Senin, 31 Mei 2021

2021 #16: Kisah Juru Tato dari Auschwitz

Judul asli: 
The Tattooist of Auschwitz - Juru Tato dari Auschwitz
Penulis: Heather Morris
Alih bahasa: Lulu Wijaya
Editor: Rosi L. Simamora
ISBN: 9786020642802
Halaman: 304
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Gramedia Pustaka
Rating: 4/5

"Tahukah kamu Tätowierer? Aku berani bertaruh kau satu-satunya Yahudi yang pernah masuk oven, lalu keluar lagi."

Dia tertawa keras, menepuk punggung Lale, dan berjalan mendahului.

~The Tattooist of Auschwitz - Juru Tato dari Auschwitz, hal 161~

Kisah mengenai kekejaman perang selalu membuat hati terenyuh. Buku Between Shades of Gray  misalnya,  mengisahkan tentang kekejaman tentara Rusia. Komen singkat bisa dibaca di siniKekejaman Jerman terutama masa-masa Holocaust,   sering kali dijadikan sebagai latar belakang novel. Kisah  Man's Search  for Meaning dan The Will to Meaning dari Viktor E Frankl sebagai contoh.

Demikian juga dengan kisah ini.  Merupakan kisah nyata tentang sepasang penyintas yang menjadikan cinta sebagai kekuatan untuk bisa bertahan hidup selama berada di kamp  konsentrasi. Beda dengan kisah yang lain, bumbu percintaan dalam kisah ini menjadi kunci. 

Ludwig Eisenberg-Lale adalah si nomor 32407.  Ia dipilih untuk menjadi Tätowierer-orang yang bertugas membuat tato nomor tahanan, karena melihat beberapa pemuda berusaha menyelamatkan dirinya meski mereka sendiri dalam kondisi ketakutan dan sangat kelaparan. Selain itu, ia memiliki kemampuan beberapa bahasa, yang dianggap akan berguna bagi pihak Schutzstaffel-SS kelak. 

https://www.goodreads.com/
book/show/43622886





Sebagai seorang Tätowierer ia mendapat banyak keuntungan. Dengan membawa tas berisi peralatan untuk tato, ia bisa berkeliaran ke mana saja selama masih dalam di kamp, mendapat makanan lebih, dan kamar bagi dirinya sendiri. Ia memanfaatkan kelebihannya untuk membantu sesama.  Baginya menyelamatkan satu orang, sama dengan menyelamatkan dunia.

Ia membagi roti ekstra yang ia peroleh dengan orang yang dianggap paling membutuhkan. Dengan perhiasan  sitaan orang Yahudi yang dibunuh, yang ia peroleh diam-diam, ia membeli sosis, coklat, apa saja yang bisa dibeli untuk dibagikan pada tahanan yang lain. Termasuk membeli keamanan bagi yang membutuhkan.

Bagaimana Lale membangun jaringan untuk menolong sesama sangatlah mengagumkan. Diceritakan beberapa nyawa selamat karena campur tangannya. Ia mempergunakan perhiasan dan koneksi dengan bijak. Meski  hal tersebut sempat nyaris membuatnya celaka. 

Seseorang sudah pernah memberi peringatan pada Lale, "Kekuatanmu dapat menjadi kelemahan, mengingat situasi kita saat ini. Daya tarik dan murah senyum dapat membuatmu jatuh dalam kesulitan." Tapi ia tetap merasa perlu menyelamatkan jiwa seseorang demi menyelamatkan dunia.

Suatu ketika, ia mendapat tugas untuk membuat tato beberapa wanita. Ada satu yang menarik hatinya. Ia menerima kertas yang disodorkan gadis itu dan mulai membuat tato, nomor 4562. Nama gadis itu Gina. Cinta pada pandangan pertama.

Untuk bisa sering bersama dengan Gina, Lale harus melakukan banyak hal. Dari membuatnya pindah tugas ke tempat yang lebih aman, hingga memberikan coklat agar bisa menghabiskan waktu bersama. Mereka tak tahu berapa lama lagi  waktu mereka bersama, setiap kesempatan harus dimanfaatkan secara maksimal.

"Bercinta kapan saja, dan di mana saja kita mau. Kita mungkin tidak bebas, tapi aku memilih sekarang dan aku memilih di sini. Bagaimana?" Demikian menurut Lale

Melalui penuturan Lale pada sang penulis, kita bisa mengetahui kondisi kamp konsentrasi di Krompachy (Slovakia) serta Oświęcim (Auschwitz-Poland).  Bagaimana para tahanan menghadapi hari-hari dengan penuh ketakutan berharap esok mereka masih hidup. 

Kisah percintaan Lale dan Gita menjadi bagian yang mengharukan. Membawa kadar romantis pada level yang berbeda dalam kisah ini.  Jika saya yang bukan penggemar kisah roman saja menyukai, maka pembaca yang merupakan fans roman garis kerasa, tentu akan suka kisah ini.

Mereka hanya tahu nama masing-masing, serta nomor yang ditato. Belakangan, penulis menemukan bahwa nomor  Gita yang diingat oleh Lale berbeda.  Tapi hal itu tak penting. Bagaimana cinta bisa membuat segala hal menjadi mungkin. Meski keduanya terpisah, namun kekuatan cinta membuat mereka bersama.

Bagian bagaimana keduanya bertemu kembali, dikisahkan secara datar. Padahal bagaimana Lale bisa berhasil menemukan Gina, tentunya butuh banyak perjuangan. Sayangnya bagian ini kurang porsinya. Entah karena Lale yang enggan bercerita, atau memang keduanya ditakdirkan bertemu dengan mudah.

https://www.goodreads.com/book
/show/37646224-il-tatuatore-
di-auschwitz

Dengan begitu banyak kisah menyentuh hati, saya tak bisa menuliskan ulang. Rasa kagum muncul mengetahui bagaimana semangat para tahanan di kamp konsentrasi untuk bertahan hidup sungguh luar biasa. 

Tidak ada perbedaan ras, agama dan jenis kelamin, yang ada rasa kebersamaan sebagai sesama tahanan yang berjuang untuk bertahan hidup. Saling membantu tanpa pamrih, bahkan memikirkan keselamatannya sendiri.

Meski penuh dengan adegan menyedihkan, mau tak mau, saya tertawa ketika membaca bagaimana Lale berusaha membuktikan bahwa ia  adalah seorang Katolik dengan melepas tali penahan celana panjangnya dan nyaris membuka celana dalamnya. Terbayangkan betapa sebalnya wajah Komandan di Vienna yang bertanya.

Pada bagian akhir buku, kata penutup dari anak tunggal keduanya kembali membawa saya pada nuansa sedih. Kepahitan hidup membuat keduanya begitu kuat menghadapi segala kejadian dalam hidup. Toh mereka sudah pernah mengalami perasaan ketakutan apakah besok masih hidup, jadi hal lain bukanlah apa-apa.

https://www.goodreads.com/book/show
/48548932-the-tattooist-of-auschwitz

Dalam situs Godreads, terdapat 144 edisi. Kebanyakan sampul buku atau kover mengambil tema  tangan pria dan wanita  yang saling bertautan dengan latar belakang garis-garis. Hanya sedikit yang mengambil tema berbeda.  Versi bahasa Italia malah cenderung  romantis, jauh dari kesan suram yang diusung buku ini.

Versi bahasa Indonesia menurut saya adalah yang paling tepat. Dengan nuansa warna abu-abu, beberapa tangan yang  seakan disodorkan untuk siap ditato, sudah mewakili isi buku. Nuansa suram juga terbawa hanya dengan melihat buku ini. Meski demikian, dilain sisi juga membuat penasaran bagi yang melihat.

Masih dari situs Godreads, ternyata ada buku kedua. Namun kisahnya bukan tentang Lale dan Gina, tapi mengenai salah satu gadis yang pernah ditawan brsama Gina. Sosok yang  pernah menyelamatkan nyawa Lale. 

Ah! Saya ingat sosok itu. Apa yang ia alami lebih berat dari Gina. Walau bagaimana, Gina memiliki Lale yang selalu mendampinginya setiap saat. Ikatan keduanya menjadi kekuatan bagi Gina. Sedangkan gadis itu, ia hanya mengandalkan pertemanan dengan sesama gadis. Ia beruntung pernah mendapatkan bantuan dari Lale, ia juga sudah membalaskan budi dengan berlipat, walau mereka tak saling menghitung. gadis yang malang!

Buku yang mendapat perhargaan Audie Award for Fiction (2019) dan  Goodreads Choice Award Nominee for Historical Fiction and for Debut Author (2018), semula adalah skenario film yang telah meraih berbagai peringkat dalam aneka lomba tingkat internasional.  

Membaca kisah ini bisa menjadi pemicu semangat untuk menjalani kehidupan. Beratnya kehidupan yang kita jalani, belum seberapa dibandingkan dengan mereka berdua.  Jika Lale dan Gita bisa, berarti kita juga bisa.








Selasa, 18 Mei 2021

2021 #15: The Handmaid's Tale

Penulis: Margaret Atwood
Alih bahasa: Stefanny Irawan
Editor: Hetih Rusli
ISBN: 9786020619583
Halaman: 448
Cetakan: Pertama-2018
Penerbit: Gramedia
Rating:4/5

"Kedua lenganku terangkat, dia memegang  tanganku, masing-masing tangan kami saling menyatu. Ini dimaksudkan sebagai tanda bahwa kami adalah satu tubuh, satu orang. Makna sebenarnya adalah dia yang berkuasa, atas prosesnya dan, karena itu, atas hasilnya juga... Gaun merahku dinaikkan hingga ke pinggang, hanya sampai sana. Di bawahnya, sang Komandan melakukan senggama."
~Handmaid's Tale, hal 142~

Suatu ketika, dunia mengalami perubahan yang cukup besar. Segala hal berubah, tatanan kehidupan juga berubah.  Kisah setebal 448 halaman ini  berkisah tentang kehidupan di sana yang disampaikan oleh seorang narator yang bernama Offred.  Dalam 15 bagian, 46 bab, serta satu  bagian yang memuat semacam catatan sejarah, pembaca diajak mengikuti kehidupan Offred selama menjadi  Handmaid. 

Ia merupakan perempuan yang direkrut untuk kepentingan reproduksi dan dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan jasa tersebut, serta memiliki hak itu berdasarkan jabatan yang mereka miliki di pemerintahan.

Tugas Offred  adalah penghasil keturunan; bukan sebagai selir, geisha, atau wanita penghibur. Indung telurnya  dianggap bagus karena terbukti  pernah memiliki seorang anak perempuan.
https://www.goodreads.com/book/show/
27858750-povestea-slujitoarei

Hal itu juga yang membuatnya  dianggap berharga.  Setiap memasuki masa subur, ia harus menyiapkan diri agar kali ini komandan bisa menghamilinya. Dia tinggal di rumah seorang komandan. Baik sang komandan dan istrinya sangat mengharapkan kehamilannya.  Ia sendiri juga berharap demikian. Seorang Handmaid yang hamil akan mendapat perlakuan khusus.

Belum lagi jika  kehamilan bertahan hingga melahirkan, keberadaannya menjadi lebih berharga dibandingkan yang lain. Artinya ia akan mendapat banyak perlakuan istimewa. Tak heran ada saja yang nekat melakukan hal-hal yang menyalahi aturan agar bisa hamil. Mengingat usia kesuburan tidaklah lama.

Pada beberapa bagian dikisahkan  bagaimana  ia teringat pada saat situasi  sebelum Republik Gilead berdiri. Saat ia masih bisa bekerja; berpakaian celana pendek; kantong-kantong plastik supermarket. Serta kenangan akan anak dan  suaminya yang bernama Luke.

Di Republik Gilead, tidak semua wanita bisa mengandung.  Mengenai kenapa ada perempuan yang bisa mengandung sementara yang lain tidak, bisa ditemukan penjelasannya pada  bagian  Catatan Sejarah. Sebelum mencapai bagian tersebut, pembaca diharapkan menerima saja situasi yang diceritakan oleh narator kita.

Oh ya, jangan dikira untuk bisa mengandung mereka melakukan hubungan badan-senggama seperti layaknya dua orang yang memadu kasih. Ada ritual tertentu yang harus mereka lakukan. Ada peran serta sang istri Komandan. Jadi jauhkan perkiraan akan ada adegan heboh. Semua dilakukan sesuai dengan aturan, termasuk larangan untuk menatap mata Komandan. 

Entah mana yang lebih menyakitkan bagi perempuan di sana, Melihat suaminya meniduri perempuan lain agar bisa memiliki keturunan, atau Handmaid yang terus merapal doa  setiap kali Komandan  melakukan senggama agar kali ini ia bisa hamil.
https://www.goodreads.com/
book/show/35992024

Perempuan-perempuan  di sana bisa dibedakan dengan melihat baju yang mereka kenakan. Tokoh kita  ini memakai baju  dan sarung tangan berwarna Merah dengan topi putih,  seperti Handmaid lainnya. Sementara yang lain mempergunakan warna yang berbeda sesuai dengan tugasnya. Aunts, mengenakan pakaian berwarna Cokelat dengan tugas  mendidik para Handsmaid, lalu ada Martha dengan pakaian Hijau dengan tugas membersihkan rumah tanpa bisa hamil.

Perbedaan kehidupan  di sana  antara lain, tentang bacaan. Meski ada bagian tentang perpustakaan di halaman 244, Handmaid dilarang membaca buku dan majalah  karena dianggap bisa memicu ketidakpatuhan.  Bahkan catatan belanja Handmaid juga berupa gambar bukan tulisan. Tak hanya itu, 
para  Handmaid  tidak boleh pergi sendirian, mereka harus berpasangan  agar mudah dipantau.

Bagi mereka yang  menyukai kisah dengan alur cepat, buku ini mungkin tidak cocok. Meski ide kisahnya menarik, eksekusinya agak kurang optimal. Pertama, dari alur kisah yang maju-mundur kadang membuat saya agak lelah mengikuti Offred.  Mundur disini adakah ketika mendadak ia ingat pada kehidupan masa lalunya sebelum Republik Gilead.

Kemudian, sosok narator kita-Offred digambarkan seakan menjalani kehidupan tanpa irama. Maksud saya, cara ia berpikir digambarkan sangat sederhana, satu-satunya yang agak ekstrim adalah ketika ia merasa perlu mencuri. Walau akhirnya ia menjalin hubungan dengan seseorang (maaf spoiler dikit) namun kesannya, perasaannya sambil lalu saja. Padahal ini bagian yang bisa menguras emosi.

Saya lebih bersemangat mengikuti kisah Moira, salah satu Handmade yang melakukan aksi melarikan diri. Karakternya digambarkan berbeda, begitu kuat.  Apa yang ia lakukan bisa dikategorikan sebagai hal yang luar bisa mengingat kehidupan di sana yang cenderung tenang.

Buku yang layak dibaca jika ingin menemukan sebuah kisah yang agak berbeda.Dengan cara  bercerita yang  unik, buku ini tidak saja membuat pembaca merasa bersyukur hidup pada zaman ini. Minimal buat saya ^_^.
https://www.goodreads.com/book/show/
40213594-damazl-q-q-z-n-hekay-ti

Apalagi sebagai seorang perempuan, ketika membaca bagaimana perempuan diperlakukan hanya sebagai penerus keturunan alias hanya melahirkan dengan dibatasinya segala hal, rasanya gemas sungguh luar biasa.

Cara penutup yang unik juga membuat buku ini memiliki nilai lebih. Beberapa sahabat saya menyebutkan bahwa semula ini adalah sebuah film (atau seri,  saya lupa) kemudian karena dianggap sukses maka dibuatlah buku ini. 

Menurut situs Goodreads, buku ini telah meendapatkan banyak penghargaan, yaitu Booker Prize Nominee (1986); Nebula Award Nominee for Best Novel (1986); Locus Award Nominee for Best SF Novel (1987); Arthur C. Clarke Award (1987); Audie Award for Fiction (2013); Los Angeles Times Book Prize for Fiction (1986); Prometheus Award Nominee for Best Novel (1987); James Tiptree Jr. Award Nominee for Retrospective (1995); Governor General's Literary Awards / Prix littéraires du Gouverneur général for Fiction (1985); SF Chronicle Award Nominee for Novel (1987); Commonwealth Writers' Prize Nominee for Best Book in Caribbean and Canada (1987); CBC Canada Reads Nominee (2002); dan Metų verstinė knyga Nominee (2012).

Sebuah buku menarik yang berjodoh dengan saya.  Sejak melihat promosi buku ini dan membaca blurd, saya sudah tertarik untuk membacanya. Sayang timbunan yang lumayan tinggi membuat saya batal membeli. Ketika ada kesempatan, buku ini seakan menghilang dari pasaran.  

Mau pinjam seseorang, ternyata ia juga meminjam ^_^. Untunglah tak sengaja saya menemukan seseorang yang  menjual koleksinya ini dengan harga bersahabat. Kalau jodoh memang tak akan kemana.


Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/

Rabu, 12 Mei 2021

2021 #14: The Last Spell Breather

Penulis: Julie Pike
Penerjemah: Primastuti Dewi
Penyunting: Sari Mulia Eri
ISBN: 9786230401497
Halaman: 
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Harga: Rp 82.000,-
Rating: 3/5

"Memangnya kau pikir kenapa mereka disebut 'Mantra'? Kalau saja salah eja maka sihirnya tidak akan bekerja. Menyalin adalah cara yang paling aman."

~ hal 9~

Tertarik pada promosi buku ini pada sosial media, saya berharap akan bertemu dengan penyihir yang mendadak kehilangan buku sihirnya sehingga mengalami kesulitan. Tentunya penyihir yang dimaksud adalah penyihir pemula alias anak magang ^_^. Ternyata saya salah.

Seorang gadis remaja bernama Rayne hidup bersama ibunya di Penderin, sebuah desa yang dikelilingi oleh pembatas kaca guna melindungi desa dari aneka monster yang berkeliaran di sekitarya. Di sisi lembah terdapat pegunungan yang diselimuti salju.

Sang ibu yang berprofesi sebagai Pembaca Mantra merupakan posisi yang penting dalam kehidupan di desa mereka. Bisa dikatakan nyaris  seluruh penghuni desa mendapat bantuan dari Pembaca Mantra. Misalnya menghilangkan batuk dan sakit tenggorokan dan menggemukan apel sisa panen untuk bisa dijadikan stok makanan. .

Sebagai putri satu-satunya Rayne diharapkan bisa menggantikan sang ibu. Untuk itu ia harus belajar dan berlatih dengan tekun. Artinya ia harus keluar dari sekolah, kehilangan waktu bermain dengan teman-teman, dan banyak hal lain. 

Belum lagi urusan membuka buku Mantra yang membuatnya merasa tidak nyaman. Jika pada kisah Harry Potter yang terkenal, penyihir akan mengayunkan tongkat sambil membaca mantra, tidak demikian dengan Rayne.

Pertama ia akan membuka perkamen. Kemudian ia akan menarik napas panjang dan meniupkannya pada kata-kata sihir yang ada pada gulungan itu. Kata-kata sihir  melompat dan berputar-putar kemudian mendarat pada tujuan untuk berfungsi. Isi parkamen diperoleh dengan menyalin buku Mantra milik sang ibu. 

Semula kehidupan di desa berjalan dengan tenang. Setiap penduduk bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.   Gara-gara kecerobohan Rayne, buku Mantra milik ibunya menjadi rusak! 

Banyak mantra yang berada dalam buku menjadi tidak bisa berfungsi dengan baik. Efeknya  terlihat dalam waktu yang tak lama. Penduduk desa yang pernah mendapat bantuan dari Pembaca Mantra mengalami hal-hal aneh. Seakan efek baik dari mantra yang mereka terima berbalik jadi membawa efek buruk.

Gawat!
Mau tak mau buku Mantra harus diperbaiki. Bersama Tom sahabatnya, Rayne berusaha menyusul ibunya yang pergi menuju ke Perpustakaan Agung. Semakin cepat ia bertemu dengan samg ibu makan  semakin cepat juga buku Mantra diperbaiki. 

Berbagai peristiwa membuat perjalanan kedua anak tersebut menjadi tidak mudah. Monster yang selama ini mereka kira hanya isapan jempol para orang tua ternyata benar-benar ada! 

Belum lagi, ada pihak-pihak yang sangat ingin merebut buku Mantra milik ibunya. Ternyata ada rahasia besar keluarga yang selama ini disembunyikan oleh sang ibu. Sungguh urusannya  berkembang lebih dari sekedar memperbaiki buku Mantra semata.

Mengingat usia kedua tokoh yang bisa dikatakan belia, rasanya  janggal juga ada anak yang memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin di negara tempat penulis hal tersebut bisa diterima. Tapi namanya cerita, kita nikmati saja.

Buku yang diperuntukan bagi pembaca usai 15 tahun keatas ini nenberikan pesan moral yang dibalut dalam sebuah kisah. Contohnya sosok Grostesque raksasa yang selama ini menjaga buku mantra milik ibu,  bebas dari tuganya sebagai bagian dari perjanjian kerjasama  dengan Rayne. 

Akibatnya buku Mantra bisa dibuka oleh siapa saja, sementara sebelumnya hanya bisa dibuka oleh orang tertentu dengan cara  yang menyakitkan. Hal ini membuat kondisi buku Mantra makin rawan dari pencurian.

Bagian ini memberikan pelajaran, bahwa dibalik setiap tindakan ada konsekuensi yang timbul.  Karena ingin segera bertemu ibunya maka Rayne harus rela melepaskan Grostesque yang selama ini menjaga buku Mantra tanpa berpikir bagaimana keamanan buku tersebut kelak tanpa penjagaan Grostesque.

Pada beberapa bagian, disebutkan bahwa sang ibu memanggil  dengan sebutan "cinta". Mungkinkah terjemahan harafiah dari kata love dalam versi aslinya? Atau ini merupakan sebuah petunjuk terkait kisah? Silakan tebak he he he.

Di bagian akhir, pembaca akan menemukan Daftar Kata-kata yang berisikan tokoh; aneka mantra; dan nama lokasi dalam kisah. Misalnya A pruning Spell-Mantra untuk Memangkas Tanaman; Spell of Summoning-Mantra Pemanggil; Little Jack-Si kecil Jack; Word Master-Ahli Kata; Dictionary Room-Ruang Kamus; dan lainnya.

Dalam buku ini, melalui bagian Perangkat Untuk Membuat Mantra, pembaca diajak untuk lebih mengetahui sinonim suatu kata agar bisa membuat Mantra yang paling sesuai. Ini sangat membantu anak-anak dalam memahami tata bahasa.

Secara keseluruhan, buku yang  versi aslinya terbit tahun 2019  ini sangat cocok dibaca untuk anak remaja, meski begitu, bimbingan orang tua untuk menjelaskan beberapa peristiwa yang terjadi juga sangat diharapkan.

Bagi orang tua yang ingin memberikan hadiah buku pada anaknya, atau untuk keponakan, buku ini layak dibaca. Hanya saja, untuk saya yang usianya sekian kali lipat dari 15 tahun, kisahnya menjadi memiliki banyak bolong-bolong he he he.