Minggu, 30 Oktober 2022

2022 #28: Menikmati Kisah-Kisah Enid Blyton

Judul asli: Kisah-Kisah Terlupakan Enid Blyton
Penulis: Enid Blyton
Penerjemah:Diyan Yulianto
Editor:  Y. Agusta Akhir
ISBN: 9786237245971
Halaman: 168
Cetakan: Pertama-Juli  2022 
Penerbit: BukuKatta
Harga: Rp 65.000
Rating: 4,5/5

Semuanya butuh proses dan kesabaran. Jangan marah-marah dan kecewa jika kau tidak mendapatkan apa yang kau  inginkan seketika itu juga. Nanti akan tiba waktunya 
-Kisah-Kisah Terlupakan Enid Blyton,  hal 109-

Bagi  para penggila buku yang mulai mengenal literasi tahun 70-90 awal, tentunya tak asing dengan kisah  besutan Enid Blyton seperti Noddy,  Seri Kumbang, Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau Tahu, dan beberapa seri lainnya. Ada juga kisah tentang kehidupan di sekolah berasrama, seperti  Malory Towers, St. Clare, serta Si Badung

Tak terhitung juga buku-buku yang memuat kumpulan kisah atau hanya sebuah kisah.  Saat ini, beberapa buku terbitan Enid Blyton mengalami cetak ulang, walau ada juga yang menjadi buruan kolektor karena tak diterbitkan lagi. Tidak percaya? Silakan cek harga buku karya Enid Blyton di lapak buku daring. Bahkan  buku semacam  Seri Lima Sekawan yang diteruskan oleh penulis Perancis, Claude Voilier, harganya luar biasa untuk sebuah buku seken.

Saya sendiri masih menyimpan buku-buku Enid Blyton, ditambah dengan hasil berburu buku-buku yang pernah ada namun raib digondol peminjam. Senang rasanya  menemukan buku ini, seakan kembali pada zaman ketika baru mulai mengenal aksara dan semangat menabung untuk membeli buku baru. 

Dalam buku dengan kover karya Satriya Adhi yang imut ini, pembaca akan menemukan  15 kisah menawan. Antara lain ada  kisah  Pak Tua Pembuat Mainan, Murid Paling Kurang Pandai di Kelas, Kisah Dua Bocah dan Seekor Anak Kucing, Bagaimana Si Licik Membeli Apel, Kue Ulang Tahun yang Indah, serta Kitab yang Dimantrai.

Membaca Kisah Pak Tua Pembuat Mainan,  saya merasa de javu. Entah kapan, sepertinya saya pernah membaca kisah tersebut. Hingga baru membaca bagian awal saja, saya sudah bisa menebak jalan kisah.  Saya sangat ingat bagian yang menyebutkan Pak Tua dan istrinya menyambut Sang Ratu Peri di Rumahnya.

Mungkin ketika saya masih berusia belia. Namun dari informasi yang ada di bagian belakang buku, disebutkan bahwa kisah ini diambil dari  The Blue Story Book yang terbit tahun 1945. Astaga! Bahkan saya belum lahir saat itu. Meski merupakan kisah lawas, dan sepertinya saya sudah pernah membaca, kedua hal tersebut tak mengurangi keseruan membaca kisah ini (kembali).

Hem..., rasanya saya juga pernah membaca kisah serupa dengan Murid Paling Kurang Pandai di Kelas, pada salah satu buku yang ada dalam seri Kumbang. Versi yang saya baca, tentang seorang anak yang walau kurang pandai pada banyak hal namun selalu tampil rapi dan bersih. Sehingga ia dipilih menyerahkan bunga pada ratu (atau bangsawan, lupa saya) yang berkunjung ke sekolah. Kurang lebih begitulah. 

Beberapa kisah mungkin pernah saya baca, namun lumayan juga kisah yang belum pernah saya baca. Seperti kisah Kisah Dua Bocah dan seekor Anak Kucing, Masuk ke Liang Kelinci, Kue Ulang Tahun yang Indah, dan beberapa kisah lagi. Jadi bersemangat menuntaskan buku ini.

Sosok Enid Blyton dikenal sebagai pengarang atau penulis kisah untuk anak-anak. Maka saya asumsikan. semua kisah yang ada dalam buku ini walau berasal dari aneka sumber (seperti yang tertera di halaman 165) namun diperuntukkan bagi anak-anak dengan berbagai usia.

Tak heran jika pembaca akan menemukan pesan moral dalam kisah yang ada. Pada kisah Berbohong Lagi dan Lagi,  di halaman 72 misalnya. Dikisahkan bagaimana kebohongan yang dilakukan oleh Kib    membuat orang-orang merasa marah dan kesal. Belum lagi akibat yang timbul  dari kebohongan  yang ia lakukan.  

Anak-anak sebagai pembaca diberikan pesan bahwa berbohong dan tidak menjalankan perintah orang tua akan berakibat fatal. Tak hanya bagi diri sendiri namun juga orang banyak.  Cerita merupakan salah satu cara bagi orang tua dan guru memberikan pendidikan budi pekerti. 

Menariknya, nama Kib yang dipakai dalam kisah tersebut merupakan hasil alih bahasa yang disesuaikan dengan kondisi di tanah air. Nama asli tokoh dalam kisah ini adalah Fibs yang berarti kebohongan atau dusta. Pemerjemahkan dengan cerdik mengubahnya menjadi Kib-penggalan dari Kibul, yang secara harafiah juga berarti berbohong. Cerdik!

Kisah Rumah Boneka Tanpa Perabotan mengajarkan anak untuk selalu berusaha dan bersabar jika menginginkan sesuatu hal. Seperti Sally yang sangat ingin mendapatkan perabotan bagi rumah boneka baru hadiah dari Neneknya. Ternyata Sally memang sengaja diberikan rumah boneka tanpa isi, karena menurut Nenek, Sally akan gembira jika bisa melengkapi isinya sendiri sedikit demi sedikit.
Sang  penerjemah 

Mulanya Sally merasa kecewa karena tidak menerima rumah boneka yang lengkap dengan isinya. Namun ia  percaya nasehat sang ibu bahwa semua hal harus melalui proses, untuk itu ia harus bersabar menjalaninya. Benar saja! Berbagai peristiwa tak terduga membuatnya dapat mengisi rumah boneka dengan berbagai perabotan mungil nan cantik.

Ternyata kisah ini berasal dari buku Enid Blyton's Seventh Tell-a-Story Book, yang terbit tahun 1964. Dalam buku tersebut seperti yang disebutkan dalam situs  https://www.enidblytonsociety.co.uk (lengkapnya di sini), terdapat 20 kisah dalam buku tersebut. Mulai dari  Mr. Stamp-About, Pull!, The Boy on the Bicycle, Clever-One the Imp, Tweaky's Trick, Little Sammy Sly-One, Poor Rosamunda!, Jo and Jane, Little Master Sam, A Tale About Tumpy, Billy-Up-the-Tree hingga Who Comes Knocking at My Gate.

Kisah terakhir dalam buku ini, Kitab yang Dimantrai, merupakan kisah favorit saya. Selain berisikan petuah bagi anak-anak  yang membaca untuk selalu bersikap jujur dan tidak menang sendri, juga mengajarkan agar anak tidak bersikap setengah-setengah dalam melakukannya. Tidak  bersikap baik pada suatu saat, kemudian lain waktu menjadi nakal. Atau berjata jujur di lain waktu berkata bohong. 
"Aku yakin kau ini setengah baik-setengah nakal," katanya. "Jika memang begitu, buku ini akan menunjukkan kepadamu dua cerita dengan gambar-gambarnya. Satu cerita akan muncul di halaman awal.  Cerita kedua akan kau temukan  dengan membalik bukunya dan membukanya mulai dari halaman terakhir. Jika memang kau ini anak yang setengah-setengah, yakni setengah baik-setengah nakal maka tidak ada bahayanya menunjukkan buku ini kepadamu."
Selain mendapatkan pelajaran dengan cara unik atas sikapnya yang setengah-setengah, hal unik lain yang ada dalam buku ini alasan kenapa John-tokoh dalam cerita bersikap setengah-setengah.

Ternyata karena ia hanya mendapat nasehat untuk selalu jujur, sabar, serta tidak bersikap menang sendiri, tanpa diberikan pengertian mengapa ia harus bersikap seperti itu. Dalam hal ini, secara tak langsung orang tua juga ikut memiliki andil membentuk kepribadian John menjadi setengah-setengah.

Ayolah! Anak usia 8 tahun tentukan belum memahami 100% mengapa ia harus bersikap demikian. Orang tua dan guru berkewajiban memberikan penjelasan.  Maka ketika John mencoba menelaah kenapa ia harus berbuat demikian, tentunya kesimpulan yang ia peroleh adalah hasil pemikiran anak usia 8 tahun. 

Hal baik yang ia lakukan, bukan didasari karena ia mengerti bahwa ia harus berbuat baik, namun lebih pada sekedar mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tua dan guru. Disarankan ada bimbingan orang tua dalam membaca kisah ini. Lengkapnya baca di halaman 150 ^_^. 

Seperti yang saya sebutkan, buku ini membuat penggila buku seusia saya bernostalgia. Namun, secara keseluruhan isi buku ini masih sangat relevan dengan kondisi saat ini. Sangat cocok untuk dijadikan hadiah bagi anak-anak yang mulai bisa membaca kisah dengan kalimat panjang. Bisa juga dibeli untuk dihadiahkan sebagai buku yang dibacaan bagi anak sebelum tidur.

Buku yang direkomendasikan untuk berada dalam rak buku. Serta dibeli dan dihadiahkan guna meningkatkan minat membaca pada anak. Jika bingung ingin diberikan ke mana, mulailah dari memperhatikan sekitar, ada 1-2 anak yang masih menyukai kegiatan membaca. Jika tak ketemu, sumbangkan saja ke perpustakaan sekolah atau taman bacaan.

Oh ya, selain urusan terjemahan yang enak dibaca, jenis dan ukuran huruf yang nyaman dibaca, ilustrasi dalam buku  ini sungguh menarik! Jika diperhatikan juga, pada kover sudah terdapat bocoran tentang beberapa kisah dalam buku ini. Ada buku atau kitab, penyihir, aktivitas menjahit, Goblin, peri, serta seorang pembuat mainan.

Akhir pekan terasa menyenangkan diisi dengan secangkir coklat hangat dan buku ini.

Sumber Gambar
1. FB Penerjermah
2.Buku Kisah-Kisah Terlupakan Enid Blyton



Jumat, 21 Oktober 2022

2022 #27: Kisah Yusuf Si Majnun

Judul asli: Majnun
Penulis: Anton Kurnia
Editor: Dian Pranasari
ISBN: 9786026486790
Halaman: 199
Cetakan: Pertama-September 2022
Penerbit: Baca
Harga: Rp 75.000
Rating:5/5

Ada banyak hal di alam semesta ini yang tak terpahami oleh manusia. Akal mereka yang sederhana tak mampu menjangkau seluruh rahasia.
-Majnun, hal 139-

Hem...,
Setelah membaca buku ini, saya jadi berpikir. Apakah  pada dasarnya dalam diri kita ada secuil  bibit kegilaan?  Seiring waktu, bibit itu tumbuh subur, atau malah layu tergantung pada banyak hal, salah satunya rasa cinta.

Sungguh, saya sangat ingin merekomendasikan semua orang untuk membaca buku ini. Namun, berdasarkan pengalaman pribadi, jika teman-teman sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja, atau merasa sedang drop, sangat tidak disarankan untuk membaca. Efeknya luar biasa!

Sesuai dengan judul buku-Majnun,  yang bisa kita artikan sebagai gila (pengertian lebih lengkap bisa dilihat di sini atau berikut), sebanyak 17  kisah dalam buku ini mampu mengusik  "bibit kegilaan" dalam diri pembaca.  

Sebagai benang merah dalam seluruh kisah, Mas Anton menciptakan sosok  seorang pria bernama Yusuf  Bratalegawa, lahir  9 Agustus, putra dari Yakup Bratalegawa, serta ibu bernama Karmila. 
 
Yusuf sungguh beruntung. Baik dari sisi ayah atau sisi ibu, memiliki latar belakang keluarga yang luar biasa hebat! Maka menjadi hal yang tak biasa ketika sikap dan cara berpikir Yusuf sangat berbeda dibandingkan dengan kedua orang tuanya. 

Keberadaannya di bumi dimulai dengan hal  diluar nalar. Sang ibu didatangi sekelompok orang yang membawa  sebilah keris berlekuk sembilan. Bum! Keris tersebut seakan masuk dalam rahimnya. Tiga hari kemudian, Yusuf si tokoh kita hadir ke bumi.  Banyak orang yang meyakini ada sebuah keris dalam tubuhnya.

Selanjutnya, sosok Yusuf digambarkan sering bertingkah atau berada dalam aneka situasi yang bisa dikatakan  sangat tidak wajar alias edan alias majnun! Seperti yang  disebutkan di atas, mulai dari kelahirannya,  pertemuan dengan kekasih hati, hingga upayanya memberikan keadilan pada mantan pacar.

Oh ya, saya lupa menyebutkan bahwa Yusuf memiliki pasangan bernama Zulaikha Prajna Paramita. Sosoknya juga tak kalah edan dibandingkan dengan Yusuf, jika tidak begitu, bagaimana mungkin keduanya bisa saling saling jatuh hati bukan? Begitulah, konon meski memiliki perbedaan, setiap pasangan juga memiliki persamaan yang membuat bersatu. Dalam kasus ini, keedanan kedua sangat klop!

Jangan tanya apa dan bagaimana! Kalian baca sendiri sajalah supaya paham. Perempuan edan seperti sesungguhnya Zulaikha itu.  Lelah saya jika harus bercerita tentangnya jua. Tak hanya soal bercinta liar dipinggir sungai dengan seorang lelaki yang baru saja dikenalnya, atau perihal kucing telon (aduh! ada 1 ekor di rumah saya),tapi ada hal lain.

Dengan mengambil lokasi kisah di Bandung, Jakarta, Bali, dan Sukabumi,  serta kurun tahun 1974 hingga 2019,  ditambah dengan cara bertutur yang mundur-maju, buku ini menawarkan sebuah kisah yang tak biasa.  Harga jual juga  terjangkau, buku ini wajib berada di rak para penggila buku.

Dari para tokoh yang ada dalam kisah, Mas Anton membuat tiap tokoh memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya masing-masing. Bak kisah Pangeran Harry dari Inggris, seseorang  yang sepertinya terlihat bertingkah biasa, bisa jadi adalah bom waktu yang bisa meledak setiap saat.

Kecakapan Mas Anton dalam meracik kata membuat saya merasa khawatir,  terancam, hanya dengan membaca tentang mereka saja. Kesannya terlalu melekat dalam diri. Bahkan ketikan hendak membuat foto untuk diletakkan di sini, yang muncul adalah ide buku ini diletakkan di sebelah sebuah pisau besar! Langsung diprotes teman-teman yang melihat,  dianggap terlalu menyeramkan. Tapi itu saya,  mungkin saja pembaca yang lain merasakan hal yang berbeda

Padahal tiap bagian kisah dalam buku ini  hanya terdiri dari beberapa halaman saja, bahkan ada yang hanya dua halaman. Semuanya ditulis dengan singkat namun mudah dimengerti. Unsur kegembiraan atau kengerian tergambar tanpa harus mempergunakan kata bertele-tele.

Sebagai pemanis, pada tiap pergantian bagian terdapat semacam ilustrasi. Bentuknya  beragam, namun sebagian besar berupa seorang pria (saya asumsikan Yusuf si tokoh utama) dengan memegang keris. Meski ada juga digambarkan ia sedang merokok.

Jika ditelaah dengan seksama, kita bisa menemukan banyak informasi yang diselipkan  Mas Anton dalam kisahnya, tak hanya seputar kegilaan para tokoh. Misalnya tentang demonstrasi mahasiswa tahun 1978, ekspedisi mencari kepulauan rempah-rempah yang dilakukan oleh seorang pelaut Portugis. Kemudian ada uraian tentang keris dalam catatan kaki di halaman 7.

Saya jadi teringat buku-buku tentang keris, misalnya Kitab Perlbagai Pengetahuan Tentang Hal Keris oleh F.L Winter tahun 1871 yang sudah dialih bahasa, serta  Tosan Aji:  Pesona Jejak Prestasi Budaya besutan Prasida Wibawa, yang menyebutkan tentang dapur keris luk sembilan.

Menurut buku Petunjuk Praktis Merawat Keris karya Ki Dwidjosaputro, keris bisa diartikan sebagai senjata, juga sebagai ilmu yang bermanfaat. Keris juga perlu dirawat secara khusus. Wah! Jangan-jangan "keris" yang ada dalam tubuh Yusuf tidak dimanfaatkan dan dirawat sebagaimana mestinya, sehingga ia menjadi seperti itu.

Membaca buku ini, membutuhkan seni tersendiri-setidaknya bagi saya. Pertama, saya membacanya dari halaman awal hingga belakang. Seperti layaknya membaca buku yang lain. Selang beberapa hari kemudian, saya mencari musik yang disarankan didengar saat membaca novel  sambil lalu (membaca ala skip). Daftarnya ada di halaman 195-196. Bagian yang cukup unik!

Kenapa saya melakukan hal tersebut? Sekedar ingin tahu, apakah ada perbedaan persepsi tentang kisah ini dari cara membacanya. Cara membaca sambil mendengarkan musik dan tanpa mendengarkan musik. Pasti ada sesuatu yang berbeda, jika tidak, tentunya Mas Anton tidak secara spesifik menyarankan membaca sambil mendengarkan lagu.

Sekedar bocoran, ada Por Una Cabeza, lagu tango karya Carlos Gardel yang membuat saya teringat pada masa-masa liar dulu (jangan tanya apa itu). Kemudian Everybody Anyone dari Itsuroh Shimoda. Tak ketinggalan ada Magadir dari Warda.

Mari kita coba.
Baiklah, mendengarkan lagu dari The Smashing Pumpkins  membuat saya terbayang adegan kejam yang dilakukan oleh Yusuf, padahal saat itu saya belum sampai di halaman 194. Mendengarkan lagu Anggun membuat saya terbayang.... Ah sudahlah!



Sungguh, sebuah buku yang bagus walau setelah membaca, saya  harus mengumpulkan kembali kewarasan saya dengan berbagai cara. Karya yang hebat, memang tak akan mudah dilupakan begitu pembaca selesai membaca halaman terakhir. Pantas pada bagian belakang ditulis untuk pembaca usia 21 tahun.


Dibalik proses pembelian
Saya percaya dan yakin bahwa kadang perjodohan antara pembaca dan buku, terjadi melalui cara yang unik. Saya dan buku ini misalnya.  Sudah sejak lama saya termasuk golongan penikmat karya Mas Anton, termasuk ketika masih berada di Penerbit S.  

Meski sudah teramat sangat tergoda untuk membeli buku ini, kata "Majnun" yang dijadikan judul buku  membuat urung untuk memesan. Entah kenapa, kata "Majnun" membuat saya teringat sebuah kisah klasik berjudul  Layla and Majnun besutan Nizami Ganjavi yang sempat diterbitkan ulang dengan judul Pengantin Surga. Bagi yang tertarik, bisa mampir ke sini.

Begitulah saya, dengan percaya diri merasa bahwa buku ini semacam  penulisan ulang dari kisah Layla and Majnun.  Baru, setelah menerima wa dari  Mas Anton tentang isi buku ini, saya memberanikan diri untuk memesan. Selain itu, saya teringat salah satu pemberi endors, Mbak dosen kenalan saya di salah satu fakultas. Jika beliau terpikat, tentunya ada sesuatu yang spesial dalam buku ini.

Melihat kover, kenapa saya merasa wajah pria yang ada (saya menduga merupakan ilustrasi  Yusuf) menyerupai Mas Anton he he he.

Sumber video:
https://www.youtube.com/






Rabu, 05 Oktober 2022

2022 #26 Menikmati Kisah Agatha Christie

September adalah bulannya Agatha Christie. Maka, secara iseng saya memutuskan meminjam banyak buku AG dari koleksi perpustakaan kantor (tahu dong kantor yang saya maksud). 

Agatha Mary Clarissa Miller lahir pada 15 September 1890 dari keluarga kelas menengah atas  kaya di Torquay, Devon, Inggris. Merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Frederick Alvah Miller dan  Clarissa Margaret  Miller née Boehmer. AG  meninggal dengan damai pada 12 Januari 1976, diusia 85 tahun, di rumahnya di Winterbrook House.

Karya pertamanya adalah sebuah cerita pendek berjudul The House of Beauty yang ditulis pada usia 18 tahun. Cerita tersebut belakangan berkembang menjadi Selagi Hari Terang atau While the Light Lasts and Other Stories.  Sosok Hercule Poirot dan Miss Marple merupakan tokoh yang sering ditemukan pembaca dalam karya AG. Meski demikian, ada juga pasangan detektif Thomas Beresford dan istrinya, Prudence , Harley Quin, dan Parker Pyne.

Atas kontribusinya pada dunia sastra, pada tahun 1971, AG diangkat menjadi Dame (DBE). Guinness World Records menyantumkan AG sebagai penulis fiksi terlaris sepanjang masa, novelnya telah terjual lebih dari dua miliar eksemplar. Dia juga merupakan penulis pementasan drama terlama di dunia yang berjudul The Mousetrap. Drama tersebut  ditampilan di Teater West End dari 1952 hingga 2020. Pertunjukan itu ditutup pada Maret 2020 karena Pandemi Covid-19. 

Sekedar berbagi tentang kisah yang saya baca.

Judul asli: Murder on the Links (Lapangan Golf Maut)
Alih Bahasa: Suwarni A.S
ISBN: 9789792266764
Halaman: 320
Cetakan: Kedelapan-Januari 2018
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rating: 3.75/5

Manusia adalah makhluk yang bertindak  sesuai kebiasaan. Baik dalam hukum, dalam hidupnya sehari-hari, maupun di luar hukum.  Bila seseorang melakukan kejahatan, maka semua kejahatan lain yang dilakukannya pasti mirip benar dengan kejahatan yang pernah dilakukannya.

-Murder on the Links, hal 114-

Suatu hari, Poirot menerima surat permintaan bantuan dari seorang pria-Tuan Renauld. Ia mendesak agar Poirot segera menuju ke tempat tinggalnya Villa Genevieve, Merlinville, Perancis. Tak disebutkan secara spesifik dalam surat yang Poirot terima, hanya sang pengirim merasa nyawanya terancam, ada yang ingin membunuhnya. Kedatangan Poirot diharapkan dapat membantunya.

Sayangnya, Poirot datang terlambat! Tuan Renauld ditemukan tewas ditikam dengan pisau milik sang istri. Menurut pengakuan sang istri, malam itu ada beberapa orang yang menerobos masuk ke kamar mereka, lalu mendesak Tuan Renauld untuk menyerahkan sesuatu, Sang istri diikat dan disumpal mulutnya, sementara sang suami dibawa keluar kamar sebelum akhirnya ditemukan tewas.

Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa beberapa saksi mengakui mendengar Tuan Renauld menyambut kedatangan Nyonya Daubreuil yang reputasinya bisa dibilang kurang baik. Suasana menjadi kurang nyaman bagi banyak pihak, terutama ketika Jack Renauld-sang anak  tak sengaja mengetahui kekasihnya berada di tempat jasad sang ayah ditemukan. Kisah cinta menjadi bumbu dalam kasus ini. Apalagi hubungan Jack tidak disetujui oleh kedua orang tuanya.

https://www.goodreads.com/
book/show/22737904-
assassinato-no-campo-de-golfe
Misteri makin berkembang ketika ditemukan mayat kedua yang diduga dibunuh dengan cara yang serupa. Bukan Poirot namanya jika tidak menemukan petunjuk dari hal-hal yang diabaikan orang lain. Misalnya tentang jas atau jaket yang dipergunakan Tuan Renauld, terlihat lebih pendek. Kemudian sepotong pipa pendek dari timah yang sudah berubah warna yang ditemukan dekat mayat Tuan Renauld. 

Poirot dengan caranya yang unik tak diragukan lagi berhasil memecahkan misteri tersebut. Membaca bagaimana Poirot menyambungkan kepingan misteri merupakan keseruan tersendiri. Terutama jika ada bagian yang serupa dengan kesimpulan kita. Bagian  lain yang juga menyenangkan untuk dibaca adalah  sosok Kapten Arthur Hasting yang ikut mendapat bagian terkait kisah romantis. 

Buku ini merupakan buku kedua yang membahas tentang Poirot. Terbit pertama kali pada tahun 1923 oleh Bodley Head (London) dan  Dodd, Mead & Co. (New York). Sementara versi terjemahan,  Lapangan Golf Maut, pertama kali diterbitkan tahun 1985 oleh Gramedia dengan penerjemah Ny. Suwarni A.S.

Judul asli: Three Act Tragedy (Tragedi Tiga Babak)
Alih Bahasa: Mareta
ISBN: 9786020383682
Halaman: 288
Cetakan: Keenam-Agustus 2018
Penerbit: Gramedia  Pustaka Utama
Rating: 3.25/5

".... Kewajiban kita sebagai warga negara adalah melaporkan penemuan ini dengan segera pada polisi, Kita tak punya hak untuk menyimpannya sendiri."
-hal 121-

Kenapa diberi judul Tragedi Tiga Babak? Penasaran sekali saya ketika pertama kali menemukan buku ini. Ternyata hal tersebut terkait dengan tiga peristiwa yang terjadi, dimana ketiganya mungkin saja memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

Sir Charles Cartwright adalah seorang aktor kawakan yang memasuki masa pensiun. Ia ingin menghabiskan hari-hari di Crow's Net-rumah peristirahatan di tepi pantai dengan pemandangan pantai Loomouth yang menawan.

Suasana di sana tentram dan damai hingga suatu malam saat acara jamuan makan malam, seorang pendeta-Mr. Babbington  jatuh tersungkur setelah minum koktail. Dari hasil penelitian awal, ditemukan racun pada koktail yang ia minum. Kesimpulannya, ia  dibunuh!

Belum terpecahkan misteri tentang siapa pembunuh Mr. Babbington, terjadi lagi pembunuhan! Kali ini korbannya adalah dr. Bartholomew Strange, seorang spesialis syaraf. Ia meninggal ketika sedang meminum segelas anggur saat mengadakan acara jamuan makan malam. Diduga ia mengalami serangan stroke. Tapi hasil penyelidikan awal menunjukkan ia juga dibunuh, keracunan nikotin!

Dan kematian ketiga muncul secara tak terduga! Seorang pasien dr. Bartholomew Strange ditemukan keracunan nikotin melalui sekotak coklat yang ia terima. Hal ini makin terasa aneh mengingat selama ini menempati bagian yang jarang terkoneksi dengan dunia luar. Jadi bukan tanpa alasan ia mendapat kiriman coklat beracun.

https://www.goodreads.com/book/
show/11201881-tragedia-in-tre-atti
Tiga kematian dan tiga orang menyelidik, Mr. Satterhwaite, Sir Charles, dan Poirot dari jauh, seharusnya membuat kisah ini menarik. Entah kenapa, saya merasakan ada adegan yang dipaksakan. Kemudian ada juga kesan kasus diselesaikan dengan begitu saja, jauh dari ciri seorang AC.

Buku ini seakan menjadi pembuktian bahwa meski berada jauh, Poirot tetap bisa menyelesaikan sebuah misteri berkat kemampuannya melakukan deduksi. Paparan Poirot penuh gaya dalam menyelesaikan misteri tetap ada pastinya. Bertindak sebagai narator dalam buku ini adalah Mr. Satterthwaite.

Mendadak saya merasa tak asing dengan nama Mr. Satterthwaite, sosok yang digambarkan gemar mengamati walau tak secanggih Poirot. Ternyata Mr. Satterthwaite juga sempat menjadi bagian dari kisah AC yang berjudul Mr Quin yang Misterius (The Mysterious Mr. Quin). Saya sepertinya perlu membaca ulang kisah itu.

Kisah ini pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat oleh Dodd, Mead and Company pada 1934 dengan judul Murder in Three Acts. Sementara di  Inggris diterbitkan oleh Collins Crime Club pada Januari 1935 dengan judul asli Tragedi Tiga Babak atau Three Act Tragedy

Hem... dari seluruh kisah AC, sepertinya belum semua saya baca. Baiklah, saatnya meminjam ^_^. 

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com