Selasa, 29 Juni 2021

2021 #21: Tragedi Kisah Cinta Toyib dan Siti

Penulis: Eka Kurniawan
Editor: Mirna  Yulistianti
Desain sampul & ilustrasi: Umar Setiawan
ISBN: 9786020653242
Halaman:60
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 50.000
Rating: 5/5

Jodoh  antara buku dengan pembacanya, kadang melalui cara yang unik untuk bisa bersatu. Setiap perjodohan memiliki kisah yang unik dan layak dikenang.

Jodoh saya dengan buku ini misalnya. Entah karena terlalu sibuk (terlalu banyak nonton dan baca maksudnya ^_^) atau kelupaan memesan, saya terlewat prapesan buku ini. Padahal salah satu sahabat saya sudah  memberikan informasi jauh hari.

Untung salah satu toko buku langganan saya masih memiliki stoknya. Langsung meluncur dan meminang buku ini plus beberapa buku lainnya dengan memanfaatkan voucher sisa lebaran jatah kantor. Namun, apa daya, ketika salah satu toko daring menawarkan versi  tanda-tangan, ikutan beli juga. Versi satunya bisa buat GA.

Secara garis besar, buku ini bercerita tentang kisah cinta antara Toyib dan Siti. Sejak usia belia Toyib sudah menyukai Siti. Layaknya seorang remaja yang jatuh cinta, ia juga melakukan berbagai hal guna menarik hati Siti, seperti pergi ke sekolah dan pulang bersama. Atau memberikan hadiah anak ayam yang akan dipelihara Siti hingga siap disembelih saat malam Lebaran. Keluarga mereka juga bersahabat. 

Di kampung mereka, kekeringan mulai menjadi bagian hidup walau tak diinginkan. Suatu ketika, akibat kekeringan, terjadi hal yang membuat kedua keluarga tersebut  saling menjaga jarak.  

Toyib tak bisa leluasa bertemu Siti lagi.  Sementara Siti juga tak berupaya untuk menemui Toyib Keduanya menjauh karena keadaan. Keluarga juga tak berani campur tangan pada kelanjutan kisah kedua.

Ada sebuah sumur  di lembah yang menjadi harapan air bagi warga kampung. Meski harus menggali selama 20 meter dan tak mendapatkan air melimpah, tapi lebih baik dari pada tak ada apa-apa. Di sana, warga  tanpa sengaja sering bertemu  ketika mengambil air.

Demikian pula dengan Toyib dan Siti. Pertemuan pertama yang kemudian disusul dengan sejumlah pertemuan lagi di sana. Seakan  keduanya berupaya mengganti waktu yang telah mereka lewati.

Nasib seakan mempermainkan kisah cinta kedua anak manusia tersebut. Ketika hubungan keluarga juga mulai membaik, urusan perut demi menyambung kehidupan menjadi alasan permisahan mereka untuk kedua kali.

Kembali, sumur mempertemukan keduanya. Keduanya seakan saling memiliki selama berada di sumur. Waktu seakan terhenti di sana, memberikan kesempatan bagi kisah cinta keduanya. Meninggalkan sumur, berarti, kisah cinta mereka berakhir untuk hari itu. Hingga esok, keduanya bertemu di sumur untuk menuliskan tentang cinta mereka satu hari lagi. 

Meski keluarga dan  warga banyak yang mengetahui kebiasaan keduanya menghabiskan waktu di Sumur, tak ada seorang pun yang memberikan komentar atau sekedar memberikan peringatan mengingat status keduanya.  Entah karena merasa kasihan dengan kisah cinta keduanya, atau begitu berat kehidupan membuat mereka bersikap masa bodoh dengan lingkungan sekitar selama tak mengganggu kepentingan mereka.

Buku yang hanya terdiri dari 60 halaman dengan huruf yang lumayan memanjakan mata alias besar, mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya melalu kisah cinta kedua anak manusia tersebut. 

Latar belakang kehidupan penduduk yang semula makmur karena air melimpah, kemudian menjadi terpuruk karena kekeringan akibat kekurangan air sehingga banyak warga yang pindah ke kota, membuat semakin suram suasana.

Akhir kisah percintaan keduanya justru membuat saya memiliki banyak pertanyaan. Bagaimana nasib Siti ketika Toyib kembali menjauh darinya? Kenapa keduanya tak mengikat janji sehidup-semati ketika semua hal yang menghalangi sudah tak ada? Masih banyak kenapa yang muncul dalam benak saya. 

Awalnya saya sempat tertawa membaca nama Toyib diberikan pada tokoh utama kisah ini. Maklum, terlalu sering mendengar lagu perihal Bang Toyib yang tak pulang-pulang. Berharap kisah cintanya tak sama dengan Bang Toyib. Ternyata, tak berbeda, tragis.

Ada beberapa alasan kenapa buku ini layak dibaca serta dikoleksi.  Buku ini dijual dengan model yang cukup unik. Selain jaket buku yang merupakan  bagian dari ilustrasi, tersedia semacam  amplop yang bisa dianggap sebagai tempat penyimpanan buku.

Konon Sumur hanya dicetak 5.000 eksemplar, dimana 3.000 melalui prapesan dengan tanda tangan. Masih ada 2.000  buku untuk dimiliki yang tersebar di berbagai toko buku.
 

Walau stok buku tersebut habis, belum tentu akan dicetak ulang lagi. Bisa dikatakan buku ini akan langka kelak. Penerbit menjajikan hal tersebut, yang bisa dibaca pada pembatas buku. Apakah benar atau sekedar sarana promosi, kita lihat nanti. 

Nama besar penulis sebagai nomine Man Booker International Prize 2016 dan peraih Prince Claus Laureate 2018 juga menjadi hal yang membuat buku ini layak dibaca dan koleksi.  

Tak ada salahnya kita mendung penulis lokal dengan potensi internasional, walau pada akhirnya selera juga yang akan mengambil peran untuk membeli dan membaca buku ini. 

Selanjutnya, ilustrasi buku ini sungguh luar biasa. Semua jempol saya berikan bagi Umar Setiawan selaku desain sampul dan ilustrasi. Kesan kekeringan dan kesusahan yang melanda kampung tersebut terlihat sekali melalui perpaduan warna yang bernuansa gelap. 

Gambar favorit saya adalah adegan ketika Toyib dan Siti bertemu dan saling pandang di sumur. Tak perlu banyak kata, gambar yang ada sudah bercerita tentang banyak hal yang terjadi antara kedua. Pembaca seakan diajak berimajinasi memahami bagaimana kehidupan dan percintaan kedua tokoh kita itu.

Meski demikian, saya agak terganggu dengan penempatan tulisan "BUKU INI MILIK" yang terletak pada bagian belakang amplop. Kenapa harus ada tulisan itu? Seakan membawa saya melihat buku anak-anak, dimana para orang tua akan menuliskan nama anak mereka. Atau anak yang mulai belajar menulis, bersemangat menuliskan namanya.

Menurut KBBI daring, sumur/su·mur/ n 1 sumber air buatan, dengan cara menggali tanah; perigi: -- bor; 2 lubang yang sengaja dibuat menembus lapisan tanah untuk memperoleh air, minyak, atau gas; 3 lubang hasil pengeboran, baik dalam tahap eksplorasi maupun eksploitasi; 4 Geo bangunan hidraulis berupa lubang yang digali ke dalam bumi yang memungkinkan penyadapan air secara ekonomis dari akuifer. Lengkapnya bisa dilihat di sini

Kisah ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris dengan judul The Well. Pembaca bisa menemukannya di  antologi Tales of Two Planets yang diterbitkan oleh Penguin Books pada 2020. 

Bintang 4,75 dengan 1 bintang khusus untuk ilustrasi. 
Sebuah buku yang layak dibaca dan dikoleksi, minimal untuk saya ^_^.

----
Membuat komentar untuk buku yang hanya terdiri dari 60 halaman, tanpa membocorkan kisah, merupakan tantangan tersendiri. Semoga sesuai dengan harapan.


Kamis, 24 Juni 2021

2021 #20: Tentang Aneka Kursi

Judul: Chairs: 1,000 Masterpieces of Modern Design, 1800 to the Present Day
Project Consept: Charlotte & Peter Fiesti
ISBN-10:1906863091
ISBN-13: 9781906863098
Halaman: 768
Cetakan: April 15th 2012 
Penerbit: Goodman/Fiell
Rating: 3/5

Bagi banyak orang, fungsi kursi adalah sebagai sarana untuk duduk. Namun seiring waktu,  tidak hanya sebagai tempat duduk, kursi juga dipergunakan sebagai salah satu perabotan rumah tangga yang diletakkan untuk mengangkat gengsi pemiliknya. 

Buku ini terbagi dalam beberapa bagian. Pada bagian introduction, pembaca akan mendapat informasi mengenai perkembangan desain kursi. Misalnya, bagaimana perang berpengaruh pada penyediaan bahan baku yang berujung pada  perubahan desain kursi. Atau ketika terjadi krisis bahan bakar.

Aneka desain kursi yang ada dibedakan menjadi 12 bagian besar.  Desain tahun 1800, 1900, 1910, 1920, 1930, 1940, 1950, 1960, 1970, 1980, 1990, serta 2000. Terdapat pula index yang berisi informasi mengenai nama sosok yang mendesain sebuah kursi dan karyanya, yang disusun bersadarkan abjad.  

Lalu ada Bibliography dan Picture Credits.  Sementara Acknowledgements berisi semacam ucapan terima kasih pada mereka yang terlibat pada upaya penerbitan buku tersebut.

Secara garis besar, buku ini dapat menjadi inspirasi untuk mereka yang ingin memiliki kursi dengan model yang tak umum. Membantu para perancang perabotan rumah tangga untuk mendapat ilham dalam mendesain.

Untuk ibu rumah tangga yang ingin melakukan perubahan suasana pada rumah, buku ini bisa menjadi inspirasi untuk memilih kursi yang sesuai dengan  kebutuhan dan tema.

Secara tak langsung, buku ini menjadi semacam sumbangsih dokumentasi mengenai bagaimana perkembangan kehidupan sosial pada rentang waktu tertentu, dilihat dari aneka bentuk kursi  sebagai perabotan rumah tangga yang muncul saat itu.

Inspiratif.
Asal ingat pesan para sespuh, jangan lupa berdiri jika keenakan duduk ^_^.

Sumber gambar:
Buku Chairs: 1,000 Masterpieces of Modern Design, 1800 to the Present Day

Selasa, 22 Juni 2021

2021 #19: Buku Rekomendasi Makan ala Chef

 
Judul: Where Chefs Eat: A Guide to Chefs' Favorite Restaurants
Chef selection & review: Joe Warwick
ISBN-10: 0714865419 
ISBN-13: 9780714865416
Halaman: 662
Cetakan: Pertama-2013
Penerbit: Phaidon Press
Rating: 3.5/5

Buku setebal 662 halaman  dengan nonor panggil R 647.95 JOE w, berisikan rekomendasi dari para chef di mana tempat makan yang bisa memanjakan lidah.  Dari sekedar warung atau kedai makan biasa hingga restoran mahal  di seluruh dunia yang  terangkum dalam 2.000  tempat.

Terbagi dalam  enam bagian, Ocenia (diwakili Australia dan New Zealand), Asia (antara lain Jepang,  Mumbai, Singapore), Europe (contohnya London, Amsterdan, Barcelona, Istambul), Africa, North America (Vancouver, San Fransisco), dan South America.

Sayangnya tak ada Indonesia. Mengingat rendang sudah dianggap masakan paling enak sedunia versi CNN,mungkin akan ada chef yang memasukkan  rekomendasi di mana tempat makan rendang yang enak.

Pembaca juga akan diarahkan  untuk memperhatikan kata kunci  yang merupakan rekomendasi  dalam mencari lokasi makan yang sesuai. Ada breakfast, late night, Regular Neighbourhood, lokal favorite, Bargain, High end, Wish I’d opened, dan Worth the travel.

Bagian Bargain menunjukkan lokasi dimana seorang chef bisa menikmati santapan lezat dalam  kondisi keuangan yang kurang baik. Wish I’d opened merupakan penghormatan secara profesional pada sebuah tempat, para chef menjadikannya sebagai acuan jika suatu saat membuka restoran.

Dengan ulasan yang menghibur, saran dari para koki mengenai apa yang harus dipesan, peta yang memudahkan menuju lokasi, kapan saat yang tepat untuk makan di sana, buku ini sangat membantu bagi mereka yang ingin memanjakan lidah. Termasuk untuk para turis yang ingin menikmati sajian lokal dengan aneka pilihan harga. 

Pada laman ini, dijelaskan secara singkat mengenai perbedaan chef dan  koki. Belakangan dengan maraknya aneka acara memasak, kata chef  lebih sering terdengar dibandingkan koki.

Disebutkan, menurut kamus Cambridge, juru masak atau koki adalah seseorang yang menyiapkan dan memasak makanan, sedangkan chef adalah juru masak yang terampil dan terlatih yang bekerja di hotel atau restoran.

Kata chef berasal dari istilah Prancis “chef de cuisine” yang berarti “kepala dapur”. Dengan demikian yang dimaksud dengan Chef adalah juru masak profesional terlatih yang ahli dalam semua aspek pengolahan makanan dan biasanya fokus pada kuliner tertentu. Chef bisa mendapat pelatihan formal dari sebuah lembaga atau dengan berguru pada chef berpengalaman.

Jadi, terbayangkan bukan? Kalau sebuah tempat makan direkomendasikan oleh orang yang mumpuni pada bidangnya, tentunya akan memanjakan lidah kita






2021 #18: Menikmati Koleksi Batik Kartini Muljadi

Judul: Batik Indonesia: Sepilihan Koleksi Batik Kartini Muljadi
Penulis: Sonya  Sondakh
ISBN: 9786026202024
Halaman: 198
Cetakan: Pertama- Januari 2017
Penerbit: Red and White Publishing
Rating: 3.5/5

Buku  dengan nomor panggil  R. 746.662.0  SON b ini, merupakan upaya Kartini Muljadi untuk mengenalkan aneka batik Indonesia yang ada dalam koleksinya. Diharapkan, para generasi muda bisa lebih mengenal aneka batik tanah air. 

Dalam dua bagian, Keberadaan Batik Indonesia dan Koleksi Batik Milik Kartini Muljadi, buku ini salah satu bacaan yang bisa dinikmati  bagi mereka yang ingin menambah pengetahuan seputar batik. 

Keberadaan Batik Indonesia memuat mengenai pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya tak-benda, serta tradisi membatik di tanah air.  Pada proses panjang pembuatan sebuah kain batik, diuraikan proses membatik dari pengolahan kain, membuat motif, pewarnaan dan lainnya. Juga terdapat informasi mengenai aneka  macam pola, tanaman yang bisa diolah sebagai pewarna, serta aneka macam canting

Koleksi Batik Milik Kartini Muljadi secara garis besar dikelompokkan menjadi tiga. Yaitu Batik Iwan Tirta, Batik Pesisiran, serta Batik Solo. Batik-batik tersebut merupakan karya dari penggunaan canting dan malam. Batik  Pesisiran  dengan ciri khas warna-warna yang cerah, batik Solo dengan nuansa coklat dan hitam, serta  batik karya Iwan Tirta  yang merupakan modifikasi batik klasik dengan sentuhan modern.

Perihal perdebatan perihal teknologi sablon dan printing yang sering dianggap bukan bagian dari membatik oleh mereka yang berkeinginan untuk menjaga tradisi membatik sesuai dengan prosesnya dengan pihak yang menerimanya sebagai bagian dari pembaruan  kendati hal tersebut menyimpang dari esensi membatik, tidaklah dibahas dalam buku ini. 

Dengan ukuran buku yang lumayan besar serta kertas ekseklusif, membuat buku ini menjanjikan bacaan yang menarik. Selain dari sisi isi, penampilannya juga menarik untuk diletakkan di rak buku.

Layak dibaca oleh mereka yang ingin mengetahui batik dari  Batik Iwan Tirta, Batik Pesisiran, serta Batik Solo.

Sumber gambar:
Buku Batik Indonesia: Sepihan Koleksi Batik Kartini Muljadi




2021 #17: Kisah Hilangnya Si Peramal

Judul asli: Sang Peramal
Penulis: Chandra Bientang
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786232422308
Halaman: 311
Cetakan: Pertama- April 2021
Penerbit: Noura Books'
Harga: Rp 89.000
Rating: 3/5

Sebuah  buntelan buku berjudul Peramal mendarat di rak buku saya beberapa saat lalu. Kesan pertama melihat buku ini, ada  rasa penasaran yang muncul. 

Sepertinya jarang ada buku yang menjadi  peramal sebagai profesi sang tokoh. Dengan mempergunakan kartu Tarot sebagai bagian dari ilustrasi pada kover, membuat semakin bertambah rasa penasaran saya.

Ah! Kejutan selanjutnya muncul! 
Pembatas buku ini berbentuk  sebuah kartu Tarot, Judgemnt. Dengan tempelan urban Thriller, buku seakan menjanjikan sebuah kisah menyeramkan terkait dengan kegiatan meramal, atau tentang kejadian menyeramkan yang menimba sang tokoh utama kisah yang berprofesi sebagai peramal. Dugaan saya begitu ^_^.

Sang Peramal, demikian orang mengenal Imar Mulyani. Ia tak hanya dikenal di lingkungannya, Bantul, namun juga kalangan luas. Setiap akhir tahun, stasiun televisi berlomba mengundangnya untuk memberikan ramalam mengenai kondisi serta kejadian pada tahun depan.

Sebagai sosok yang tahu balas budi pada lingkungan sekitar,  sekali sebulan ia mengadakan acara makan malam, sekedar silaturahmi. Tamu yang datang tak lebih dari 10 orang. Karena Imar juga jago memasak, maka  undangannya selalu mendapat sambutan hangat.

Suatu sore  di bulan Desember, ia mengadakan acara makan malan rutin. Hidangan disajikan pukul enam lewat sedikit. Setelah acara makan, biasanya mereka akan mengisi waktu dengan ramalan gratis ala  Imar sambil menikmati minuman. Imar yang pamit keluar karena harus membeli telur, tak pernah kembali, Ia  menghilang!

Mereka yang hadir saat jamuan makan malam itu, menjadi sanksi bahwa Imar tak pernah sedetik pun memasuki rumahnya kembali. Ia seakan hilang dibawa angin. Penyelidikan yang dilakukan tak membuahkan hasil. Perlahan, kegemparan atas hilangnya Imar menguap. 

Hingga muncul seorang gadis yang mengusik kasus yang sudah mulai dilupakan orang. Ia menuntut penyelidikan ulang, Imar harus ditemukan, pelakunya harus ditangkap. Meski nyawanya sendiri nyaris hilang ketika melakukan penyelidikan.

Pada bagian awal, pembaca akan mendapat informasi mengenai para tokoh yang ada dalam kisah ini,  sosok yang ikut menghadiri acara makan malam ketika Imar menghilang.

Ada sepasang suami-istri yang mengelola warung, sang istri dianggap jago meracik minuman yang pas bagi tamu yang membutuhkan. Seorang warga asing yang melarikan diri dari negaranya, berusaha teerlihat tak mencolok diantara warga desa. Seorang wanita yang dikenal sebagai pebisnis tangguh, serta beberapa tokoh lainnya.

Ternyata urusannya tak sekedar menghilangnya seorang peramal. Ada banyak pihak yang ingin Imar "dihilangkan" karena dianggap terlalu banyak mengetahui rahasia seseorang sehingga dianggap sebagai sosok yang berbahaya.

Yasmin-gadis yang mengaku sebagai anak Imar, seakan menjadi penghubung antara tokoh yang ada dengan hilangnya Imar. Ia menjadi kunci pembuka misteri kelam yang selama ini dirahasiakan oleh mereka. Dan membantu polisi menuntaskan penyelidikan.

Jadi, siapa sebenarnya Imar?
Kenapa ia menghilang?
Atau, lebih tepatnya, siapa yang ingin ia menghilang?
Kenapa orang yang mengaku sebagai anaknya baru muncul sekarang?
Sungguh tak terduga!

Bagian awal yang memberikan gambaran para tokoh, seakan menjadi terlalu panjang jika dibandingkan dengan penyelesaian masalah, jawaban misteri. Akar permasalah seakan terlalu cepat dimunculkan agar kisah segera selesai. 

Sikap penduduk yang begitu saja menerima kemunculan anak Imar agak mengherankan. Sebaiknya digambarkan bahwa mereka yang terkait dengan hilangnya Imar bersikap agak waspada padanya. Sehingga unsur misteri kian terasa. Keramahan yang diberikan terlalu mencolok. Demikian juga dengan pihak polisi. 

Adegan makan malam jam 6 sore agak mengganggu sebenarnya. Jika alasannya karena penduduk takut pulang terlalu malam, harusnya tak akan ada acara lanjutan ramalan gratis. Makanan disajikan jam enam lalu selesai makan, para tamu pulang.

Saya sampai bertanya pada seseorang teman yang tinggal di Bantul, apakah ada kebiasaan makan malam jam 6? Menurutnya, di daerahnya, makan malam diadakan sekitar pukul 7. Atau sesudah anak-anak kecil kembali dari mengaji. Mungkin perbedaan lokasi tempat tinggal juga berpengaruh padakebiasan makan malam.

Sekedar saran, lebih baik  saat makan malam dijadikan satu jam lebih malam, jam tujuh. Sehingga suasana acara setelah makan malam bisa digambarkan begitu dinanti. Walau malam sudah larut sekalipun tak ada yang ingin bergegas pulang. 

Adegan pembeli guci yang dianggap memiliki kekurangan pada toko milik salahs atu tokoh dalam cerita, langsung membuat saya menduga  transaksi apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Ternyata dugaan saya benar. Lumayan juga ^_^. Idenya sudah bagus, hanya perlu lebih cerdik dalam eksekusi. 

Meski diberi label urban Thriller,  saya tak menemukan kengerian yang berarti. Perlu diingat, kadar kengerian tiap individu tidak sama. Sedikit ngeri ketika membaca adegan yang mengisahan seorang tokoh begitu marah hingga mengayunkan senjata tajam dengan membabi-buta. Selebihnya menurut saya masih biasa-biasa saja.

Sebenarnya saya berharap ada adegan terkait kartu Tarot dengan porsi yang lebih banyak. Misalnya, ada bagian yang menggambarkan bagaimana Imar sedang membacakan kartu Tarot bagi seseorang. Kemudian orang tersebut menjadi marah. Kejadian tersebut membuat ia menjadi  salah satu tersangka atas hilangnya Imar.

Dengan demikian peran Imar  lebih terasa, tak sekedar sebuah nama yang muncul dari  secuil adegan dalam buku ini. Kelakuannya  yang digambarkan membuat banyak pihak merasa kesal, akan lebih terasa.

Kartu Tarot yang sering dipergunakan oleh Imar untuk meramal, menurut KBBI adalah sejumlah kartu yang memuat lambang-lambang gambar yang mewakili unsur api, air, udara, tanah, dan kekuatan spirit alam semesta, digunakan untuk meramal nasib. Jumlahnya 78 lembar.  Jika ingin mengetahui lebih lanjut, bisa dibaca di sini

Pada bagian akhir, pembaca kembali dibuat bertanya-tanya tentang sosok anak perempuan Imar. Apa sesungguhnya yang ia cari? Kenapa ia mendapat perintah seperti itu? Apa rahasia kelam penyokong keluarganya dulu? Sebuah teka-teki selesai, dengan membuka teka-teki yang lain.

Secara garis besar, buku ini memberikan hiburan dan pengetahuan. Bagaimana kehidupan para tokoh bisa menjadi pelajaran bagi para pembaca agar lebih berhati-hari dalam bersikap. 

Sosok Imar bisa saja ada di dekat kita dalam aneka nama, mungkin Anda sendiri adalah Imar. Berhati-hatilah!