Jumat, 20 Mei 2022

2022 #12: Kisah Detektif Melacak Tunangan Hilang

Judul asli: All She Was Worth-Melacak Jejak
Penulis : Miyuki Miyabe
Penerjemah : Gita Yuliani K.
Editor: Ariyanti E. Tarman
ISBN: 9786020658179
Halaman: 480
Cetakan:  Kedua-Maret 2022
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 110.000
Rating: 3.25/5

Kalau ada orang mengajukan permohonan kartu kredit atau membeli dengan angsuran, perusahaan pemeringkat kredit lebih dahulu memeriksa dengan cermat bahwa orang  tersebut tidak pernah gagal membayar kredit atau setidaknya tidak gagal membayar kredit sejumlah sangat besar
-All She Was Worth, hal 28-

Ketika seorang kerabat yang tak lama bertemu mendadak menyampaikan ingin berkunjung, maka hal tersebut menjadi   janggal.  Shunsuke Honma sudah lama-lebih dari  tiga tahun, tak bertemu dengan Jun Kurisaka. Bahkan ketika istri Honma meninggal,  ia tak datang.  Tentunya ada yang sangat penting hingga  Jun ingin bertandang.

Jun  yang  berkerja sebagai seorang bankir  membutuhkan jasa  untuk menyelidiki tunangannya yang bernama Shoko Sekine. Ia menghilang begitu saja, padahal hubungan mereka  dalam kondisi baik-baik saja.  Shoko menghilang ketika Jun menyinggung tentang kartu kredit. 

Jun ternyata hanya tahu sedikit perihal tunangannya, ini menjadi tantangan tersendiri  bagi Honma. Kebetulan, ia sedang cuti  karena kecelakaan, jadi ada waktu luang untuk membantu kerabat.

Honma hanya mendapat info bahwa Shoko  adalah seorang anak tunggal yang yatim-piatu. Ia berasal dari Utsonomiya. Informasi terakhir ia bekerja di Mesin Kantor Imai dan sempat mengalami kebangkrutan sehingga menemui pengacara Mizoguchi & Takada.

Misteri semakin berkembang, hasil penyelidikan Honma membuahkan penemuan yang luar biasa. Sosok   Shoko  yang dikenal  di Imai  ternyata berbeda dengan Shoko yang menjadi tunangan Kurisaka. Kejutan!

Jun merasa kesal, mengira Honma sedang mengada-ada. Ia memutuskan untuk menghentikan penyelidikan  hilangnya sang tunangan. Meski demikian, Honma tetap melanjutkan penyelidikan  karena rasa penasaran. Ia merasa ada misteri yang lebih besar dari sekedar menghilangnya seorang gadis.

Penyelidikan selanjutnya mengarahkan Honma pada perusahaan bernama Rosaline, pengecer pakaian dalam import yang melakukan transaksi melalui pos, barang mewah dengan harga terjangkau. Dari penyelidikan di sana, sedikit demi sedikit misteri terkuak.

Buku ini penuh dengan kejutan!
Lalu apa hubungannya antara dua orang yang berbeda namun mempergunakan identitas yang sama dengan perusahaan pengecer pakaian dalam import, serta dengan kuburan burung peliharaan saat kecil? Semuanya ada dalam kisah ini ^_^.

Meski bagian awal alur kisah mengalir dengan cepat, namun akan terasa sedikit membosankan dibagian tengah. Hal ini dikarenakan banyak terdapat uraian terkait dengan kegiatan ekonomi  dan  politik yang terjadi di Jepang pada era 90-an. Pembaca diharap sabar.

Hidup di Jepang, dalam kisah ini di Kota Tokyo, tidak seindah yang sering terlihat di aneka film atau drama. Masyarakat di sana cenderung konsumtif.  

Dengan pendapatan yang tidak seberapa, tak sedikit yang berusaha memenuhi gaya hidup dengan meminjam uang. Seakan tak peduli dari mana sumber uang asal gaya hidup impian bisa tercapai. Mereka yang terjerat hutang kartu kredit, hingga rentenir makin bertambah.

Salah satu solusi adalah mengajukan Kebangkrutan Pribadi-menyatakan kepada kuasa hukum seseorang  tidak mampu membayar segala hutang kreditnya, Memang ia tak akan diuber-uber penagih hutang,  tapi tindakan ini juga berdampat buruk bagi dirinya. Ia akan dimasukkan dalam daftar hitam seluruh instansi perbankan serta sulit mendapatkan pekerjaan tetap.

Pada halaman 177 disebutkan bahwa di bawah undang-undang Jepang, orangtua dan anak-anak, suami dan istri berbagi kewajiban hanya atas hutang di mana ada tandatangan bersama. Maka seharusnya  penagih hutang tak bisa mengancam Shoko. Tapi begitulah penagih.

Kisah ini mengingatkan saya pada kondisi yang terjadi di sekitar kita. Terbujuk dengan iming-iming pinjaman mudah dengan bunga rendah, tak sedikit yang terjerat dengan pinjaman daring alias pinjaman online. Dengan hanya mengisi formulir melalui aplikasi, berfoto dengan memegang KTP, dalam waktu singkat pinjaman mendarat dalam rekening.

Jika tak bisa membayar cicilan, teror mulai dirasakan peminjam. Tak hanya terdapat dirinya tapi juga pada mereka yang dijadikan kontak darurat. Dahulu, malah semua kontak yang ada di HP si peminjam juga akan mendapat pesan, dari nada manis, ancaman, hingga pesan  atau gambar seronok! Depresi karena tak bisa membayar hutang dan merasa malu, bisa berujung hal yang tak diinginkan.

Setahu saya belum ada Kebangkrutan Pribadi di tanah air. Si peminjam akan tetap dicari untuk menyelesaikan urusan hutangnya. Jika ia berhasil menyembunyikan diri, pindah rumah dan kantor, ia akan masuk daftar hitam di Bank Indonesia sebagai nasabah yang bandel.

Permintaan kredit untuk urusan apapun akan sulit dipenuhi. Konon butuh 10 tahun untuk membersihkan datanya (informasi salah satu aplikasi daring yang menitipkan pesan untuk seseorang melalui wa saya).

Penagih juga  ada yang sampai mendatangi rumah kontak pribadi dan melakukan intimidasi.  Intinya tugas mereka menagih harus bisa diselesaikan dengan baik, bagaimana pun caranya. Karena pendapatan mereka tergantung dari suksesnya menagih.

Bagian yang menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan bisa mendapatkan data diri seorang, patut dicermati. Beberapa perusahaan bergerak dalam usaha menjual data, entah dari mana mereka bisa mendapatkannya. 

Saya jadi merasa perlu waspada jika ada penawaran diskon, souvernir atau iming-iming lain sebagai imbalan mengisi survei dan sejenisnya. Dipikir-pikir, murah sekali data pribadi saya jika bisa ditukar dengan voucher diskon 10% dengan minimal belanja sekian-sebagai contoh.

Oh, ya selain soal hilangnya seorang gadis, terdapat juga kisah pendamping alias kisah sisipan (menurut istilah saya) tentang hilangnya anjing kesayangan dua remaja. Bagian ini justru mengandung kalimat yang paling saya suka.

Dan kalau mereka melihat sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka menghancurkannya begitu saja. Lalu, belakangan mereka mencari alasan

Kover buku ini, dengan wajah wanita yang dibuat samar yang terbentuk dari susunan kota-kotak (begitulah maksudnya) sangat sesuai dengan isi kisah. Kita memang tidak pernah tahu siapa sesungguhnya jadi diri orang lain, baik sahabat bahkan pasangan kita.
Segala yang terlihat belum tentu sesuai dengan yang sesungguhnya. Bisa saja yang terlihat itu untuk menyamarkan suatu hal yang ingin ditutupi. Waspada  setiap saat sangat dianjurkan, namun bukan berarti harus selalu curiga pada orang.

Memuaskan rasa penasaran saya, pada GR terpampang versi cetakan pertama yang terbit tahun 2016  dengan warna merah. Saya lebih menyukai versi cetakan pertama, karena kesan misterius lebih terasa dibandingkan cetakan pertama. Meski untuk tampilan, warna merah lebih membuat mata saya melirik tumpukan buku ini.

Novel tersebut ternyata pernah dijadikan obyek penelitian untuk skripsi Bidang Ilmu Sastra Jepang. Hem, menarik juga membaca ulasan sebuah novel dengan cara yang berbeda. Pilihan  obyek penelitian yang menarik! Lengkapnya ada di sini. 

Secara keseluruhan, kisah ini layak dibaca oleh  pasangan muda, agar lebih teliti dalam memahami bagaimana sesungguhnya sosok pasangannya. apa lagi jika sudah sampai tahap pertunangan. Jangan sampai ikut terjerat urusan hutang, bahkan kasus kriminal.

Juga bagi mereka yang tertarik pada Sastra Jepang, serta perkembangan ekonomi di Asia. Juga terkait kehidupan sosial di negara Asia, lebih tepat pada kehidupan masyarakat di Jepang.

Karya ini telah mendapat apresiasi seperti Naoki Prize 直木三十五賞 Nominee (1992),  serta 山本周五郎賞 Yamamoto Shūgorō Prize (1993). Selain itu, sudah banyak negara yang menerbitkannya. 


Sumber gambar:
https://www.goodreads.com









Tidak ada komentar:

Posting Komentar