketika Kyungha menemukan  Ama sudah mati. 

Selama perjalanan dan tinggal di tempat Inseon, Kyungha mengalami halusinasi, seakan mimpi buruk yang ia alami belakangan ini tidak cukup untuk mengusik ingatan yang ingin ia lupakan. Mulai dari  Ama yang hidup kembali,  pohon diselimuti salju yang seolah-olah  tampak seperti manusia, hingga sosok Inseon yang seolah-olah berada dalam rumah bersamanya.

Inseon membeberkan aneka arsip terkait keluarga yang selama ini ia simpan. Ternyata keluarganya menyimpan duka terkait peristiwa Pembantaian Jeju tahun 1948. Halusinasi yang dialami Kyungha, menggambarkan kuburan dan jasad orang, mungkin karena apa yang disampaikan oleh Inseon begitu menyentuh hatinya. 

Bagian yang mengisahkan bagaimana  Kyungha pergi untuk mengurus burung peliharaan Inseon, sempat membuat saya merasa heran. Apakah sedemikian tidak ada orang lain yang bisa dimintakan tolong sehingga harus meminta bantuan pada orang yang tinggal di lain kota? 
https://www.goodreads.com/book
/show/229304767-sem-despedida
s

Tapi mengingat bagaimana keduanya digambarkan cukup akrab  sebelumnya, serta mencoba memahami betapa pentingnya arti Ama bagi Inseon, rasanya hal tersebut cukup masuk akal. Gambaran kedekatan Inseon pada Ama, menurut saya malah menunjukan bagaimana Inseon tidak merasa nyaman tanpa Ama.

Saya penasaran dengan apa sebenarnya yang terjadi di Pulau Jeju sekitar tahun 1948-an. Menyedihkan sekali. Dari beberapa sumber, saya mengetahui bahwa pada tahun 1984-an terjadi Pemberontakan Jeju- disebut juga Insiden 4.3 Jeju, sebuah konflik brutal antara penduduk pulau yang menentang pembagian Korea dan pemilihan umum terpisah, melawan pasukan keamanan anti-komunis Korea Selatan di bawah pendudukan militer AS.  

Disebutkan bahwa setidaknya 30.000 orang, termasuk 1.500 anak-anak, dibunuh oleh pihak berwenang dan kelompok militan sayap kanan ekstrem. Angka pastinya tidak diketahui.  berita tentang peristiwa tersebut dirahasiakan oleh pemerintah selama beberapa tahun.

Pada tahun 2023, Komite Nasional yang melakukan investigasi terkait Insiden Jeju 4.3 secara resmi menyatakan bahwa peristiwa yang terjadi saat itu termasuk genosida. Pemerintah Korea Selatan telah menyampaikan permintaan maaf atas pembantaian yang terjadi yang berjanji akan memulihkan kehormatan para korban.

Han Kang dengan caranya sendiri menyampaikan pesan penting pada generasi sekarang akan sejarah kelam yang terjadi pada masa lalu. Agar tidak ada yang melupakan, juga sebagai pelajaran agar tidak terulang lagi.
https://www.goodreads.com/
book/show/231175734

Mendadak teringat buku Human Acts-saya membeli edisi awal dengan judul Mata Malam.  Kisah dalam buku ini mengingatkan pada peristiwa Pemberontakan Gwangju.

Kisah ini ditutup denga akhir yang menyedihkan. Ini kali Ketiga eh keempat  jika buku dengan versi sama juga dihitung, saya membaca buku karangan Han Kang.  Kesan suram terasa sangat kuat. Bagi mereka yang menyukai sejarah terutama terkait Korea Selatan, buku ini tentu akan menjadi bacaan yang menarik. 

Iseng mengintip ke GRI, ternyata sudah tersedia 64 edisi. Dari semua edisi yang ada, kover yang menurut saya merepresentasikan kisah, diwakili dalam 3 kover yang saya cantumkan di sini. Jalur es menuju pondok, burung peliharaan Inseon, dan ilustrasi pulau yang saya anggap sebagai  Pulau Jeju.

Sang penulis, Han Kang memenangkan Penghargaan Internasional Man Booker tahun 2016 untuk buku The Vegetarian. Pada tahun 2024, ia memenangkan Nobel Sastra.

Sumber Gambar
https://www.goodreads.com/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar