Kamis, 25 Februari 2016

2016 #25: Narend, Petualangan ke Tanah Kutukan

 
Penulis : Linuwih Nata Permana
Editor : Diah Merta
Penyelia Akhir: Goenawan BS
Desan dan Ilustrasi Sampul: Windutampan
Tata Letak: Zoura Humaira
Ilustrasi Isi: Dani Sungu
ISBN: 9793813253
Halaman: 291
Cetakan: Pertama- 2006
Penerbit: Liliput
Rating: 4/5

Kadang-kadang kita harus membuka mata sampai ke hal-hal yang sangat ekstrim. Itu akan membuat kita selalu berhati-hati.

Selesai membaca buku ini, ibarat melunasi sebuah "hutang" Tapi sangat sepadan dengan keseruannya.
Sebenarnya buku ini sudah agak lama berada di rak buku. Maklum karena terlalu sering tertimbun buku anyar jadi keberadaannya nyaris terlupakan. Baru saat beres-beres keberadaannya muncul lagi ke permukaan he he he. 

Itu juga masih tidak membuat buku ini bisa selesai dibaca. Baru dibaca sekian halaman, ada tugas review yang mengharuskan buku ini ditaruh dulu. beberapa begitu, hingga akhirnya harus membulatkan tekat untuk menuntaskan buku ini. 

Buat saya, buku ini jelas layak koleksi. Tak peduli kertasnya sudah menguning, yang penting isinya spektakuler *penganut  lebih baik penampilan jelek tapi isi ciamik dari pada penambilan keren isi mlempem* Pertama dilihat dari nama penerbitnya. Penerbit yang satu ini pernah sukses membuat saya nyaris seminggu tidak bisa berkonsentrasi bekerja demi berburu buku-buku lainnya melalui dunia maya. Kedua, ini genre fantasi. Niatnya mau mengumpulkan semua kisah fantasi karya anak bangsa.

Dan sejauh ini, saya harus mengakui bahwa Mbak Diah Meta-setahunya saya salah satu pemilik, selalu mampu membius saya dengan pilihan kasih yang ciamik. Nalurinya benar-benar tajam dalam memilih kisah fantasi. Seandainya penerbit ini masih ada, pasti bakalan laris manis.

Kisahnya mirip petualangan Indiana Jones mencari sebuah ruang harta tapi melalui jalur laut sehingga mirip kisah Sinbad Sang Pelaut plus sedikit nuansa persahabatan ala Frodo Baggins. Terbayangkan serunya kisah ini. Oh, kalau seru kenapa saya beri bintang 4 bukannya 5? Ada penjelasannya ^_^


Tokoh utama, Narend, adalah seorang anak yatim piatu yang diadopsi oleh sang paman, Mourad. Seharinya ia membantu paman yang memliki jabatan sebagai kepala perpustakaan. Bukan sembarang perpustakaan, tapi perpustakaan kota yang tidak saja menyimpan aneka  arsip kota tapi juga kitab-kitab, patung, guci, dan tentunya manusrip dan papyrus.

Suatu hari, Narend mendapat ramalan bahwa ia akan menemukan kejayaan jika mau meninggalkan kota untuk pergi mencari takdirnya ke tanah Hindustan. Semula ia tak percaya, tapi beberapa kejadian yang ia alami membuat Narend merasa perlu mempertimbangkan hal tersebut. 

Ketika terjadi peristiwa pembunuhan dan pembongkaran paksa serta pengerusakan aneka barang di perpustakaan, Narend membulatkan tekat untuk mencoba meraih takdirnya seperti yang diutarakan oleh ahli nujum di pasar malam. Bersama dengan sahabatnya Ayaghbeni penjaga mercusuar, Mahesz Pahersi mahasiswa antripolog, Kung Tao pelaut ulung,  serta Hilal El-saudi pengangkut beban mereka berlayar menuju tanah Hindustan.


Penulis memberikan banyak keseruan sepanjang perjalanan. Mulai dari urusan menyiapkan perbekalan yang cukup melelahkan, bajak laut, bertarung demi uang, menemukan kota yang penduduknya hilang tanpa ketahuan sebab, kehilangan sahabat karena digigit ular, badai dasyat, sihir jarak jauh hingga tsunami. Nuansa kuno yang dihembuskan penulis membuat kisah ini makin layak untuk dibaca.

Dengan membaca kisah ini, kita mendapat banyak pengetahuan. Penulis seakan memanjakan kita dengan aneka pengetahuan geografi dan sejarah. Beberapa bagian, sepertinya diuraikan terlalu panjang hanya untuk memberikan tambahan ilmu pada pembaca. 
Gaya bercerita yang lambat pada suatu bagian dan cepat pada bagian lain membuat pembaca merasakan sensasi tersendiri. Memang harus sabar pada bagian yang berkesan bertele-tele, tapi sebanding dengan keseruan yang didapat.


Pesan moral dalam  buku ini tentunya juga diselipkan oleh penulis. Bahwa dalam persahabatan, saling membantu akan memudahkan menyelesaikan banyak hal. Seorang sahabat akan berkorban demi sahabatnya tanpa pamrih. Seorang sahabat akan membuat diri kita menjadi tegar dalam menghadapi cobaan.

Sosok ketiga tokoh yang terlalu percaya pada barang kesayangan yang dianggap mampu melindungi diri dari bahaya, merupakan peringatan agar pembaca hanya berserah diri dan mohon perlindungan pada Maha Pencipta. Benda-benda yang mereka yakini bisa melindungi justru membuat mereka celaka. Sihir jarak jauh yang dikirim musuh melalui benda mereka yang sudah dicuri sebelumnya adalah peringatan keras untuk tidak terlalu memuja sebuah benda.

Pada suatu bagian dikisahkan para tokoh sedang berlatih mempergunakan Toya untuk membela diri. Toya adalah senjata berupa tongkat panjang yang pada umumnya terbuat dari rotan atau kayu. 

Singkat kata, menyesal juga saya tidak membaca kisah ini sejak dulu. Apa yang saya terima lebih dari dugaan saya tentang isi buku ini. Ditambah dengan ilustrasi yang indah, buku ini layak mendapat bintang 5 sebenarnya.

Eh, ya kenapa saya memberikan bintang 4, sebenarnya lebih karena urusan personal. Ada beberapa hal yang mengganjal seperti bagaimana nasib paman Narend. Setelah sekian tahun merawat Narend kenapa ia bisa begitu saja menghilang. Apa kelanjutan pertemuan Narend dengan gadis pujaannya yang kebetulan adalah anak orang kaya, apa gunanya disebutkan jika tak ada hubunganya. Terakhir, kalimat di halaman 290 yang bikin saya sebal! 

Kalimat tersebut adalah......Seperti slogan penerbit ini, Bacalah dan kau akan tahu! ^_^

-------------
Saat mau posting link di GRI baru sadar kalau kisah ini pernah dibaca.
Hanya memang ngak direpiu panjang
wkwkwk emang ciamik!





.

1 komentar: