Selasa, 22 Juni 2021

2021 #17: Kisah Hilangnya Si Peramal

Judul asli: Sang Peramal
Penulis: Chandra Bientang
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786232422308
Halaman: 311
Cetakan: Pertama- April 2021
Penerbit: Noura Books'
Harga: Rp 89.000
Rating: 3/5

Sebuah  buntelan buku berjudul Peramal mendarat di rak buku saya beberapa saat lalu. Kesan pertama melihat buku ini, ada  rasa penasaran yang muncul. 

Sepertinya jarang ada buku yang menjadi  peramal sebagai profesi sang tokoh. Dengan mempergunakan kartu Tarot sebagai bagian dari ilustrasi pada kover, membuat semakin bertambah rasa penasaran saya.

Ah! Kejutan selanjutnya muncul! 
Pembatas buku ini berbentuk  sebuah kartu Tarot, Judgemnt. Dengan tempelan urban Thriller, buku seakan menjanjikan sebuah kisah menyeramkan terkait dengan kegiatan meramal, atau tentang kejadian menyeramkan yang menimba sang tokoh utama kisah yang berprofesi sebagai peramal. Dugaan saya begitu ^_^.

Sang Peramal, demikian orang mengenal Imar Mulyani. Ia tak hanya dikenal di lingkungannya, Bantul, namun juga kalangan luas. Setiap akhir tahun, stasiun televisi berlomba mengundangnya untuk memberikan ramalam mengenai kondisi serta kejadian pada tahun depan.

Sebagai sosok yang tahu balas budi pada lingkungan sekitar,  sekali sebulan ia mengadakan acara makan malam, sekedar silaturahmi. Tamu yang datang tak lebih dari 10 orang. Karena Imar juga jago memasak, maka  undangannya selalu mendapat sambutan hangat.

Suatu sore  di bulan Desember, ia mengadakan acara makan malan rutin. Hidangan disajikan pukul enam lewat sedikit. Setelah acara makan, biasanya mereka akan mengisi waktu dengan ramalan gratis ala  Imar sambil menikmati minuman. Imar yang pamit keluar karena harus membeli telur, tak pernah kembali, Ia  menghilang!

Mereka yang hadir saat jamuan makan malam itu, menjadi sanksi bahwa Imar tak pernah sedetik pun memasuki rumahnya kembali. Ia seakan hilang dibawa angin. Penyelidikan yang dilakukan tak membuahkan hasil. Perlahan, kegemparan atas hilangnya Imar menguap. 

Hingga muncul seorang gadis yang mengusik kasus yang sudah mulai dilupakan orang. Ia menuntut penyelidikan ulang, Imar harus ditemukan, pelakunya harus ditangkap. Meski nyawanya sendiri nyaris hilang ketika melakukan penyelidikan.

Pada bagian awal, pembaca akan mendapat informasi mengenai para tokoh yang ada dalam kisah ini,  sosok yang ikut menghadiri acara makan malam ketika Imar menghilang.

Ada sepasang suami-istri yang mengelola warung, sang istri dianggap jago meracik minuman yang pas bagi tamu yang membutuhkan. Seorang warga asing yang melarikan diri dari negaranya, berusaha teerlihat tak mencolok diantara warga desa. Seorang wanita yang dikenal sebagai pebisnis tangguh, serta beberapa tokoh lainnya.

Ternyata urusannya tak sekedar menghilangnya seorang peramal. Ada banyak pihak yang ingin Imar "dihilangkan" karena dianggap terlalu banyak mengetahui rahasia seseorang sehingga dianggap sebagai sosok yang berbahaya.

Yasmin-gadis yang mengaku sebagai anak Imar, seakan menjadi penghubung antara tokoh yang ada dengan hilangnya Imar. Ia menjadi kunci pembuka misteri kelam yang selama ini dirahasiakan oleh mereka. Dan membantu polisi menuntaskan penyelidikan.

Jadi, siapa sebenarnya Imar?
Kenapa ia menghilang?
Atau, lebih tepatnya, siapa yang ingin ia menghilang?
Kenapa orang yang mengaku sebagai anaknya baru muncul sekarang?
Sungguh tak terduga!

Bagian awal yang memberikan gambaran para tokoh, seakan menjadi terlalu panjang jika dibandingkan dengan penyelesaian masalah, jawaban misteri. Akar permasalah seakan terlalu cepat dimunculkan agar kisah segera selesai. 

Sikap penduduk yang begitu saja menerima kemunculan anak Imar agak mengherankan. Sebaiknya digambarkan bahwa mereka yang terkait dengan hilangnya Imar bersikap agak waspada padanya. Sehingga unsur misteri kian terasa. Keramahan yang diberikan terlalu mencolok. Demikian juga dengan pihak polisi. 

Adegan makan malam jam 6 sore agak mengganggu sebenarnya. Jika alasannya karena penduduk takut pulang terlalu malam, harusnya tak akan ada acara lanjutan ramalan gratis. Makanan disajikan jam enam lalu selesai makan, para tamu pulang.

Saya sampai bertanya pada seseorang teman yang tinggal di Bantul, apakah ada kebiasaan makan malam jam 6? Menurutnya, di daerahnya, makan malam diadakan sekitar pukul 7. Atau sesudah anak-anak kecil kembali dari mengaji. Mungkin perbedaan lokasi tempat tinggal juga berpengaruh padakebiasan makan malam.

Sekedar saran, lebih baik  saat makan malam dijadikan satu jam lebih malam, jam tujuh. Sehingga suasana acara setelah makan malam bisa digambarkan begitu dinanti. Walau malam sudah larut sekalipun tak ada yang ingin bergegas pulang. 

Adegan pembeli guci yang dianggap memiliki kekurangan pada toko milik salahs atu tokoh dalam cerita, langsung membuat saya menduga  transaksi apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Ternyata dugaan saya benar. Lumayan juga ^_^. Idenya sudah bagus, hanya perlu lebih cerdik dalam eksekusi. 

Meski diberi label urban Thriller,  saya tak menemukan kengerian yang berarti. Perlu diingat, kadar kengerian tiap individu tidak sama. Sedikit ngeri ketika membaca adegan yang mengisahan seorang tokoh begitu marah hingga mengayunkan senjata tajam dengan membabi-buta. Selebihnya menurut saya masih biasa-biasa saja.

Sebenarnya saya berharap ada adegan terkait kartu Tarot dengan porsi yang lebih banyak. Misalnya, ada bagian yang menggambarkan bagaimana Imar sedang membacakan kartu Tarot bagi seseorang. Kemudian orang tersebut menjadi marah. Kejadian tersebut membuat ia menjadi  salah satu tersangka atas hilangnya Imar.

Dengan demikian peran Imar  lebih terasa, tak sekedar sebuah nama yang muncul dari  secuil adegan dalam buku ini. Kelakuannya  yang digambarkan membuat banyak pihak merasa kesal, akan lebih terasa.

Kartu Tarot yang sering dipergunakan oleh Imar untuk meramal, menurut KBBI adalah sejumlah kartu yang memuat lambang-lambang gambar yang mewakili unsur api, air, udara, tanah, dan kekuatan spirit alam semesta, digunakan untuk meramal nasib. Jumlahnya 78 lembar.  Jika ingin mengetahui lebih lanjut, bisa dibaca di sini

Pada bagian akhir, pembaca kembali dibuat bertanya-tanya tentang sosok anak perempuan Imar. Apa sesungguhnya yang ia cari? Kenapa ia mendapat perintah seperti itu? Apa rahasia kelam penyokong keluarganya dulu? Sebuah teka-teki selesai, dengan membuka teka-teki yang lain.

Secara garis besar, buku ini memberikan hiburan dan pengetahuan. Bagaimana kehidupan para tokoh bisa menjadi pelajaran bagi para pembaca agar lebih berhati-hari dalam bersikap. 

Sosok Imar bisa saja ada di dekat kita dalam aneka nama, mungkin Anda sendiri adalah Imar. Berhati-hatilah!















Tidak ada komentar:

Posting Komentar