Jumat, 11 November 2011

The Search for Merlin: The Grey Labyrinth



Penulis : Tyas Palar
Penyunting : Tantrina Dwi Aprianita
Desain Sampul : Tyo Bvs
ISBN : 978-602-97648-4-0
Halaman : 267
Penerbit : Umania

“…Betapa beruntungnya kau tak mewarisi kemampuan melihat kilasan masa depan. Betapa beruntungnya kau tak perlu melihat segala peristiwa buruk yang yang masih berlangsung di dunia yang durjana ini. Betapa beruntungnya kau tak perlu tersiksa seperti aku….”

Akhirnya………!
Penantian panjang untuk sebuah buku. Butuh waktu 2 tahun untuk mendapatkan buku kedua dari beloved Tyas. Padahal gosip yang beredar menyebutkan kisah ini sudah diselesaikan jauh hari, tak lama sejak buku pertama beredar. Biarlah gosip berlalu bersama angin, yang penting buku ini sudah berada di tangan saya berkat toko buku favorit TM Bookstore.

Mungkin konyol, tapi saya membaca ulang beberapa bab akhir dari buku terdahulu agar bisa menemukan benang merah dengan buku ini. Sebenarnya tidak harus, hanya saja saya ingin lebih meresapi kisah yang sudah lama saya tunggu.  Dengan jarak yang sedemikian lama serta jumlah buku yang sudah saya baca, rasanya saya butuh diingatkan ini tentang kisah apa

Kisahnya masih seputar tentang percarian penyihir terbesar, Merlin sehubungan dengan gambaran mengenai peristiwa menakutkan di masa depan yang diperoleh oleh penyihir lainnya. Sempat terjadi kebimbangan di dalam diri mereka, mengingat ada larangan  untuk ikut campur urusan manusia.

Selain urusan kilasan situasi bumi yang menakutkan di masa depan, aneka penculikan anak berbakat, polah tingkah para penyihir juga menarik untuk disimak. Pencarian Merlin di buku ini justru kurang disinggung seperti buku pertama.

Mereka  digambarkan  berbeda dengan yang umumnya ada di buku cerita. Setiap penyihir disajikan berimbang antara kelebihan berupa kekuatan dan kemampuan sihirnya serta kekurangannya.

Misalnya saja William. Bagi William sihir adalah untuk dirinya sendiri, dipakai jika diperlukan dan diinginkan bukan karena harus membantu orang. Sejak kecil sihir adalah penyelamat dirinya, tak pernah terpikir untuk memakai sihir guna meringankan beban orang lain. Sihir adalah salah satu sarana menghibur dan mewujudkan dirinya sendiri.

Kisah Adrian dengan  kegiatan menenun mantel  dari benang-benang yang bisa ditenun menjadi karpet terbang di Persia langsung mengingatkan saya pada kisah jubah ajaib milik HP. Dalam kisah ini diceritakan berkat mantelnya, Adrian mampu terbang serta menutupi seluruh tubuhnya dari sinar matahari.

Plus perihal labirin. Kalimat , “ labirin adalah sarana fisik untuk mempertinggi tingkat spiritualitas seseorang” membuat saya jadi teringat pada urusan turnamen masih di HP. Kita bukannya harus berhadapan dengan monster  yang menakutkan, tapi berurusan dengan ketakutan dan rasa egois dalam diri sendiri.

Buku ini jauh lebih berwarna dibandingkan buku pertama. Tanpa disadari Tyas menunjukan keanekaragaman bacaannya dalam buku ini. Terlihat dari beberapa bagian yang bisa dengan mudah tertebak dari mana isnpirasinya.

Lokasi dalam kisah ini  beragam misalnya Pegunungan Pyrenees, Lisbon, Pembrokeshire serta London.  Tahunnya juga beragam, 1750, 1346, 1755, 1749  serta yang terbanyak adalah 1756.
                                                                                                                                                                                                                                                                                               
Sayang buku ini sama sekali tidak ada ilustrasi guna memanjakan mata. Padahal jika ada ilustrasi yang bisa menjelaskan mengenai uraian Fairfax  kepada para tamu Larrikin seperti yang ada di halaman 31 tentunya akan lebih menarik lagi. Walau memang dari kover jauh lebih menarik dibandingkan buku pertamanya.

Menariknya  Tyas membuat sosok Merlin lebih terlihat “manusia” dengan segala macam urusan galaunya. Semuanya terbaca jelas di halaman 2XY. Hayuh di baca biar tahu he he he he

Merlin adalah salah satu tokoh yang paling menarik dalam literatur Welsh serta legenda Arthur.  Merlin sering ditampilkan sebagai penasehat Raja  Arthur dengan wujud sosok pria misterius, eksentrik, serta  selalu bisa menemukan jawaban atas segala masalah. Tak heran jika umur penyihir yang konon selalu panjang membuat Merlin menjadi arif hingga     menjadi penasehat bagi empat raja berturut-turut.

Merlin sering  digambarkan menggunakan topi dengan ujung lancip ala penyihir dengan hiasan  bulan sabit serta bintang. Salah satu tokoh kartun terkenal didandani dengan jubah merah dan topi biru ala Merlin dalam setiap aksi sihirnya.

Tyas, seorang guru Biologi, rekan seperjalanan di patas, penerjemah dan sesama penyuka tokoh Tintin akhirnya membuat penantian panjang saya berakhir, untuk sementara sih…..

Jadi jika penasaran kekacauan apa yang melanda bumi, silahkan baca buku ini. 

All foto dari Tyas's blog

6 komentar:

  1. hi...salam kenal ya..
    sepertinya buku ini bagus ya..saya juga penyuka fantasi :)

    BalasHapus
  2. Penulis Indonesia ya...? wow...fantasinya keyen:)

    BalasHapus
  3. hai thx sudah mau mampir
    @althesia, ada Red Pyramid yag juga seru
    @ yayun : hayuh dibaca

    BalasHapus
  4. lama nian ya baru terbit, yg buku pertama saja sampe diobral lo hiks ... tp bagusssss ... harga juga ga begitu mahal. eh mbak truli dpt versi tanda tangan donk? mau ah :p

    BalasHapus
  5. mau donk obralannya, baca ripiu mbk truly jadi bikin penasaran

    BalasHapus
  6. He he he buku pertama sih yang diobral

    BalasHapus