Jumat, 20 Juli 2018

2018#15: Kisah Si Tukang Intip Tetangga

Judul asli: The Women in The Window
Penulis: A.J Finn
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786023853281
Halaman: 584
Cetakan: Pertama-Mei 2018
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 98.000
Rating: 3.5/5

Sebuah  jeritan, lantang dan menyeramkan, terlontar dari tenggorokan. 

Aku  berputar ke arah jendela-jendela dapur.
Ruangan hening. Jantungku berdentam-dentam.
Dari mana asalnya?

Entah sedang tren atau karena latah, sebuah buku yang mengusung tentang wanita yang mengalami depresi dan menemukan pelarian pada alkohol, kembali terbit menawarkan sesuatu yang konon katanya berbeda dengan buku serupa.

Buku serupa? Ada beberapa, dimulai dengan The Girl on The Train yang membuat pembaca terpesona hingga muncul versi layar lebarnya. Lalu ada The Women in Cabin Ten. Terakhir buku ini, The Women in the Window. Benang merah ketiga kisah ini selain urusan alkohol sebagai pelarian, ada juga kisah cinta yang tak sampai.

https://www.goodreads.com
Meski berprofesi sebagai seorang psikiater, tapi tidak menjamin ia mampu membantu dirinya keluar dari keterpurukan. Demikian juga dengan sosok Anna Fox, psikiater dan ibu dari seorang anak gadis. Ia tetap butuh bantuan pihak lain untuk menyelamatkan kondisinya.

Kehidupan Anna Fox berubah dratis sejak dinyatakan mengalami agoraphobia-ketakutan akan tempat terbuka dan keramaian. Otomatis ia tidak bisa menjalankan prakteknya kembali, karena sama artinya ia harus keluar dari rumah. Suatu hal yang sangat menakutkan baginya.

Maka kesehariannya diisi dengan menonton film lawas, berlatih bahasa Perancis  dan bermain catur secara daring, berlatih kebugaran, dan mengikuti kelompok pengidap ketakutan yang sama. Tapi yang paling ia sukai adalah kegiatan mengamati para tetangga dengan mempergunakan kameranya.

Anna,  terutama terpesona oleh keluarga yang tinggal di seberang taman, Russells. Tak lama setelah pindah, anak laki-laki mereka membawakan hadiah dari sang ibu. Sebuah percakapan singkat terjadi diantara keduanya. Entah kenapa Anna merasa cocok dengan sang anak. Mungkin tanpa sadar mengingatkannya pada sang anak gadis, entahlah.
https://www.goodreads.com

Itu sebabnya dia  begitu panik ketika mendengar jeritan mengerikan dari rumah mereka. Kedekatan emosian yang terbangun tanpa sengaja membuatnya ingin tahu apa yang terjadi di sana. Segera ia mengambil kameranya dan mengarahkan ke jendela rumah keluarga Russells, kemudian melihat apa yang dia yakini sebagai pembunuhan, "...dia berjalan perlahan-lahan, dengan ganjilnya. Terhuyung. Petak merah gelap menodai bagian atas blusnya; bahkan ketika aku sedang mengamati, noda itu menyebar ke perutnya. Sepasang tangannya mengais-ngais dada. Sesuatu yang ramping dan berwarna perak tertanam di sana, seperti gagang pisau."

Secara spontan Anna menghubungi 911 untuk melaporkan apa yang ia lihat. Meski merespon dengan mengirim polisi ke lokasi yang Anna sebutkan, namun mereka berkesan tidak percaya pada apa yang Anna ceritakan. Polisi dan keluarga Russells bahkan mengira semua dilakukan Anna untuk mencari perhatian semata. Apa lagi sosok yang ia katakan terbunuh, muncul di hadapannya dalam kondisi sehat!

Anna jelas tidak terima dituduh seperti itu. Ia bertekat membuktikan bahwa ia berbicara jujur. Bahkan sampai melakukan hal yang menakutkan seperti nekat membuntuti salah seorang anggota keluarga Russells. Artinya ia harus nekat keluar dari rumah. Untung dia tidak sampai celaka. Dan pembaca akan diajak mengikuti langkah Anna membuktikan bahwa ia bukan seorang pembohong!
https://www.goodreads.com

Pada bagian awal, saya agak merasa jenuh dengan uraian mengenai Anna dan tempat tinggalnya.  Baru setelah nyaris seperempat buku, keseruan yang dijanjikan mulai muncul. Dan sungguh membuat saya tak ingin berhenti membaca hingga akhir kisah.

Beberapa bagian yang sepertinya nyata, ternyata hanyalah bagian dari halusinasi Anna semata. Untuk itu berhati-hati dalam mengambil kesimpulan he he he. Karena yang terlihat wajar bisa saja justru hal yang paling mengejutkan. Kena jebakan Batman saya ^_^.


Tidak saja memberikan berbagai kejutan yang tak terduga, pembaca juga mendapat pengetahuan dari sisi psikologi mengenai sikap dan gaya bicara seseorang. Apakah makna dari gerakan yang ia lakukan. Pada halaman 251 sebagai contoh, diuraikan mengenai tanda orang sedang berbohong dan ketakutan.


Oh ya, jika mengamati kover dari penerbit Noura Books, saya menangkap kesan kisahnya menyangkut sosok wanita yang terlihat di depan jendela dari sebuah bangunan bertingkat. Secara tak langsung memang kisahnya mengenai sosok wanita yang dilihat Anna melalui lensa kameranya dari jendela. 


Tapi urusan bentuk rumah atau bangunan sepertinya tidak seperti yang digambarkan. Dalam kover, sepertinya merupakan sebuah gedung bertingkat, atau apartemen. Sedangkan kisahnya justru mengambil lokasi sebuah rumah bertingkat biasa. 
Guna melengkapi buku, penerbit memberikan pembatas buku dengan ilustrasi wajah penulis. Tidak ada yang salah dengan hal itu, hanya secara pribadi saya kurang sreg dengan foto mas ganteng dengan gaya begitu he he he.

Penderita Agoraphobia umumnya enggan keluar rumah untuk bertemu dengan tetangga. Mereka akan lebih memilih berdiam diri di rumah. Si penderita merasa  pusing dan panik jika mendengar suara keras serta teriakan.  

Dalam   http://doktersehat.com/ disebutkan bahwa gejala umum agoraphobia termasuk: takut berada di tempat-tempat ramai,  takut kehilangan kontrol di tempat umum takut berada di tempat di mana yang mungkin sulit untuk keluar, seperti lift atau kereta api, serta ketidakmampuan untuk meninggalkan rumah atau hanya mampu meninggalkannya jika orang lain menemani. 

Selanjutnya juga dikatakan bahwa penderita juga akan merasakan denyut jantung cepat, berkeringat berlebihan, kesulitan bernafas, menggigil, kepala pusing, merasa gemetar, mati rasa atau kesemutan serta merasakan kehilangan kontrol diri.

Sebenarnya saya penasaran dengan simbol dewasa yang ada di kover. Menilik keseluruhan kisah, sepertinya unsur dewasa ada pada kepribadian salah satu tokoh yang sangat mengejutkan. Ia bahkan tak segan-segan menyatakan ingin membunuh Anna! Kepribadian yang tak layak diikuti oleh kaum muda. 

Bagi mereka yang tertarik, ternyata ada diskon di tautan ini. Hayuh beli, mumpung diskon!


Senin, 16 Juli 2018

2018 #14: Petualangan Selembar Weselpos





















Judul asli: Wesel Pos 
Penulis: Ratih Kumala
Penyelia naskah: Mirna Yulistianti
Ilustrasi sampul: Orkha.id
Ilustrasi isi buku: Ratih Kumala
ISBN: 9786020387116
Halaman: 100
Cetakan: Pertama-Juni 2018
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 58.000
Rating: 3.25/5

Unik! 

Kata yang tepat untuk menggambarkan buku ini. keunikan buku ini bagi saya adalah dari sisi  tokoh utamanya yang berwujud selembar weselpos. Padahal jika melihat buku-buku yang baru terbit, umumnya tokoh utama adalah sosok manusia dengan beragam kondisi dan latar belakang kehidupan. Kisah mengenai keberadaan sebuah benda yang mendampingi kehidupan seorang manusia, pasti menawarkan sebuah kisah yang berbeda,  menurut saya lho.

Berbekal selembar weselpos yang setiap bulan diterima, seorang wanita lajang berupaya mencari keberadan sang kakak kandung yang sudah dua tahun tak pernah memberikan kabar. Jangankan pulang, telepon bahkan pesan singkat juga tak pernah diterima. Hanya keberadaan selembar weselpos yang membuat keduanya terhubung.


Semula,  ia dan ibu yang menerima manfaat dari weselpos tersebut, sekarang hanya dia. Sang ibu telah berpulang beberapa waktu lalu. Tekatnya kian bulat, mencari kakaknya yang mengirimi weselpos tiap bulan. Informasi yang ia punya hanyalah alamat kantor sang kakak yang tertera di weselpos. Petualangan sang weselpos pun dimulai. 


Bukan hal yang mudah mencari seseorang  di Jakarta. Sudah sering kali mereka yang nekat ke Jakarta justru mengalami nasib tragis. Belum apa-apa wanita lajang tersebut sudah tertipu. Sungguh berat "bertamu" di Jakarta. Seperti kata penulis, Ada dua jenis orang yang hidup di Jakarta. Pertama adalah orang sakti, mereka adalah orang yang akan bertahan hidup sebab 'ilmu' mereka sudah tinggi. Kedua adalah orang sakit, yang akan mati ditelan kekalahan di kota ini...."  

Nasib baik membuatnya bisa terhubung dengan seorang pria yang diharapkan mengetahui keberadaan sang kakak. Ternyata hidup tidaklah sesederhana yang ia kira. Ada saat ia berada dalam golongan orang sakti, tapi dilain waktu menjadi bagian dari orang sakit. Dan weselpos menjadi saksi berbagai peristiwa yang terjadi antara beberapa anak manusia.


Bagian ini kok saya merasa seperti sinetron lokal ya, seperti kebetulan sekali. Sungguh berutung nasib wanita muda itu. Bisa bertemu dengan pak Polisi yang baik hati,  pria tak dikenal yang bersedia menampungnya tanpa berbuat jahil.Tapi saya langsung teringat beberapa peristiwa yang sepertinya kebetulan, seakan diatur padahal tidak. Jadi apa saja bisa terjadi.


Oh ya, saya menuliskannya sebagai "weselpos" bukan "wesel pos" seperti yang ada di buku. Hal ini dikarenakan saya mengacu pada penulisan yang ada di situs resmi PT Pos Indonesia. Mungkin saja saya salah, tapi karena weselpos merupakan salah satu layanan yang ada di PT Pos Indonesia, maka saya memilih mengikuti penulisan yang ada pada situs tersebut.


Saat akan mulai membaca buku ini, mendadak saya teringat pada selembar weselpos yang sering saya jumpai di kantor pos dulu. Dengan warna abu-abu tua, ukuran yang lumayan besar dan tebal,  tentunya membuat weselpos menjadi barang yang mudah dikenali diantara produk pos lainnya.

Seiring perkembangan zaman, wesel juga mengalami perubahan. Tidak saja secara fisik namun juga mekanisme pelayanan. Ukuran kertas lebih ringan dengan warna putih sederhana. Pelayanan juga beragam,  penerima weselpos bisa langsung mencairkan uang yang ia terima dalam cepat. 

Jadi weselpos versi mana yang ada dalam kisah ini? Saya menemukan  jawabannya pada ilustrasi di halaman akhir kisah.   Sebenarnya saya sudah menduga, karena  beberapa bagian menyebutkan mengenai potongan weselpos yang disimpan oleh pengirim. Dan potongan weselpos hanya ada pada model lawas. 
Meski lumayan menghibur tapi menurut saya kisahnya serba tanggung. Memang menarik bagaimana sebuah weselpos bisa bergitu berpengaruh dalam kehidupan beberapa manusia. Namun akan lebih seru jika ada beberapa bagian yang lebih berkesan dramatis, jika perlu mempergunakan trik ala sinetron lokal he he he.

Sebagai contoh (duh maaf harus sedikit memberikan bocoran), tokoh utama wanita dalam kisah ini-Elisa, digambarkan mencari alamat kakaknya hanya berbekal wesel pos yang selama ini ia terima. Dibantu pak polisi yang baik hati (tentunya tidak sombong juga) ia berhasil menemukan alamat kantor sang kakak. Sedikit bertanya, mempertemukan dia dengan sosok Fahri. Konon Fahri merupakan orang yang paling kenal dengan seluruh karyawan yang ada di gedung  tersebut.

Tidak ada yang aneh memang, tapi kenapa dibuat begitu mudah? Hanya menunggu sebentar (lumayan lama sih dari pagi hingga sore) Elisa sudah bisa menemukan sosok Fahri. Kenapa tidak dibuat lebih kompleks lagi? Misalnya ternyata Fahri harus mendadak menemani bos yang sedang rapat di luar kota sehingga baru kembali besok. Kondisi Elisa selama menunggu bisa lebih memunculkan sesuatu yang berbeda.


Atau sebelum teringat untuk ke kantor pos Elisa sempat nyaris celaka karena bertemu dengan serigala berbulu domba, orang jahat yang pura-pura berniat baik membantu. Ia harus berusaha membebaskan diri dari bujuk rayu dari pria bermulut manis tersebut.Masih banyak hal lain yag bisa dibuat tergantung daya imajinasi penulis.


Terlepas dari segala kekurangan, kisah ini membuat kita sadar bahwa sesungguhnya yang disebut teman sejati bisa seseorang yang tak kita duga. Persahabatan adalah suatu hal yang unik. Bisa terjalin kapan saja, dan diantara siapa saja.


Mungkin Fahri tidak terlalu terlihat akrab dengan kakak Elisa,  tapi pada akhirnya ialah yang menjadi penolong ketika Elisa membutuhkan seseorang.  Demikian juga dengan  sosok tetangga sebelah Fahri. Meski sering dicibir karena profesinya, namun ia tak ragu membantu tanpa banyak bicara. 


Oh, ya pembaca  juga bisa mengetahui bagaimana suasana kehidupan di rumah susun melalui kisah ini. Ternyata lumayan beragam. 
Belum lagi sikap tidak usil pada tetangga.  Pastinya butuh kuping dan muka tebal jika membaca kisah ini.

Dan saya menemukan merek sebuah obat sakit kepala dalam kisah ini.Tidak ada yang salah sih dengan obat sakit kepala.Tapi dengan menuliskan merek bukan kategori, hal ini menunjukkan kekuatan merek tersebut. Sebuah kesuksesan tersendiri.

Menurut    situs resmi PT Pos Indonesia (http://www.posindonesia.co.id), Weselpos merupakan layanan pengiriman dan penerimaan uang yang memberikan solusi terhadap kecepatan, ketepatan dan keamanan kiriman uang Anda, secara domestik (nasional) maupun luar negeri (internasional). Terdapat dua jenis layanan Wesel pos., yaitu layanan domestik  (nasional) serta layanan luar  negeri (internasional)

Layanan Domestik (Nasional) terdiri dari:
  • Weselpos Instan
    adalah layanan Weselpos dengan waktu tempuh real time, pembayaran menggunakan PIN dan NTP yang dikirimkan langsung  oleh  Pengirim  kepada  Penerima.
  • Weselpos Prima
    adalah layanan Weselpos yang menggunakan surat pemberitahuan, diantar oleh Kantorpos Tujuan kepada Penerima
  • Weselpos Transfer Tunai (Cash To Account)
    adalah pengiriman uang secara tunai melalui Kantorpos dengan tujuan semua rekening bank secara real time.
  • Weselpos Kemitraan
    adalah layanan Weselpos hasil kerja sama dengan pihak lain, dilakukan dengan suatu perjanjian kerjasama dengan tarif dan layanan sesuai kesepakatan.

Sementara  yang termasuk dalam Layanan Luar Negeri (Internasional) adalah  Western Union, International Express Money Order (IEMO), BNI Wesel PIN, Wesel Instan BCA, Wesel Instan BSM, Wesel Instan CIMB Niaga, Wesel Instan Arsema (Moneygram), Wesel Instan Ebays, dan Wesel Instan Telkomsel .


Lumayanlah, gara-gara buku ini, saya jadi beberapa kali mampir ke kantor pos yang ada di area kantor sekedar untuk berbincang dengan ibu petugas di sana. Biasanya hanya mampir untuk kirim paket ^_^.

Penasaran, selanjutnya penulis akan membuat apa ya?
Semoga tak butuh waktu lama untuk menikmati karya terbarunya.