Selasa, 07 Februari 2023

2023 #4: Pejuangan Leafie Si Ayam Petelur Menjadi Ibu

Judul asli: Leafie: Ayam Buruk Rupa dan Itik Kesayangannya
Penulis: Hwang Sun Mi
Penerjemah: Dwita Rizki Nientyas
Penyunting: Esti A. Budihabsari
Ilustrasi: Kim Hwan Young
ISBN: 9786029225754
Halaman: 224
Cetakan: Pertama-2013
Penerbit: Qanita
Rating: 4/5

"Dedauanan adalah ibu para bunga. Bernapas sampai bertahan hidup walau dihempas angin. Menyimpan cahaya matahari dan membesarkan bunga putih yang menyilaukan mata. Jika bukan karena dedaunan, pohon pasti tidak dapat hidup. Dedaunan benar-benar hebat."
-hal 85-

Sering kali saya sering enggan membaca buku yang diberi lebel semacam motivasi diri, kearifan, dan sejenisnya.  Dengan tidak mengurangi hormat bagi para pembaca buku sejenis, beberapa buku yang saya baca seperti kurang tepat untuk saya, sehingga sering saya tidak berhasil menamatkan buku tersebut.

Melihat buku ini sebenarnya juga sudah merasa enggan, hingga sejak diterima belum juga dibaca hingga sekarang, tertimbun di rak. Namun ketika tanpa sadar melihat sampul plastik pembungkus terkoyak, lalu melihat isinya yang dipenuhi ilustrasi cantik, jadi tergoda membaca. Plus, kovernya berwarna biru.
https://www.goodreads.com/
book/show/23441811

Sangat menarik!
Menyesal tidak membaca sejak awal, tapi lebih baik terlambat dari pada tidak ^_^. Seperti yang tercantum pada  kover depan, buku ini mengisahkan tentang kehidupan seekor ayam yang dianggap buruk rupa bernama  Leafie, serta seekor  itik  kesayangannya yang diberi nama  Greenie.  Leafie adalah seekor ayam petelur. Jika sudah sampai pada masa ia sudah tidak produktif lagi,  maka nasibnya akan segera berpindah menjadi ayam potong.

Meski setiap saat ia merasa sakit hati ketika majikan mengambil telurnya, namun rasanya tak sesakit ketika telur yang dihasilkannya dianggap buruk lalu dibuang hingga menjadi santapan anjing. Sesungguhnya Leafile sangat ingin mengerami telurnya sendiri. Ia merasa iri melihat keluarga bebek yang bebas berlarian di halaman, ayam betina yang sibuk mencari makan dengan cepat hingga bisa segera kembali mengerami telurnya.

Dengan tekat dan kemampuan keras, Leafie berhasil keluar dari kurungan untuk ayam yang dianggap sudah tidak berguna. Ia memang bebas, tapi bukan berarti ia selamat. masih banyak bahaya yang mengancamnya,  ada musang yang mencari makan untuk anaknya, bahkan dari sesama penghuni halaman yang menganggap dirinya adalah pengacau. Untunglah ia bertemu dengan seekor bebek liar yang menjad temannya.

Bagian ini, yang mengisahkan para binatang berkumpul untuk membahas  bagaimana sikap mereka pada Leafie, entah kenapa membuat saya teringat buku Animal Farm. Leafile tak mengira ternyata kehidupan di halaman tak seindah yang ia bayangkan selama ini. 
https://www.goodreads.com/
book/show/25901512-flora-hen

Keinginan Leafie sebenarnya sederhana, namun bisa dkatakan rumit untuk ayam petelur. Bagaimana ia bisa bertelur lagi? Dan jika tidak bisa bertelur, bagaimana ia bisa mengerami telurnya?  Hatinya berasa sangat sedih, hidup terasa hampa. Begitulah yang dirasakan oleh Leafile. Ia sangat ingin bisa mengerami telurnya, sehingga begitu menemukan sebutir telur, tanpa pikir panjang segera  ia erami tanpa sadar bahwa itu bukan telur ayam.

Maafkan saya yang mendadak jadi berpikir, bagaimana jika ternyata yang dierami Leafie adalah telur ular? Bukan tak mungkin. Seandainya penulis membuat suatu bagian yang menyebutkan bahwa hal tersebut tidak terjadi karena sesuatu hal, tentu lebih baik. 

Buku ini mengajarkan kita bahwa tak ada salahnya memiliki mimpi, punya angan-angan. Karena hal tersebutlah yang akan menjadi kekuatan kita untuk bangkit ketika sedang terjatuh.  Begitulah yang dirasakan Leafie. Ia sangat ingin bisa mengerami telurnya hingga menetas, sehingga  ia mampu bertahan dari segala bahaya dengan tekat melindungi telurnya. 

Maafkan jika tanpa sadar saya mengulang perihal bagaimana Leafie ingin mengerami telurnya. Karena hal tersebut tersampaikan dengan kuat dalam kisah ini. Penulis dengan piawai mengolah kata, membuat hal tersebut begitu terekam dalam  ingat saya. Jika menginginkan sesuatu, berjuanglah secara maksimal.
https://www.goodreads.com/
book/show/18525439-c-g-m-i-x-ng-chu-ng

Kita juga diajarkan untuk tidak selalu mendengarkan perkataan orang lain, karena kitalah yang paling tahu tentang diri sendiri. Mendengarkan saran memang dianjurkan, tapi bagaimana sikap kita akan saran itu adalah keputusan kita sendiri. Jika kita rasa saran itu adalah baik maka ikuti, tak perlu mengikuti saran sekedar menyenangkan orang. 

Bebek dan ayam adalah dua hewan yang berbeda. Maka meski dirawat oleh Leafie, Greenie tetaplah seekor bebek. Ia akan kembali pada habitatnya. Semula ia memang takut bertemu bebek lain, takut mencoba untuk berenang. Pada akhirnya, ia menemukan kaumnya. Leafie meski sedih, harus merelakan hal tersebut. Toh keinginannya untuk bisa mengerami telur dan merawat anak sudah tercapai. 

Peran bebek liar alias Pengelana dalam kisah ini tidak bisa dianggap sepele. Ia mengajarkan banyak hal pada Leafie yang sebelumnya tak tahu bagaimana kehidupan di luar kandangnya, termasuk bagaimana menjaga diri dari musang. Kadang, kita mendapat dukungan dari sosok yang tak pernah kita duga. 

Bisa saja hal tersebut merupakan buah dari perbuatan baik yang selama ini kita lakukan. Seperti kebaikan Leafie memberikan telurnya. Jangan pernah lupa bersyukur untuk segala kebaikan dan kemudahan yang kita terima. 

Bahkan musang yang menjadi tokoh antagonis juga memiliki peranan dalam kehidupan Leafie. Ia menjadi ibu yang kuat demi melindungi anak.  Bagaimana juga, hukum alam membuat akhir yang menyedihkan. Tapi, kali ini Leafie mampu melihatnya dari sudut pandang berbeda. Pengorbanannya bisa menyelamatkan nyawa lain.
https://www.goodreads.com
/book/show/21032921-the-hen-who-
dreamed-she-could-fly

Kita mungkin tak selalu beruntung. Tapi, siapa yang bisa mengetahui bahwa mungkin dibalik ketidak beruntungan tersebut, menanti kesuksesan yang tertunda. Bisa saja  ketidak beruntungan kita justru membawa kebaikan bagi orang lain. 

Misalnya, kita berebut menaiki kereta api dan tak terangkut. Mungkin salah satu penumpang adalah seorang pencari kerja yang akan menjalani test. Karena berhasil naik kereta api lebih cepat, ia bisa mempersiapkan diri lebih baik dan lolos tes.

Sementara Anda atau saya yang tak terbawa, tentunya harus menunggu kereta api yang lain. Tak disangka bertemu teman lawas. Percakapan singkat berujung bertukaran nomor telepon genggam. Sering waktu malah menjadi rekan bisnis. Jangan sebut saya menghayal! Karena tak ada yang tak mungkin dalam kehidupan ini. Seperti juga Leafie, dari seekor ayam  petelur bisa menjadi ibu.

Buku yang konon sudah terjual lebih dari 1 juta ekemplar, dan diterjemahkan dalam 10 negara saat diterbitkan oleh Qanita, memiliki judul asli 마당을 나온 암탉, diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi The Hen Who Dreamed she Could Fly, beda jauh dengan terjemahan versi Qanita.

Sun-mi Hwang sang penulis, patut berbangga hati, karena buku ini telah diadaptasi menjadi film animasi dan mendapat sambutan hangat di  festival Cannes, serta menjadi Best Family Film 2011 di Sitgas Festival Spanyol. 

Ah! Pantas ada tulisan dari kritikus sastra anak dari Korea pada bagian akhir buku ini. Sangat disarankan untuk dibaca oleh siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meski      secara pribadi, saya agak keberatan dengan kata "Ayam Buruk Rupa" dipakai dalam bacaan anak-anak.

Leafie adalah ibu, sungguh.

S
umber gambar:
https://www.goodreads.com



2023 #3: Hanya Kamu yang Tahu ...

Judul asli: Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu
Penulis: Norman Erikson Pasaribu
Editor: Mirna Yulistianti 
ISBN13: 9786020336053
ISBN10: 6020336050)
Halaman: 188
Cetakan: Kedua-2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Rating:4/5

Kamu harus berada di sini, Cintaku, agar aku bisa bertahan hidup
Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu, halaman 65-

Dua puluh cerita pendek menjadi isi dari buku ini. Tidak hanya dari judul kisah yang unik seperti judul buku, namun juga dari tokoh, serta seting kisah. Kisah yang ada antara lain Tentang Mengganti Seprai dan sarung Bantal; Hal-hal Penting yang Terjadi Selama Kau Tak ada; Garpu; Guru Ramuan; Fatamorgana di Meja Makan; Tulang Rusuk yang Hilang; Buku Puisi di Kamar Mandi; Aku Rasa Aku Akan Pergi ke Suatu Tempat untuk Waktu yang Teramat Lama; serta Pengantar Tidurmu yang Panjang.

Pembaca akan bertemu dengan kisah Tentang Mengganti Seprai dan Sarung Bantal, pada bagian awal. Sebuah judul cerpen yang lumayan panjang dan unik, layak jadikan judul buku. Meski sepertinya judul ini memberikan informasi tentang kegiatan yang sederhana, tapi percayalah isi cerpen tersebut tidaklah sesederhana itu.

Setelah membaca kisah tersebut, sebagai penggila buku wajar jika kisah pertama yang kubaca setelahnya adalah Novelis Terkutuk di halaman 123. Mengisahkan tentang seorang penulis bernama Ruhut Manihuruk.  Bermula dari keinginannya untuk beres-beres kamar dengan kapur barus agar tak ada lagi kecoa dan kroninya,  berujung hal tak terduga. 

Hem..., apakah penulis terinspirasi dari karya Kafka yang mengubah  tokoh  utama menjadi kecoa? Setelah Gregor Samsa dalam Metamorfosis berubah menjadi kecoa (walau dalam versi asli disebutkan sebagai  Dung-Beetle atau  kumbang kotoran), sekarang giliran Ruhut. 

Ah! Nama serupa tersebut muncul Dalam Tulang Rusuk yang Hilang di halaman 143, yang mengisahkan tentang kehidupan Ruhut Manuhuruk-penulis cinta. Mungkin penulis sengaja bermain dengan nama tokoh yang serupa. Jika pembaca tidak teliti, bisa tertukar nama.
...buku itu adalah sebuah kota yang bisa kamu jelajahi dengan sepedamu. Dan kota ini sepenuhnya adalah milikmu sehingga kamu boleh memulai perjalananmu dari gang mana pun, menyusuri sendiri rute yang kamu akan tempuh, memutuskan untuk melintasi aku, melewati aku, berhenti padaku, berhenti tidak padaku.” 
-halaman  5-

Satu kisah lagi terkait penulis adalah  Buku Puisi di Kamar Mandi. Meski mengusung tema terkait penulis puisi, namun sudut pandang yang diambil penulis adalah sisi keluarga penulis, istri dan anak. Bagaimana sang istri harus memutar otak untuk mengatur keuangan yang seberapa. 

Hatinya tersayat ketika mengetahui kenyataan bahwa  orang yang diharapkan membeli buku puisi suaminya hanya sekedar bercanda! Pedih! Entah siapa yang lebih merasa pedih. Suami yang terpaksa menjual buku karyanya dalam bentuk kertas kiloan, atau seorang istri yang harus hidup kekurangan dan melihat anaknya sakit.

Pernah jatuh cinta dengan orang tak dikenal? Rasanya beragam,  begitulah yang disampaikan oleh tokoh dalam kisah Pria Murakami. Jika ada yang menyebutkan tentang cinta pada pandangan pertama, maka itulah yang dirasakan sang tokoh. Sayangnya, kisah cinta itu harus berhenti sebelum sempat dimulai.

Seperti disebutkan di atas, buku yang menjadi Finalis Kusala Sastra Khatulistiwa  Tahun 2014 ini mengusung aneka tema. Kesepian, jatuh cinta, menunggu, dan pastinya kesedihan. Meski kita bisa menemukan tema L***T dalam beberapa kisah, namun disampaikan dengan gaya yang santun.
Bantal biru itu ibarat laut biru ke mana semua rasa sedih dan jenuhmu selama ini bermuara, dan ia telah berkata kepada mereka: "Tempat kalian bukanlah di mimpinya."
-halaman 3-

Saya memang selalu kalah dengan warna biru. Ketika buku dengan kover yang mengusung nuansa biru berada ditumpukan buku sumbangan, langsung menukarnya dengan buku lain. Mau bagaimana lagi, biru adalah kelemahanku he he he. Kebetulan lagi, buku ini pernah menjadi incaran beberapa tahun lalu, sayang kondisi keuangan (alasan klise) membuatnya harus mengalah dengan buku lain.
https://www.goodreads.com/
book/show/21882146-hanya-kamu-yang-tahu-
berapa-lama-lagi-aku-harus-menunggu?
ac=1&from_search=
true&qid=ovEjo9FBJS&rank
=1

Baiklah, selain warna biru, tulisan panjang di kover juga merupakan daya tarik tersendiri bagi saya. Sejauh ini, sangat jarang atau bahkan sepertinya baru buku ini yang meletakkan begitu banyak kalimat di kover. Karena tak tahu bahwa ini ada adalah cetakan kedua, sempat bingung mana judulnya. Namun jika dicermati dengan seksama, ternyata dua baris bawah dengan warna yang berbeda adalah judul.

Sayangnya, kesibukan membuat buku ini tidak bisa langsung  dibaca tuntas, sehingga sering dibawa ke kantor, ke kasur, untungnya tidak ke kamar mandi. Kover yang semula mulus  bak wajah para artis, berubah menjadi ada tekukan, warna biru mulai memudar. Biarlah, yang penting isi aman. 

Bagi mereka yang sedang membutuhkan bacaan saat me time, buku ini bisa dijadikan pilihan. Tapi, berdasarkan pengalaman, tidak cocok untuk dibaca dalam suasana hati yang kurang baik. Bisa ikutan melow dan sedih berkepanjangan.  Tapi itu saya, mungkin berbeda dengan Anda.

Jadi penasaran, ada buku bersampul biru apa lagi di timbunan saya.

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com