Selasa, 15 April 2025

2025 #4: Mimin Dan Perpustakaan

Judul buku: Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar
Penulis: M. Amin Hasan
Perancang kulit: Anggit A.B
Ilustrasi dalam:HR. Sunatha Ujung
Nomor kode penerbit: 12.3991.WJ.1994
Halaman: 32
Cetakan: Kedua-1993
Penerbit: PT Wangsa Jatra Lestari

"Bagaimana  cara kalian belajar?"

"Kami telah mendirikan perpustakaan. Tempatnya di rumah Mimin. Di sanalah tempat kami membaca buku, isi ceritanya menarik. Seperti yang kami ceritakan tadi, Bu" jawab Anas.

"Bagus sekali. Itulah gunanya kalau rajin membaca. Ibu ucapkan selamat atas kerjasama kalian." tutur Ibu Guru Senang.

Seperti biasa, buku menarik ini saya beli dari lapak buku daring langganan. Harganya memang tidak semurah biasanya, mungkin karena kondisinya bisa dikatakan 85% bagus.

Bagian pertama yang menarik perhatian ketika melihat iklan tentang buku ini adalah kata "Perpustakaan" serta tulisan di pojok kanan atas "MILIK NEGARA..." . Artinya ini merupakan salah satu buku dari Proyek/Bagian Proyek Penyediaan Buku Bacaan Anak-anak Sekolah Dasar. pada tahun 1993. Buku yang saya miliki merupakan cetakan kedua, cetakan pertama terbit pada tahun 1993. 

Buku ini mengisahkan tentang seorang anak kelas 2 SD bernama Mimin yang gemar membaca. Pada bagian Kata Pengantar, disebutkan bahwa Mimin  rajin membaca buku perpustakaan sekolah. 

Ia merasa tidak puas dengan buku yang ada di perpustakaan sekolah saja, ia ingin memiliki koleksi buku yang banyak di rumah. Untungnya kedua orang tua Mimin sangat mendukung keinginannya.

Bagian pembuka yang menarik, namun dalam kisah, sama sekali hal tersebut tidak disinggung. Yang ada justru tentang Mimin yang mengadakan perayaan ulang tahun dan mendapatkan berbagai hadiah. Termasuk 11 buku cerita dan 9 majalah anak-anak.

Mulanya Mimin kebingungan akan menyimpan di mana seluruh hadiah buku dan majalah  yang ia terima.  Ayah Mimin kemudian membuatkan semacam tempat penyimpanan buku. 
 Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar 
 Halaman 19

Jika melihat ilustrasi yang ada, rak yang dibuat cukup besar. Terlalu besar untuk menyimpan hanya 11 buku dan 9 majalah. Sang ayah menambahkan dengan 5 buku cerita dan anak-anak membeli beberapa buku lagi, supaya rak bisa lebih terisi.

Oh, ya, terlewat sedikit. Mimin memiliki 2 orang sahabat bernama Anas dan Ani. Mereka juga sekelas.  Ketiganya  digambarkan cukup dekat, sehingga untuk merapikan buku dan majalah hadiah ulang tahun Mimin ke rak yang baru dibuatkan ayahnya,  dilakukan bersama-sama. 

Cerita berlanjut dengan ketiganya yang sepakat akan membaca setiap sore. Setelah membaca, mereka akan saling menceritakan isi buku yang dibaca. Dengan demikian, kedua teman yang lain bisa mengetahui apa isi buku tersebut.

Suatu hari, pada pelajaran Bahasa Indonesia, yang kebetulan jatuh pada jam pelajaran terakhir (saya kurang paham kenapa hal ini perlu disampaikan oleh penulis ^_^), mereka diharuskan membuat sebuah cerita pendek yang nanti dibacakan di depan kelas pada pertemuan berikutnya. Cerita yang dianggap menarik, akan mendapatkan hadiah.

Seperti bisa diduga, ketiga tokoh dalam kisah kita ini menjadi juara. Mimin  menjadi juara kedua, sedangkan Anas menjadi juara pertama, Ani menjadi juara ketiga. 

Padahal saya semula menduga Mimin menjadi juara pertama hi hi hi. Maklum, biasanya begitulah sebuah kisah. Jagoan alias tokoh utama akan memenangkan lomba.

Ibu Guru merasa kagum pada ketiganya  karena terlihat tidak mengalami kesulitan ketika mengarang sebuah cerita dibandingkan teman-teman yang lain. Ternyata hal itu dikarenakan ketiga gemar membaca di perpustakaan yang ada di rumah Mimin.

Bagian akhir ini seakan memberikan informasi bahwa membaca buku cerita merupakan hal yang baik untuk dilakukan. Dan diharapkan agar lebih banyak siswa yang memiliki perpustakaan di rumah masing-masing.

Memang tidak ada yang salah dengan membaca buku cerita, tapi umumnya dalam buku sejenis ini, penulis akan menganjurkan untuk membaca buku pengetahuan umum. Hal ini juga senada dengan yang ada pada paragraf awal di Kata Pengantar.

Baiklah, mungkin saya yang terlalu cerewet, tapi untuk buku yang diperuntukan bagi anak SD, tentunya perlu dibuat dengan lebih baik lagi.  Apakah 

Misalnya saja, tata letak dalam buku ini bisa dikatakan kacau balau. Posisi kalimat yang satu dengan yang lain tidak diatur dengan rapi. Paragraf yang satu dengan yang lain tidak diberi jarak sehingga seakan menempel. Kalau bukan paragraf, sebaiknya juga tidak dicetak seperti itu.

Bagian ilustrasinya menarik. Andai saya anak SD, sudah bisa dipastikan saya akan sangat menyukai buku ini.  jadi membayangkan seandainya dibuat dengan berwarna, pasti akan luar biasa sekali.

Pada informasi terkait buku, saya menemukan ada Nomor kode penerbit, yaitu 12.3991.WJ.1994. Tapi tidak ada ISBN, padahal buku ini dicetak pada tahun 1994. Padahal di tanah air, ISBN mulai digunakan sejak tahun 1986.

Ada sebuah bagian dari kisah ini yang justru membuat saya teringat pada zaman SD dulu, tentunya bukan tahun 1994 ^_^. Mimin juga digambarkan sebagai anak yang baik hati. Hal ini terbukti dengan ia membagikan kepada masing-masing sahabatnya 3 buku tulis dari hadiah ulang tahun yang ia terima.

Ketika saya SD dulu, buku tulis merupakan hadiah yang paling umum diberikan karena dianggap paling cocok. Ada juga yang memberikan alat tulis dan lainnya. Tapi sebagian besar teman sekolah akan memberikan hadiah buku tulis.

Saya kurang yakin pada tahun 1994, buku tulis masih merupakan hadiah yang paling banyak diberikan. Banyak pilihan lain yang tersedia, ditambah dengan menjamurnya toko pernak-pernik dengan harga sangat terjangkau saat itu.

Hem..., sepertinya saya perlu cari tahu, apakah saat ini masih ada kegiatan menghadirkan buku-buku sejenis.

Sumber gambar:
Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar