Kamis, 12 Juni 2025

2026: #9: Panggil Aku, Garuda Emas


Judul asli: Avonturir #2: Garuda Emas
Penulis: A.M. Wiratama
Penyunting: Hilda Martina W.
ORCBN: 62-4987-0778-470
Halaman: 114
Cetakan: Pertama-2026
Penerbit: Buku NLZ
Harga: Rp 39.000
Rating: 4/5
 
Penasaran selama 14 tahun terjawab sudah!
Akhirnya bisa membaca kisah ini.

Jadi, setelah sangat bahagia menemukan Avonturir#1: Terjebak Di Pulau Dinosaurus, saya bersemangat menantikan buku kedua, Garuda Merah, seperti  promosi yang ada di buku pertama. Sayangnya, buku itu tidak pernah terbit. 

Belum lama seri ini muncul lagi dengan tampilan baru. Susunannya juga mengalami perubahan, judul buku pertama sekarang menjadi buku ketiga.  
Saya semakin bersemangat membaca ketika buku yang sangat saya tunggu, berubah judulnya menjadi Garuda Emas


Kisah "saya" dibuka dengan cerita ayah mengenai siapa sebenarnya keluarga kami. Walau saya lahir di Bumi namun seperti kedua orang tua, saya berbeda dengan makhluk Bumi lainnya, karena kami sesungguhnya berasal dari Planet Garada yang segalanya berbeda dengan Bumi.

Suatu saat, saya melihat berita di televisi tentang Jago Nusantara. Anggotanya adalah para pahlawan super dengan berbagai kemampuan. Ada Kapten Atom sebagai pemimpin, Bayangan Hitam dengan aneka peralatan canggih, Larasati dengan panah mautnya, Tangan Besi yang mampu mengubah tubuh menjadi sekeras besi, Merpati Putih yang bisa mengubah dan membaca pikiran orang, Manusia Karet yang sangat lentur, serta Bocah Petir dengan kemampuan lari secepat kilat.

Mereka sangat menginspirasi. Tak ada salahnya saya juga memanfaatkan kemampuan yang saya miliki . Mulai dengan menangkap penjahit kecil di lingkungan hingga akhirnya saya dikenal luas dan mendapat kepercayaan dari kepolisian setempat.  Perlahan, saya berhasil menjadi anggota Jago Nusantara.

Dan selanjutnya pembaca akan diajak mengikuti petualangan saya dengan Jago Nusantara. Saya memakai nama Garuda Emas.   Musuh yang kami hadapi tidak main-main, sendikat narkotika  yang sangat berbahaya. 

Sedikit bocaran, 'petualangan saya'  yang pertama dimulai dari halaman 1,2,5,6,9, kemudian berlanjut ke halaman 14,15,29,10,27, 38,50, dan seterusnya he he he. Seru!

Dari 40 pilihan alur, saya menamatkan  kisah dengan beragam.   Dari pahlawan super menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, berakhir dalam mulut monster raksasa yang menyaru menjadi gua, menderita kelumpuhan sehingga tidak bisa melakukan aneka aksi heroik namun sering diundang dalam berbagai acara sebagai motivator, mati ditangan musuh, hingga menjadi pengkhianat dengan berbalik arah memihak musuh karena menyukai harta dan kekuasaan. Semuanya karena pilihan saya pada alur kisah. 

Dalam buku ini ada 16 akhir kisah. Lebih banyak kisah dibandingkan buku yang kemarin saya baca. Jadi percayakan kalau saya bilang buku ini ekonomis sekali. Bayangkan saja, dengan harga Rp 39.000 bisa mendapatkan 40 cerita. Kalkulator emak-emak ala saya langsung tersenyum gembira.

Bagian yang mengisahkan bagaimana saya menjadi seorang pengkhianat, membuat kedua alis nyaris bertemu. Sepertinya orang tua perlu memberikan pendampingan bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang tidak terpuji.  Perlu dilakukan mengingat target usia pembaca buku ini masih tergolong sangat muda. Apalagi pembaca mengidentifikasi dirinya sebagai tokoh utama dalam kisah.

Termasuk memberikan penjelasan tentang bahayanya dampak narkoba atau NAPZA (singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis). Pemerintah juga sudah menyatakan perang pada narkoba.

Mendiskusikan isi buku ini menjadi salah satu cara untuk tetap akrab dengan anak remaja yang sedang dalam kondisi perlu pengawasan namun merasa sudah cukup dewasa untuk diawasi. Komunikasi dan pengarahan  bisa terlaksana dengan cara yang unik. 

Selain merasa terhibur dengan membaca buku ala gamebook ini, rasa nasionalisme pembaca  sebagai tokoh utama juga muncul. Terutama pada akhir kisah yang menceritakan keberhasilan saya.

Bayangkan saya sebagai pahlawan super meringkus komplotan pengedar narkotika dan menyelamatkan anak bangsa dari pengaruh buruk. Wah bangga rasanya. Luar biasa sekali saya he he he.

Bagian pembuka  tentang perbedaan saya dengan makhluk bumi  mengingatkan pada sosok pahlawan super dengan logo S di kostumnya. Bayangan Hitam yang tak memiliki kekuatan super tapi punya banyak alat canggih, mau tak mau membuat saya membayangkan sosok yang dipanggil Manusia Kelelawar. Demikian juga dengan beberapa tokoh super lainnya.

Saya tidak menyalahkan penulis mengapa mengambil sosok pahlawan super yang sudah dikenal umum, tentunya untuk membuat adanya kedekatan dengan pembaca. Tapi akan lebih seru lagi jika jumlah pahlawan super dengan kemampuan unik ditambah, serta diambil dengan mengusung kearifan lokal. 

Dalam pewayangan, ada tokoh yang bisa masuk dalam bumi dan berjalan di air, Antasena. Wisanggeni  selain kebal terhadap serangan senjata,  juga memiliki ludah dan gigitan yang mengandung racun api. Bisa dijadikan inspirasi  sebagai pahlawan super. Sekaligus memperkenalkan serta merawat budaya lokal pada anak-anak.


Sekedar info, dari dua buku yang sudah saya baca, tidak ada hubungannya antara keduanya. Bisa jadi demikian juga dengan buku yang lain.  Jadi silakan baca mana yang menurutmu menarik. Atau, jika ragu, tunggu saya selesai membaca semua buku he he he.

Penasarann, jika bisa menjadi manusia super, apa keistimewaan yang ingin dipunyai?



Selasa, 03 Juni 2025

2025 #8: Saya adalah Seekor Kucing

Judul asli: Avonturir #4: Kau adalah Seekor Kucing
Penulis: A.M. Wiratama
Penyunting: Hilda Martina W.
QRCBN: 62-4987-9598-608
Halaman: 114
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: Buku NLZ
Harga: Rp 39.000
Rating: 4.25/5

Akkaro mago sapiens!
-mantera perubah wujud, hal 110-

Saya menjelma menjadi seekor kucing!
Begini ceritanya:
Sekedar info, karena trauma masa kecil, saya  jadi tidak menyukai kucing, Bayangkan kekesalan saya,  ketika tiba-tiba, entah dari mana, seekor kucing hitam melompat sambil mencakar tangan saya hingga berdarah. 

Kekesalan makin bertambah ketika sahabat saya-Mina mengatakan bahwa kucing hitam adalah tanda sial. Tanggal hari ini, tanggal ganjil, bisa menambah buruk kondisi setelah tercakar. Dasar Mina! Percaya sekali dengan tahayul.

Sesampainya di rumah, saya bergegas mengobati luka akibat cakaran kucing tadi. Lumayan dalam juga ternyata. Kelelahan setelah beraktivitas seharian, saya mencoba untuk tidur siang. Namun bayangan kucing hitam tadi menghantui saya, membuat tidur tidak nyenyak.

Ketika akhirnya tertidur, saya mengalami mimpi aneh, menjadi seekor kucing! Tidak hanya berkeliaran mencari makan ala kucing, saya juga bisa menggaruk belakang telinga yang gatal dengan kaki belakang!

Mendadak saya terbangun dengan keringat bercucuran, badan terasa sangat pegal, seolah-olah baru saja berlari 10 km. Saya juga merasakan pusing. Perlahan, saya coba mengingat-ingat, dalam mimpi tadi,apakah  saya berubah menjadi kucing liar disebut juga kucing jalanan,  atau menjadi kucing peliharaan seseorang.

Jika kamu menjadi saya, menurutmu saya berubah menjadi apa?

Sepenggal pembuka kisah dari buku ini membawa saya-yang menjadi kucing, menjalani 33 kisah petualangan yang berbeda satu dengan yang lain dengan 15 akhir kisah. Alur dan akhir kisah, tergantung pada pilihan. Tokoh utama dalam kisah ini adalah pembaca sendiri, siapapun dia.

Seru kan!  Tak peduli berapa usiamu, buku ini mengajak pembaca untuk bertanggungjawab akan pilihan yang diambil. Terutama mereka yang menyukai kucing.  Dengan memberikan buku untuk anak-anak, berarti kita telah mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab dengan pilihannya lewat cara yang seru.

Meski buku ini (sepertinya) diperuntukan untuk anak-anak, tak ada salahnya orang dewasa juga membaca. Terutama mereka yang menghabiskan masa anak-anak pada tahun 80-90 tentunya akrab dengan buku terjemahan serupa. Untuk hiburkan semata, serta pengingat bagaimana keputusan yang kita ambil akan berdampak banyak pada masa depan.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya menyarankan jika orang tua yang memberikan buku ini pada anaknya, juga memberikan pengertian bahwa pada beberapa negara seperti Jepang, kucing hitam justru dianggap sebagai pelindung. Ini hanyalah kisah semata, jangan jadi membenci atau menyakiti kucing hitam.

Rasanya tak perlu saya ceritakan 33 kisah yang saya baca. Beberapa kisah, membuat saya mengeluh, kok hanya begini, sementara kisah yang lain, membuat saya tersenyum puas. Begitulah, semuanya karena pilihan saya pada alur kisah. 

Sedikit bocoran, salah satu yang saya sukai adalah ketika saya yang menjadi kucing, (meongg!) dan bertemu dengan kucing yang mencakar saya. Ternyata ia adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kucing.

Akibat urusan politik di sana, ia dan pasangannya terusir ke dunia manusia dan terpisah. Tanpa sengaja ia membuat saya menjadi kucing juga. Demi bisa kembali menjadi manusia, saya bersedia membantu mencari pasangannya. 

Apakah kami menemukannya? Apakah saya bisa berubah menjadi manusia kembali? Apakah saya malah punya ide gila untuk ikut kembali ke Kerajaan Kucing dan membantu pertempuran mereka? Menurut kalian, apa yang saya lakukan?

Kisah lain, adalah ketika saya berhasil menggagalkan upaya orang yang berniat jahat pada rumah saya. Pria itu tidak bisa begitu saja masuk dan keluar tanpa bertarung dengan saya. Ternyata, walau bisa mengusir dia, saya malah mendapat nasib yang menyedihkan! Baca sendiri jika ingin tahu bagaimana kisahnya he he he.

Kisah dalam buku ini memiliki kesamaan dalam diri saya, dan mungkin saja ada dalam diri pembaca yang lain. Misalnya, saya tidak suka kucing, tapi saya bisa memberikan pengecualian dalam kondisi tertentu. 

Sebentar, setelah diingat-ingat, penulis mengambil beberapa lokasi di Jawa Barat sebagai seting kisah. Seperti Hutan Anggrek Cikole dan Hutan Raya. Menarik! Salah satu cara promosi pariwisata yang keren.

Oh, ya, mengikuti pesan yang ada di halaman awal, buku ini bukan tipe buku yang harus dibaca dari halaman awal hingga menemukan kata TAMAT pada halaman akhir. Artinya bukan dibaca berurutan dari halaman 1 hingga 114. Seperti yang disebutkan di atas, ada 15 halaman yang memuat kata TAMAT. Ikuti petunjuk yang ada pada bagian bawah halaman, tentukan pilihan dengan bijak.

Guna memaksimalkan membaca buku ini, saya membuatkan semacam arah halaman. Misalnya dari halaman 1-3-4, kemudian memilih antara halaman 7 atau 17. Asumsi memilih halaman 17, maka akan menjadi 17-2-8-9-21, kemudian memilih halaman 31 atau 51. 

Jika buku ini dicetak ulang, saya sungguh berharap demikian, sekedar usul, pemilihan huruf untuk halaman diubah. Penulisan angka
5 sedikit menyerupai  angka 6,  karena desain lengkungan pada angka 5. Saya sempat beberapa kali salah membuat arah halaman gara-gara kelirut antara angka 65 atau 55. Pantas kisahnya kok tidak nyambung ^_^.

Kira-kira, apakah bakalan ada versi digital? Secara pribadi, saya tidak ingin mereka terlalu lama mempergunakan gawai walau untuk membaca kisah ini. Tapi, banyak orang tua yang dengan bijak memberikan izin mempergunakan gawai untuk kondisi tertentu, salah satunya untuk membaca buku digital.

Semoga buku ini membawa angin segar bagi buku anak-anak di tanah air, terutama buku karya penulis lokal. Usahanya menulis kisah seperti ini sangat patut  diacungi jempol. 

Sebagai bonus, penerbit memberikan bocoran beberapa halaman dari salah satu buku lainnya.  Tak sabar membaca buku lainnya.

------------------
Kalau jodoh tak lari ke mana!

Tak sengaja melihat promosi penerbit buku ini di Threads, ada harga promosi yang menggoda. Ada juga di Paragraph, komunikas pembaca, dimana saya bergabung.

Sebagai Onty  yang sering diserbu bocil, rasanya perlu membeli buku ini untuk pasukan. Sementara  masuk keranjang orange dulu, sampai ada alasan yang tepat untuk memberikan hadiah. 

Ketika tanpa sadar curhat kehabisan bahan bacaan sampai harus membaca seri Pustaka Time-Life, seseorang menjanjikan akan mengirim buku bacaan yang pasti saya suka. Agak pesimis sebenarnya, jangan-jangan saya dikirimi buku babon, padahal yang dibutuhkan buku untuk hiburan menghilangkan stres.

Jreng....!
Mohon maaf sekali sudah berburuk sangka. Ada 4 buku seri ini yang dikirimkan. Baiklah, mari menikmati akhir pekan dengan ceria!

Kau memang sangat tahu akuh!!!!!

Sumber gambar:
Buku Avonturir #4: Kau adalah Seekor Kucing



Kamis, 29 Mei 2025

2025 #7: Mimpi Si Pemimpi Selama Sepuluh Malam

Judul buku: Mimpi Sepuluh Malam
Penulis: Natsume Sōseki
Penerjemah: Titik Andarwati
Editor: Setyaningsih
ISBN: 9786238023233
Halaman: 72
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: bukuKatta
Harga: Rp 40.000
Rating: 4.25/5

"Ketika  aku  mati, tolong kuburkan aku. Dengan cangkang tiram mutiara  yang besar galilah sebuah kuburan. Dan dengan pecahan bintang yang jatuh, pasanglah tiang nisan. Dan kemudian tolong tunggu di samping kuburanku. Aku akan datang lagi kepadamu."

-Mimpi Sepuluh Malam, halaman 9-


Jangan terkecoh dengan judul buku ini. Walau judul buku ini adalah Mimpi Sepuluh Malam, namun pembaca akan menemukan dua bagian kisah dalam buku ini, Pertama, sesuai judul, Mimpi Sepuluh Malam. Bagian ini menghabiskan nyaris seluruh halaman yang tersedia dalam buku. Selanjutnya kisah berjudul Kuburan Kucing Kami. Terakhir sebagai bonus, penerbit memberikan informasi terkait penulis.
https://www.goodreads.com/book/
show/59016370-on-gece-d-le
ri

Nama penulis ini mungkin kurang akrab didengar. Tapi salah satu karyanya, Botchan,  menurut yang tertera pada laman Goodreads, telah tersedia sebanyak 379 edisi. Dari bahasa Jepang, Inggris, Turki, Persia, Vietnam, Indonesia, dan masih banyak lagi. Dari softcover, hingga hardcover.

Pernahkah menceritakan mimpi pada orang lain? Entah sekedar berbagi kisah, atau meminta tafsir atas mimpi tersebut? Tokoh dalam buku ini-sebut saja Si Pemimpi, membagikan mimpinya selama 10 malam kepada pembaca. 

Pada Malam Pertama, Malam Kedua, Malam Ketiga dan Malam Kelima, narasi dimulai dengan kalimat, "Seperti inilah mimpiku:" Mimpinya beragam, baik tokoh, waktu kejadian, hingga lokasi. Tidak ada mimpi yang sama.

Kalau mau disebut kesamaan, adalah munculnya tokoh di Mimpi Kedelapan dan Mimpi Kesepuluh. Tokoh bernama Shōtarō yang menggenakan  topi panama, disebutkan  sekilas sedang berjalan berjalan bersama seorang wanita pada Mimpi Kedelapan. Pada Mimpi Kesepuluh, porsinya dalam kisah lebih banyak lagi, bisa dikatakan ia menjadi tokoh.
https://www.goodreads.com/
book/show/60485784--

Kisah tentang seorang wanita yang mendoakan suaminya agar pulang selamat dari peperangan pada Malam Kesembilan, sungguh mengharukan. Kisah ini diperoleh Si Pemimpi dari ibunya dalam mimpi. 

Tiap malam, wanita tersebut pergi ke kuil Hachiman-Dewa Busur dan Panah, untuk berdoa.  Setelah selesai memanjatkan doa, ia akan menuruni tangga dan memulai ritual O-hyakudo (ritual berjalan 100 kali di sepanjang jalan setapak di kuil atau candi) sepanjang jalan berbendera batu sejauh 40 yard. 

Bukan hal yang mudah mengingat ada anak yang dibawanya. Tangisan sang anak bisa membuatnya tidak konsentrasi menjalankan ritual. Semuanya ia lakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa tahu bahwa suaminya sudah meninggal dalam perang. Yang ia tahu, ia harus memohon demi keselamatan suami. 

https://www.goodreads.com/book/
show/218523420-on-gece-d-leri
Penulis dengan apik membuat perasaan saya tercabik-cabik. Mungkin saja saya yang sedang melankolis saat membaca, namun rasanya kisah dalam Mimpi Sepuluh Malam membuat saya merasa suasana hati menjadi agak muram.

Tepatnya terbawa suasana sedih, terutama yang muncul dari  perpisahan sepasang kekasih di Mimpi Malam Pertama dan Mimpi Malam Kelima, anak buta yang pasrah dibuang pada Mimpi Malam Ketiga, dan rasa ketakutan yang mencekam pada Malam Ketujuh

Rasanya kehidupan  yang saya jalani ini lebih baik dibandingkan kehidupan para tokoh dalam kisah yang disajikan. Pengambaran tokoh dengan sosok yang bisa dijumpai dengan mudah di sekitar kita, membuat kisah dalam buku ini menjadi lebih hidup.
https://www.goodreads.com/
book/show/62778.Ten_Nights_Dreams

Penerbut juga tak lupa menyisipkan informasi terkait isi kisah. Bisa arti bahasa Jepang yang disebutkan, atau penjabaran mengenai suatu hal. Dengan demikian pembaca bisa makin mengerti alur kisah dalam menikmatinya. 

Kisah Kuburan Kucing Kami berkisah tentang seekor kucing milik keluarga yang mati dan dikubur. Dari semula tidak dianggap, menjadi perlu dibuatkan acara mengenang  setiap tahun. 

Duh, paham sekali  bagian ini,  malah membuat saya teringat pada salah satu kucing di rumah yang mati karena usia 2 tahun lalu. Saya yang bukan penyuka kucing, memberikan pengecualian untuk Lena-panggilannya. 

Dia satu-satunya yang berani menyusup ke dalam selimut saya, mengeong minta minum atau makan sampai saya berdiri memberikan apa yang ia minta, bahkan kami bisa makan kudapan keripik dengan micin bersama.

Setelah terjadi kekacauan akan jenis kelaminnya, satu dokter hewan menyebutkan jantan, sedang yang satunya mengatakan betina, saya makin dekat dengannya, tentunya juga merasa kasihan. Mungkin di dunia perkucingan dia menjadi olok-olok karena hal tesebut.

Saat terakhir, ia yang selalu buang air di kamar mandi, acap mengeong, seakan kesakitan. Jika saya mendekat, ia akan menempelkan badannya ke kaki saya, seakan mengadu. 

Pagi hari saat terakhir hidupnya, ia mengeong pelan ketika saya hampiri. Satu tarikan napas lembut, lalu ia tidak ada. Pagi itu, saya pergi ke kantor dengan perasaan tak karuan. 

Si4l4n!
Jadi mewek!
Jika Anda sedang butuh sesuatu untuk menguras emosi, atau untuk merasakan bahwa hidup ini lebih baik dari yang lain, baca buku ini.

Sumber gambar:
https://goodreads.com









Kamis, 15 Mei 2025

2025#6: Emak Yati, Ipah, dan Tutug Oncom

Penulis: Kris Agtrian
ISBN10: 9797753301
ISBN13: 9789797753306
Halaman: 335
Cetakan: Pertama-2022
Penerbit: Indonesia Tera
Harga: Rp 126.000
Rating: 3.25/5

"Enggak ada surga di warung Emak! Ipah ngak sudi!"
hal 86


Saat kecil, Ipah merasakan betapa Emak Yati, nenek dari pihak ibu, sangat mencintai dirinya.  Limpahan mainan yang bisa membuat anak tetangga menangis  tiada henti karena  minta dibelikan orang tua, hanya bukti kecil bagaimana Ipah begitu dicintai Emak Yati.

Namun belakangan, ketika ia dewasa, sikap Emak Yati berubah. Terutama sejak orang tua Ipah berpisah. Ipah bisa tetap tinggal bersama  Emak Yati dengan syarat harus melanjutkan usaha kuliner nasi tutug oncom yang melegenda di Kawung Asih, Tasikmalaya.

Alih-alih menyetujui, Ipah  berontak dengan memilih bekerja sebagai pegawai di toko busana muslim milik Bu Surti-biasa dipanggil Umi. Ia merasa Emak Yati terlalu ikut campur dalam hidupnya. 

Gaji yang ia terima sebenarnya jauh dari mencukupi, namun Ipah seakan ingin menunjukkan bahwa ia bisa hidup tanpa bantuan Emak Yati. Untuk tinggal,  memang ia masih tinggal di rumah Emak Yati, tapi minimal ia sudah mampu membeli makan dan mengurus kebutuhannya sendiri.

Wajar jika Emak Yati yang dikenal memiliki usaha nasi tutug oncom berharap sebagai cucu semata wayang Ipah kelak mau menjadi penerusnya. Penolakan Ipah  memicu pertikaian. Puncaknya ia bahkan menjalin kasih dengan seorang anak pemilik rumah makan supaya Emak Yati merasa kalah.

Hubungan Ipah-Emak Yati menjadi hal yang mendominasi kisah dalam buku ini. Keduanya seakan-akan saling membenci. Namun dengan cara masing-masing menunjukkan kecintaan pada sesama. Ipah yang terlalu gensi untuk mengakui ia membutuhkan Emak Yati, sementara Emak Yati  malu mengakui ia menaruh harapan besar pada Ipah.

Pada akhirnya, Ipah mengetahui alasan kenapa seakan-akan Emak Yati membencinya, tidak mencintai Ipah. Apa yang dilakukan dan dikatakan Ipah selalu salah bagi Emak Yati. Baca ya ^_^, mengandung bawang bagian ini.

Juga terbongkar rahasia kelam yang disembunyikan Emak Yati terkait keluarga calon suaminya. Semua yang dilakukan Emak Yati adalah karena ia begitu mencintai Ipah, walau kadang caranya justru membuat Ipah merasa kesal padanya.

Saat kecil, saya sering mendengar orang berkata pada Eyang Putri saya, bahwa cinta kasih pada cucu bisa melebihi cinta kasih pada anak, Baru ketika saya memiliki anak, saya paham maknanya. Maka, saya mengerti kenapa Emak Yati bersikap begitu pada Ipah. Cinta memang unik.

Sebagai bumbu, penulis juga memberikan beberapa tokoh sebagai pemanis kisah. Ada Nenden dan Honey sahabat Ipah. Honey setiap hari membawakan bekal untuk sang pacar, membuat Ipah ingin ikut mencicipi masakannya. 

Pada akhirnya, Ipah kalah! Untung mereka sempat berdamai sebelum Emak Yati pergi. Jika tidak, tak terbayangkan penyesalan yang Ipah. Bagaimana juga Emak Yati yang mengurus Ipah sejak kecil.

Secara garis besar, buku ini bisa dibaca untuk segala umur, minimal usia remaja mengingat ada bagian Ipah memiliki kekasih hati dan ingin minggat dari rumah.  
Juga terdapat beberapa bagian yang mengisahkan bagaimana Ipah berbicara dengan nada tinggi pada Emak Yati,  hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka yang berusia lebih muda sebagai wujud penghormatan pada yang lebih tua. 

Walau tidak ada adegan syur, namun sebaiknya dibaca oleh mereka yang berusia diatas 17 tahun. Atau dengan didampingi orang tua untuk usia dibawahnya. Setidaknya untuk memberikan pemahaman, bahwa seharusnya Ipah memang tidak berkata tinggi pada Emak Yati meski sedang emosi.

Penulis membuka mata pembaca bahwa tidak ada yang menyayangi diri kita selain keluarga. Mungkin, cara yang dilakukan memang tidak seperti yang diharapkan, tapi pasti ada alasan untuk itu semua. 

Buku ini juga mengajarkan bahwa keluarga tidak selalu harus terikat darah. Bagaimana kedua sahabat Ipah selalu membantu, merupakan bukti.  Demikian juga kekasih Ipah yang mengikuti kemauan orang tua angkatnya, menjadi bukti bakti dan ucapan terima kasih, meski ia tahu bahwa itu salah. 

Hanya dengan melakukan apa yang diminta, ia merasa sudah berbuat sesuatu sebagai ucapan terima kasih atas apa yang selama ini ia terima. Rumit juga kisah percintaan Ipah.

Ide menulis untuk menjadikan makanan, tutug oncom sebagai perajut cerita, merupakan ide yang perlu diacungi jempol, karena secara tak langsung mempromosikan makanan lokal. Pengusaha makanan lokal tentunya akan terbantu secara tidak langsung, karena pembaca buku yang baru mengetahui makanan ini tentunya memiliki keinginan untuk mencicipi.
sumber: https://manisdansedap.com/
menu-sedap/ws.hdks/Nasi-Tutug-Oncom-31480

Dalam https://indonesiakaya.com, disebutkan nasi tutug oncom yang merupakan kuliner khas Tasikmalaya ini terdiri dari nasi dan olahan oncom dengan bumbu kencur yang menjadi ciri khasnya. Kata “tutug” sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti “tumbuk.” Hal itu juga merepresentasikan bagaimana proses pengolahannya. Dalam pembuatannya, oncom ditumbuk hingga menjadi butiran kasar lalu dijemur di bawah sinar matahari +/- sehari.

Selanjutnya disebutkan bahwa Oncom yang telah kering lalu ditaburi bumbu-bumbu seperti bawang merah, sedikit gula dan garam, bawang putih dan kencur, kemudian dimasak atau dibakar hingga matang. Oncom yang telah dibumbui kemudian disangrai atau dibakar, ditumbuk hingga halus, lalu ditaburkan di atas nasi dan wajib disajikan dalam kondisi hangat.

Pada situs https://manisdansedap.com tertera harga seporsi Nasi Tutug Oncom yang sangatr terjangkau. Sayangnya jangkauan pengiriman hanya seputar Bandung he he he. Kalau tidak, bisa ikutan mencoba saya. 

Kisah yang sederhana namun penuh cinta kasih pada orang terdekat. Menawan.


Sumber Gambar:
https://manisdansedap.com

Senin, 12 Mei 2025

2025 #5: Seri LIFE Natural Library

Begitulah jika saya kehabisan buku untuk dibaca saat semangat sedang tinggi. Buku yang tak lazim menjadi sasaran.  Bagaimana lagi, mau tak mau, faktor U berperan dalam kecepatan saya membaca dan membuat catatan.

Waktu luang yang ada, dimanfaatkan untuk bobok cantik atau melakukan aktivitas fisik guna meningkatkan kebugaran tubuh. Biasanya saya membereskan tanaman atau rak buku. Sudah tak mampu lagi membaca dalam angkot.

Sebenarnya, seri buku ini bisa dikatakan  sering bersliweran di lapak buku daring, atau ditawarkan di lapak yang ada di pasar buku. Hanya saja, jarang yang merasa perlu membaca dari halaman pertama hingga akhir, kemudian membuatkan semacam catatan tentang apa yang dibaca. 

Buku pertama yang saya baca dan memberikan catatan sekedarnya di Goodreads adalah The Land and Wildlife of Tropical Asia. Butuh sekitar 10 hari, atau lebih, saya sudah tak ingat, untuk bisa menuntaskannya. Maklum, ukuran huruf kecil dan kemampuan bahasa saya yang sangat standar.

Penulis: S. Dillon Ripley and the Editors of Time-Life Books
Cetakan: Pertama-1970

Terdapat 8 bagian dalam buku ini. Mulai dari The South-Eastern Realm, In The Great Forest, An Insect Treasure Trove, sampai The Human Invasion. Kovernya langsung membuat saya terpesona, badak bercula  satu.

Bisa dikatakan masa kecil saya dihabiskan dengan memandang rak buku papa yang penuh dengan seri ini. Saya masih ingat, sekali dalam jangka waktu tertentu, ada om yang datang ke rumah dan membawa 1 buku baru dari seri ini (belakangan baru saya tahu kalau lamanya sebulan).

Kedatangannya selalu dinantikan oleh papa. Pernah suatu hari, buku yang dibawa adalah buku yang sudah dimiliki, terbayang betapa kecewanya papa. Si om yang merasa bersalah memberikan buku tersebut sebagai hadiah.

Kedua pria tersebut saling merasa tidak enak hati. Yang satu merasa tidak enak sudah mengecewakan pelanggan yang mengharapkan buku baru, yang lain merasa tidak enak karena harus menerima buku gratis yang harganya lumayan.

Saya? Senang! Karena akhirnya buku tersebut dihadiahkan untuk saya. Wah rasanya bangga sekali punya satu buku yang serupa dengan yang ada di rak buku papa. Saya memperoleh judul South America dengan gambar burung dominasi warna hijau. 

Sayangnya, buku yang ada di antar si om berbahasa Inggris, sementara saya yang masih SD belum paham bahasa tersebut (kala itu belum banyak SD yg memasukan Bahasa Inggris dalam kurikulum). Sekarang sebenarnya juga masih belum canggih hi hi hi.

Namun, senang saja melihat gambar-gambar yang ada. Jika ada sesuatu yang sepertinya menarik, saya akan bertanya tentang informasi terkait gambar tersebut. Kadang saya kurang paham dengan yang dijelaskan, hanya menganggukan kepala saja, malu rasanya mengaku tidak mengerti, padahal tadi ribut bertanya.

Untuk bisa meminjam, butuh ritual ketat. Salah satunya harus mencuci tangan sampai bersih dan dilap kering baru memegang buku ini. Mungkin karena saat itu buku-buku seperti ini merupakan barang yang dianggap eksekutif. Perlu dijaga dengan sangat baik. Untunglah saya berkesempatan membaca eh melihat, tidak sekedar menjadi pajangan di rumah saja.

Kemudian, tak sengaja menemukan versi bahasa Indonesia dalam judul yang tidak ada dalam koleksi papa. Coba membeli 1 dari lapak yang menawarkan harga paling murah, eh ternyata malah mendapat kejutan.
Penulis: James M. Tanner, Gordon Rattray Taylor, Para Editor Pusraka Time-Life
Cetakan: Pertama-1981
Halaman: 199
Penerbit: Tira Pustaka

Buku ini berisikan aneka informasi tentang proses pertumbuhan manusia yang bukan merupakan hal sederhana, penuh liku dan rumit. Jika dicermati dari  berbagai disiplin ilmu, berbagai eksperimen, dan  sejarah keberadaan manusia, merupakan hal yang menarik.

Perhatikan saja, dalam sebuah keluarga, tidak semua perawakan sama. Memang ada yang serupa, namun ada juga yang sama sekali tidak menyerupai. Belum tingkah polahnya, ada yang menyerupai

Ada 8 bagian dalam buku ini. Mulai dari  Tantangan Abad ke-20, Beberapa Ukuran Pertumbuhan, Tahun-tahun yang Penuh Gejolak,  hingga Mengganggu Alam. Sepertinya  tiap buku memang hanya terdiri dari 8 bagian.

Menariknya, pada tiap bagian terdapat esai bergambar terkait dengan isi bagian. Misalnya, pada bagian Dua Bulan Pertama, terdapat  esai bergambar dengan judul Menciptakan Organisme dengan Sel. Dalam Beberapa Ukuran Pertumbuhan,
esai bergambar berjudul Mencari-cari Rahasia Perkembangan.

Pada bagian belakang, saya menemukan stempel. Ternyata buku yang dibeli bisa dikatakan merupakan koleksi atau arsip dari penerbit. Malah jadi mencari informasi tentang keberadaan penerbit ini. Luar biasa juga mampu menerbitkan terjemahan seri ini pada tahun 80-an.

Isi buku ini bisa dikatakan 80% masih baik, cetakannya masih terlihat sangat jelas. Hanya saja memang mulai ada noda kuning di beberapa bagian. Meski demikian, saya harus membuka perlahan karena halaman mulai lepas karena lem sudah tidak berfungsi.  Mengingat usia buku, rasanya wajar. 

Hem..., rasanya perlu juga mencari judul-judul lain guna melengkapi yang sudah ada.

Selasa, 15 April 2025

2025 #4: Mimin Dan Perpustakaan

Judul buku: Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar
Penulis: M. Amin Hasan
Perancang kulit: Anggit A.B
Ilustrasi dalam:HR. Sunatha Ujung
Nomor kode penerbit: 12.3991.WJ.1994
Halaman: 32
Cetakan: Kedua-1993
Penerbit: PT Wangsa Jatra Lestari

"Bagaimana  cara kalian belajar?"

"Kami telah mendirikan perpustakaan. Tempatnya di rumah Mimin. Di sanalah tempat kami membaca buku, isi ceritanya menarik. Seperti yang kami ceritakan tadi, Bu" jawab Anas.

"Bagus sekali. Itulah gunanya kalau rajin membaca. Ibu ucapkan selamat atas kerjasama kalian." tutur Ibu Guru Senang.

Seperti biasa, buku menarik ini saya beli dari lapak buku daring langganan. Harganya memang tidak semurah biasanya, mungkin karena kondisinya bisa dikatakan 85% bagus.

Bagian pertama yang menarik perhatian ketika melihat iklan tentang buku ini adalah kata "Perpustakaan" serta tulisan di pojok kanan atas "MILIK NEGARA..." . Artinya ini merupakan salah satu buku dari Proyek/Bagian Proyek Penyediaan Buku Bacaan Anak-anak Sekolah Dasar. pada tahun 1993. Buku yang saya miliki merupakan cetakan kedua, cetakan pertama terbit pada tahun 1993. 

Buku ini mengisahkan tentang seorang anak kelas 2 SD bernama Mimin yang gemar membaca. Pada bagian Kata Pengantar, disebutkan bahwa Mimin  rajin membaca buku perpustakaan sekolah. 

Ia merasa tidak puas dengan buku yang ada di perpustakaan sekolah saja, ia ingin memiliki koleksi buku yang banyak di rumah. Untungnya kedua orang tua Mimin sangat mendukung keinginannya.

Bagian pembuka yang menarik, namun dalam kisah, sama sekali hal tersebut tidak disinggung. Yang ada justru tentang Mimin yang mengadakan perayaan ulang tahun dan mendapatkan berbagai hadiah. Termasuk 11 buku cerita dan 9 majalah anak-anak.

Mulanya Mimin kebingungan akan menyimpan di mana seluruh hadiah buku dan majalah  yang ia terima.  Ayah Mimin kemudian membuatkan semacam tempat penyimpanan buku. 
 Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar 
 Halaman 19

Jika melihat ilustrasi yang ada, rak yang dibuat cukup besar. Terlalu besar untuk menyimpan hanya 11 buku dan 9 majalah. Sang ayah menambahkan dengan 5 buku cerita dan anak-anak membeli beberapa buku lagi, supaya rak bisa lebih terisi.

Oh, ya, terlewat sedikit. Mimin memiliki 2 orang sahabat bernama Anas dan Ani. Mereka juga sekelas.  Ketiganya  digambarkan cukup dekat, sehingga untuk merapikan buku dan majalah hadiah ulang tahun Mimin ke rak yang baru dibuatkan ayahnya,  dilakukan bersama-sama. 

Cerita berlanjut dengan ketiganya yang sepakat akan membaca setiap sore. Setelah membaca, mereka akan saling menceritakan isi buku yang dibaca. Dengan demikian, kedua teman yang lain bisa mengetahui apa isi buku tersebut.

Suatu hari, pada pelajaran Bahasa Indonesia, yang kebetulan jatuh pada jam pelajaran terakhir (saya kurang paham kenapa hal ini perlu disampaikan oleh penulis ^_^), mereka diharuskan membuat sebuah cerita pendek yang nanti dibacakan di depan kelas pada pertemuan berikutnya. Cerita yang dianggap menarik, akan mendapatkan hadiah.

Seperti bisa diduga, ketiga tokoh dalam kisah kita ini menjadi juara. Mimin  menjadi juara kedua, sedangkan Anas menjadi juara pertama, Ani menjadi juara ketiga. 

Padahal saya semula menduga Mimin menjadi juara pertama hi hi hi. Maklum, biasanya begitulah sebuah kisah. Jagoan alias tokoh utama akan memenangkan lomba.

Ibu Guru merasa kagum pada ketiganya  karena terlihat tidak mengalami kesulitan ketika mengarang sebuah cerita dibandingkan teman-teman yang lain. Ternyata hal itu dikarenakan ketiga gemar membaca di perpustakaan yang ada di rumah Mimin.

Bagian akhir ini seakan memberikan informasi bahwa membaca buku cerita merupakan hal yang baik untuk dilakukan. Dan diharapkan agar lebih banyak siswa yang memiliki perpustakaan di rumah masing-masing.

Memang tidak ada yang salah dengan membaca buku cerita, tapi umumnya dalam buku sejenis ini, penulis akan menganjurkan untuk membaca buku pengetahuan umum. Hal ini juga senada dengan yang ada pada paragraf awal di Kata Pengantar.

Baiklah, mungkin saya yang terlalu cerewet, tapi untuk buku yang diperuntukan bagi anak SD, tentunya perlu dibuat dengan lebih baik lagi.  Apakah 

Misalnya saja, tata letak dalam buku ini bisa dikatakan kacau balau. Posisi kalimat yang satu dengan yang lain tidak diatur dengan rapi. Paragraf yang satu dengan yang lain tidak diberi jarak sehingga seakan menempel. Kalau bukan paragraf, sebaiknya juga tidak dicetak seperti itu.

Bagian ilustrasinya menarik. Andai saya anak SD, sudah bisa dipastikan saya akan sangat menyukai buku ini.  jadi membayangkan seandainya dibuat dengan berwarna, pasti akan luar biasa sekali.

Pada informasi terkait buku, saya menemukan ada Nomor kode penerbit, yaitu 12.3991.WJ.1994. Tapi tidak ada ISBN, padahal buku ini dicetak pada tahun 1994. Padahal di tanah air, ISBN mulai digunakan sejak tahun 1986.

Ada sebuah bagian dari kisah ini yang justru membuat saya teringat pada zaman SD dulu, tentunya bukan tahun 1994 ^_^. Mimin juga digambarkan sebagai anak yang baik hati. Hal ini terbukti dengan ia membagikan kepada masing-masing sahabatnya 3 buku tulis dari hadiah ulang tahun yang ia terima.

Ketika saya SD dulu, buku tulis merupakan hadiah yang paling umum diberikan karena dianggap paling cocok. Ada juga yang memberikan alat tulis dan lainnya. Tapi sebagian besar teman sekolah akan memberikan hadiah buku tulis.

Saya kurang yakin pada tahun 1994, buku tulis masih merupakan hadiah yang paling banyak diberikan. Banyak pilihan lain yang tersedia, ditambah dengan menjamurnya toko pernak-pernik dengan harga sangat terjangkau saat itu.

Hem..., sepertinya saya perlu cari tahu, apakah saat ini masih ada kegiatan menghadirkan buku-buku sejenis.

Sumber gambar:
Perpustakaan Mengantar Mimin Pintar



Sabtu, 15 Februari 2025

2025#3: Kisah Perpustakaan yang Hilang

Penulis: Rebecca Stead dan Wendy Mass
Penerjemah: Reita Ariyanti
Editor: Vania Adinda
ISBN: 9786020678801
Cetakan: Ketiga-Januari 2025
Halaman: 240
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 69.000
Rating: 3.25/5

 "AMBIL BUKU, TINGGALKAN BUKU. ATAU DUA-DUANYA!"

Demikian isi pengumuman yang terpasang di sebuah perpustakaan mini. Hem..., susah juga pilihannya. Sebagai penggila buku, tentunya saya akan mengambil buku. Jika kebetulan ada buku dobel atau tidak sesuai dengan selera, bisa ditinggalkan sebagai penukar buku yang diambil. 

Jika tidak, ada rasa sungkan untuk mengambil banyak, padahal begitu banyak buku yang menarik untuk dibawa pulang. Namun, setelah beberapa kali meninggalkan buku di area baca umum dan menemukan buku-buku tersebut raib, rasanya enggan untuk meninggalkan lagi. Jadi izinkan saya egois dengan mengambil beberapa buku yang paling menarik perhatian.

https://www.goodreads.com/book/show/
211029403-la-biblioteca-scomparsa
Bagi Evan, pilihannya lebih mudah. Ketika ia melihat ada  perpustakaan kecil  gratis muncul di kotanya-Martinville, dan menemukan  pesan "AMBIL BUKU, TINGGALKAN BUKU. ATAU DUA-DUANYA!" segera ia mengambil 2 buah buku untuk dibawa pulang. Ternyata buku yang ia ambil dahulu merupakan bagian dari koleksi Perpustakaan Martinville. 

Sebenarnya bukan hal aneh jika sebuah perpustakaan mengeluarkan buku dari koleksinya dengan berbagai pertimbangan, kemudian  membagikan pada yang membutuhkan. Masalahnya, perpustakaan tersebut sudah tidak ada lagi, terbakar sejak 20 tahun lalu! Lalu dari mana asalnya buku-buku tersebut?

Evan menemukan nama ayahnya pada kartu peminjam yang ada di belakang salah satu buku. Ia  juga menemukan nama penulis terkenal pada kartu peminjaman buku yang lain. Siapa mengira, kedua buku yang diambil Evan membawanya pada rahasia besar yang terpendam selama 20 tahun.

Dahulu,  memang ada perpustakaan di kota mereka. Sebuah kebakaran yang diduga berasal dari ruang bawah tanah membuat perpustakaan tersebut hangus hingga tidak digunakan lagi. 

Seorang anak magang diintrograsi polisi karena  merupakan orang terakhir yang berada di ruang bawah tanah. Namanya dirahasiakan demi keamanan. Walau tak ada bukti cukup untuk menjadikannya tersangka, banyak penduduk yang beranggapan demikian.


Kisah ini sebenarnya sederhana, tentang sebuah perpustakan yang hancur akibat kebakaran  dan terbengkalai. Tapi karena diceritakan secara bergantian dari sudut pandang para  tokoh, Mortiner, Evan, dan AL, membuat kisah menawarkan nuansa yang berbeda.

Oh, ya baru pada bagian belakang saya tahu bahwa AL bukan nama orang, tapi singkatan dari  Assistant Librarian. Harusnya sadar kenapa tertulis AL bukan Al.

Secara iseng, saya menghitung berapa bab yang menjadi "jatah" masing-masing tokoh. Ternyata Mortiner mendapat 10 bab, AL 14 bab, Evan 15 bab. Ada juga bab yg diberi judul "Semua Orang" di halaman 40, dan Epilog untuk masing-masing tokoh.

Tak hanya soal perpustakaan, bagaimana hubungan ayah-anak juga dikisahkan dalam buku ini.  Juga tentang bagaimana persahabatan membuat seseorang rela berkorban untuk sahabatnya.

Bagian ini, membawa ingatan pada film lawas Ghost, pada adegan ketika Sam Wheat (diperankan oleh Patrick Swayze), tidak bisa melintasi cahaya yang menuju ke surga karena masih ada urusan yang belum selesai di dunia. Jadul ya saya.

Buku yang menarik sebenarnya, hanya saya tidak merasakan "roh kisah" dalam buku ini.  Beberapa bagian yang harusnya mampu menguras emosi, malah terasa hambar.
https://www.goodreads.com/book/show/
222623618-kedi-ve-hayalet

Ada juga bagian dimana  narasi yang disajikan seakan tidak berhubungan satu dengan lainnya. Terdapat juga "bolong" kisah yang berakibat kisah tidak terbangun dengan optimal.

Saya coba mencari tahu target pembaca dan penulis buku ini.Siapa  tahu, karena diperuntukan bagi anak-anak atau remaja, ada bagian yang dibuat menyesuaikan dengan pemikiran mereka. Sehingga ketika dibaca oleh orang dewasa berkesan datar. 

Pada Goodreads, ditemukan bahwa buku ini mendapat penghargaan  Mythopoeic Fantasy Award Nominee for Children's Literature (2024), Pennsylvania Young Readers' Choice Award Nominee for Grades 3-6 (2025), Vermont Golden Dome Book Award Nominee (2025). Pantas, buku ini memang lebih cocok dibaca atau dijadikan bahan dongeng untuk anak-anak.

Misalnya tentang banyak yang melakukan komplain pada ayah Evan karena tikus yang diusirkan kembali ke rumah. Menuruh beliau, tikus-tikus itu dibawa dan dilepas di hutan terdekat. Entah bagaimana, mereka bisa menemukan jalan pulang. Mengingatkan tentang sebuah kisah klasik bukan?

Pada blurd, pembaca sudah diberikan bocoran bahwa ada hantu dan kucing yang menjadi tokoh dalam kisah. Apakah kucing juga merupakan hantu? Atau salah seorang pegawai? Silakan cari tahu sendiri dalam buku ini.


Jika dicermati, ini buku kesekian yang mengusung kucing sebagai salah satu tokoh dalam kisah. Mungkinkah sedang ada tren baru? Jika diingat, buku pertama dengan tokoh kucing yang saya baca adalah Dewey: Kucing Perpustakaan Kota Kecil yang Bikin Dunia Jatuh Hati karya  Vicki Myron dan Bret Witter yang diterbitkan pertama kali di tanah air  oleh Penerbit Serambi pada tahun 2009.

Kalimat favorit saya dalam buku ini adalah:
Kadang, kita terlalu percaya pada isi buku sehingga beranggapan bahwa kehidupan akan seindah kisah dalam buku. 

Ada sahabat saya yang begitu tergila-gila pada sebuah buku motivasi. Segala langkah yang diajarkan diikuti, namun ternyata hasilnya tak seperti yang dijanjikan dalam buku. Ia lupa, ada faktor tak terlihat yang berbeda pada tiap orang. 

Buku tersebut hanya memberikan saran dan arahan, hasilnya tiap orang tidak akan sama. Mungkin ia termasuk dalam  golongan yang tidak bisa mendapatkan hasil sesempurna yang ditawarkan buku. 

Bukan salah penulisnya juga. Karena begitulah kehidupan ini, tak ada yang pasti 100%.  Kecuali, kematian yang kelak akan menjemput.

Menarik untuk dijadikan hadiah bagi anak-anak.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com