Sabtu, 27 Mei 2023

2023#14:Siapakah Pembunuh Yang Sebenarnya?

Judul asli: Peniru Dan Pembunuhan Tanpa Jasad
Penulis: Jong-Kwan Lee
Penerjemah: Lusiani Saputra
ISBN: 9786230410604
Halaman: 312 
Cetakan: Pertama-Desember 2023
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Harga: Rp 125.000
Rating: 3,5/5

Tidak bersalah bukan berarti tidak melakukan kejahatan, tetapi hanya tidak ada cukup bukti untuk membuktikan kejahatan itu.
- Peniru & Pembunuhan Tanpa Jasad, hal 228-

Judul buku ini, serta ilustrasi bagian seorang pria duduk dan seolah ada seseorang di belakangnya, adalah alasan utama membeli buku ini. Padahal, saya tahu sekali, bakalan kesulitan menghafal nama tokoh yang umumnya terdiri dari 3 kata.

Entah bagaimana, kata "pembunuhan tanpa jasad," membuat saya teringat aneka kisah Agatha Christie dan Conan. Sementara ilustrasi pria duduk dengan siluet seseorang di belakangnya, seakan menawarkan kisah seru dan menegangkan. Perasaan saya mengatakan ini buku yang menarik. Baiklah mari kita coba nikmati karya penulis satu ini.

Gambaran  tentang kondisi seorang pasien lupa ingatan yang dirawat, menjadi pembuka kisah ini. Tak hanya lupa ingatan, ia juga tak bisa melihat. Untuk memudahkan, pasien itu dipanggil Inspektur  Lee Soo-in

Inspektur mengalami luka pada upaya memecahkan kasus pembakaran dan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh penjahat yang dijuluki Peniru. Ia mengalami beberapa cedera, tapi tidak ingat  apakah ada pertarungan fisik antara keduanya. Pihak kepolisan  merahasiakan kondisinya, hanya orang tertentu saja yang tahu. 

Selain itu, Polisi juga terus berupaya membantu mengembalikan ingatannya, karena hanya ia yang tahu siapakah sebenarnya penjahat yang disebut Peniru itu. Sejauh ini, caranya mengenali orang adalah dengan mengandalkan ingatan berapa langkah yang mereka lakukan untuk sampai ke ranjangnya.

Sebelum peristiwa yang dialami oleh Inspektur Lee Soo-in, sudah ada tiga kasus yang terjadi. Metode yang dilakukan oleh Peniru adalah  meniru cara/metode pembunuhan dari tersangka yang sebelumnya lolos dari jerat hukum.  Jadi pahamkan kenapa penjahat tersebut dijuluki Peniru.

Asisten Inspektur Han Ji-soon diutus untuk menjadi pendamping Lee Soo-in dalam upaya memulihkan  ingatannya. Dengan demikian, pihak kepolisian bisa segera menyelesaikan kasus dan menangkap Peniru. Tugas yang sedikit aneh, mengingat selama ini Inspektur Han dicurigai sebagai kaki tangan Peniru. 

Sebuah peristiwa pembunuhan terjadi lagi! Kali ini, polisi harus bertindak cepat agar tidak ada korban yang berjatuhkan. Walau belum bisa melihat sempurna dan ingatannya kembali, Inspektur Lee Soo-in bersedia pergi ke TKP untuk melakukan penyelidikan. Entah bagaimana caranya, semoga ada yang memicu ingatannya kembali dengan berada di TKP.
Tujuan menyembunyikan jasad adalah untuk menunda penemuan kejahatan. Untuk membuat alibi atau mengulur waktu untuk melarikan diri 
Kejutan! Han Ji-soon digambarkan berhasil membongkar siapakah sesungguhnya Peniru itu. Hanya saja, kenapa terlalu gampang dipecahkan misteri siapa Peniru itu. Kisahnya jadi kurang seru. Hem..., mencurigakan sekali ini. 

Menurut Peniru, kemarahan terhadap sistem peradilan  yang lesu, serta membalaskan dendam kematian putrinya, adalah alasan bagus untuk melakukan 4 pembunuhan. Pengakuan yang tak diterima begitu saja oleh pihak polisi.

Kan, ternyata kasusnya tak "sereceh itu". Apalagi ketika penulis mengungkap fakta di halaman 236. Persoalannya jauh lebih kompleks dari sekedar  ayah yang membalas dendam untuk putrinya, atau Peniru yang merasa ia harus menegakkan keadilan.

Kisah yang menarik. Semula penulis seolah mengecoh opini pembaca tentang siapakah sebenarnya si Peniru tersebut. Pada sepertiga buku, kisahnya masih dibilang datar. Seakan semua hal sudah sewajarnya terjadi seperti itu. Makin kebelakang, baru keseruan muncul.

Ternyata sosok Peniru bukanlah orang yang yang saya duga. Bagaimana penulis mengalihkan perhatian kita,  hingga Peniru yang asli terungkap identitasnya luar biasa unik. Harusnya saya menyadari ketika membaca kalimat di halaman 236.

Tapi, bagian ini menimbulkan pertanyaan. Lalu foto siapa yang ada di rumah tersebut? Polisi mengambil foto seorang gadis remaja di rumah orang yang diduga adalah peniru. Dan ia tak pernah melepaskan foto itu. Duh, susah menceritakan bagian ini tanpa spoiler he he he. Baca komen di GRI aja yak. Sekedar petunjuk, ada hubungannya antara uraian di halaman 101 dengan 239.

Agak aneh rasanya, ketika membaca uraian penulis tentang  kepala divisi yang tak bisa masuk karena sidik jari ditolak untuk membuka pintu kaca keamanan divisinya. Maka selama sebulan ini ia mempergunakan kartu akses, yang sering tertinggal di meja. Buntutnya ia harus menghubungi bagian yang berwenang untuk membukakan pintu kaca baginya.

Ternyata ada hal khusus terkait kasus Peniru, sehingga penulis perlu memberikan semacam petunjuk.  Begitulah jika membaca kisah detektif, harus cermat karena banyak  twist  yang bertaburan tanpa kita sadari.

Pembaca juga mendapat informasi tentang cara kerja polisi. Seperti yang tertera di halaman  106. Petugas polisi yang bertugas tidak memahami bahwa menemukan senjata tajam yang ditemukan jauh dari lokasi pembunuhan harus dikumpulkan kepada pihak ketiga, dan harus ada potret serta kehadiran pihak ketiga. Jika tidak, maka nilai barang buktinya akan hilang.

Baru tahukan? Saya jadi paham sekarang, kenapa dalam beberapa film serial detektif, tersangka bisa bebas dari tuduhan karena hal sepele yang dilakukan polisi (menurut saya). Ternyata hal yang saya anggap sepele,  bisa membuat barang bukti tesebut menjadi tidak ada nilainya, tidak dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.

Kecuali urusan foto  yang diuraikan di atas, secara keseluruhan kisah ini memukau, cocok untuk dibaca oleh para penyuka kisah misteri. Aneka twist bertebaran, berbagai prasangka bermunculan, dan akhir kisah yang tak terduga.

Sempat penasaran dengan kover versi asli buku ini di Goodreads, kok tidak ada. Namun ada buku dengan judul de Séoul copycat  dalam bahasa Perancis. Jika membaca informasi buku (memanfaatkan aplikasi terjemahan daring), sepertinya itu buku yang sama dengan buku ini. Penulisnya juga sama. Tapi entahlah, mungkin saja saya salah.

Para penyuka kisah misteri, apalagi penikmat kisah terjemahan Korea, direkomendasikan untuk membaca kisah ini.  Membaca buku ini,  seakan menonton kisah detektif ala drama  Korea. Para penyuka DraKor bisa menjadikan buku ini sebagai alternatif bacaan selain menonton. 

Mereka yang bekerja dalam bidang penyelidikan, atau tertarik dengan segala hal berbau penyelidikan juga disarankan untuk membaca buku ini sebagai bagian dari buku pengayaan.

Eh, komentar buku ke-14 yang membahas tentang pembunuhan  tanpa jasad, sama artinya tentang kematian. Jadi cocoklogi wkwkwkw.

Mendadak jadi ingat kalimat pamungkas serial jadul-Dark Justice, "Justice is sometimes blind, but it can also see in the darkness….” Pada akhirnya kejahatan akan terungkap juga.


Jumat, 19 Mei 2023

2023 #13: Misteri Toko Buku Berhantu

Judul asli: The Haunted Bookshop
Penulis: Christopher Morley
Penerjemah: Naila Fauzia
Penyunting: Muthia Esfand, F.J. Ismarianto
Halaman: 309
Cetakan: Pertama-Maret 2023
Penerbit: Bukuditeras
Harga; Rp 110.000 (SC)
Rating: 3.75/5

Di antara kami, tidak ada yang namanya istilah, secara abstrak, seperti, 'buku bagus'. Sebuah buku akan menjadi bagus hanya jika ia memenuhi rasa lapar manusia atau menyangkal beberapa kesalahan manusia. Buku yang kuanggap bagus bisa jadi hanya sampah buatmu.
-The Haunted Bookshop, hal 9-

Baiklah. Apa yang ada dalam benak Anda, selaku penggila buku, ketika menemukan sebuah buku dengan judul  The Haunted Bookshop-Toko Buku Berhantu? Apakah membayangkan sebuah toko buku, dimana setiap malam setelah toko tutup, para Tante Kunti, Om Pocong, Kakek Dracula, siapa saja yang beda alam  sibuk bersliweran mencari bacaan? 

Mungkin juga membayangkan para tokoh yang ada dalam buku, keluar dan asyik mengobrol dengan sesama. Misalnya Harry Potter bercakap-cakap dengan Percy Jackson, Ali Baba dan Legolas. Atau malah para penulis buku yang sudah "berpulang", berkumpul dan  membagi kisah dengan sesama. Ada Mark Twain, Hans Christian Andersen, Enid Blyton, dan lainnya yang ramai bercengkrama.  

Saya? Hem...., saya membayangkan pengunjung toko buku ini beragam. Siapa saja bisa menjadi pengunjung. Ada sosok yang mirip dalam kisah The Evil Librarian, Tante Kunti yang butuh bacaan kocak untuk bahan iseng ke orang.  Para  penulis yang berbagi kisah perjuangan penerbitkan karya pertama, atau tokoh dalam buku yang ribut protes pada penciptanya.

Bahkan bisa juga buku-buku yang mendadak datang dan pergi sesuka hati. Buku yang merasa diabaikan pemiliknya, kemudian meninggalkan pemilik lama, memilih pergi ke toko buku itu. Sementara, ada juga buku yang mendadak hilang secara misterius dari rak,  pergi di suatu tempat, di mana ada seseorang yang begini menginginkannya.
https://www.goodreads.com/book/
show/35629971-la-llibreria-encantada

Namanya juga khayalan ^_^. Hal tersebut yang muncul dalam benak saya ketika melihat promosi buku baru dari Bukuditeras.  Ditambah dengan kover yang sedikit menyeramkan, jadi terbayang ada sesuatu atau malah buku yang melayang-layang di antara lorong.

Setelah membaca, ternyata isinya tak berhubungan dengan makhluk alam lain, saya saja yang terlalu tinggi mengkhayal. Kisahnya lebih kompleks dari sekedar seseorang  yang berkeliaran malam hari dan terluka, buku yang hilang, dan tentunya ada bumbu kisah cinta.

Lalu, kenapa tokoh buku tersebut diberi nama The Haunted Bookshop? Sungguh bijak alasan pemiliknya, tak terduga. Maka beli dan baca buku ini supaya tahu he he he, dijamin tidak akan merasa kecewa. 

Oh, ya sebelum menikmati kisah dalam buku ini, harap diingat bahwa kisah ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1919. Beberapa hal mungkin sudah tidak sesuai dengan kondisi dan situasi saat ini, tapi mari kita nikmati saja.

Suatu hari, Roger Mifflin  seorang pemilik toko buku bekas-The Haunted Bookshop di sudut Brooklyn, kedatangan seorang penjaja alias marketing iklan bernama  Aubrey Gilbert. Ia berusaha membujuk Mifflin untuk memasang iklan tentang toko bukunya. Walau upayanya gagal, namun ia menjalin pertemanan sehingga mendapat ajakan makan malam sambil mendiskusikan tentang seluk-beluk dunia buku.
https://www.goodreads.com/book/
show/29972626-the-haunted-bookshop

Kejutan! Pembicaraan malam ini memberikan informasi bagi Gilbert, bahwa salah satu klien potensialnya-Mr Chapman, adalah sahabat Mifflin. Bukan hanya sahabat, Mr Chapman bahkan berharap dapat mengirim anak gadisnya yang bernama Titania untuk bekerja di sana, supaya bisa memahami perihal dunia buku, tentunya diam-diam sang ayah yang akan membayar gajinya. Konspirasi yang unik.

Gilbert yang jatuh hati pada Titania, langsung bertindak cepat dengan menyewa tempat  di seberang toko buku demi bisa mengawasi dan menemui Titania setiap saat, padahal ia sudah memiliki tempat tinggal sendiri. Cinta memang luar biasa. 

Misteri mulai muncul ketika Mifflin tidak bisa menemukan buku yang akan dijual, padahal ia yakin sekali buku itu ada dalam toko. Tak Lama, buku yang semula hilang, mendadak muncul.  Seorang  asisten koki mengembalikan buku yang hilang dengan alasan membawanya tanpa sengaja ketika berkunjung ke toko. 

Hal tersebut mungkin merupakan hal yang biasa dilakukan seseorang, namun menjadi aneh, karena sempat ada iklan dari seorang asisten koki  yang mencari keberadaan sebuah buku. Dan buku yang dicari adalah buku yang hilang tersebut. Jadi, bagaimana sesungguhnya? asisten koki memang tak sengaja membawaya, atau sengaja membawa dan menghilangkan sehingga memasang iklan, atau ada hal lain?

Misteri makin berkembang, tak hanya soal buku yang raib, tapi juga terkait dengan keselamatan banyak jiwa. Gilbert merasa khawatir dengan keselamatan Titania, ia mengira Mifflin memiliki niat jahat padanya. Dugaannya semakin kuat, ketika melihat apoteker tetangga bisa dengan leluasa masuk ke toko.

Ternyata bukan hanya keselamatan Titania yang harus dikhawatirkan Gilbert, bahkan nyawanya dan keluarga Mifflin juga dalam bahaya. Apalagi ketika ia diserang orang tak dikenal di jalan, dan ada yang menyusup ke apartemennya pada malam hari.
Edisi pertama
https://en.wikipedia.org/wiki/
The_Haunted_Bookshop

Entah karena begitu besar rasa cintanya pada Titania, atau Gilbert begitu bersemangat memecahkan misteri ala detektif, ia melakukan beberapa penyelidikan yang hasilnya mengarah pada urusan  yang tak kaleng-kaleng, keamanan nasional. 

Dan mereka yang selama ini selalu mengira buku adalah hal yang tak berbahaya, benda remeh,  semoga mengubah pendapatnya setelah membaca kisah ini. Karena ternyata, buku bisa menjadi sarana untuk melakukan pembunuhan dan menimbulkan peperangan! 

Oh, ya, buku yang menjadi  biang keributan adalah  Thomas Carlyle 's Letters and Speeches of Oliver Cromwell (bisa diintip di sini).  Selain buku tersebut, penulis juga banyak menyinggung buku-buku lain dalam kisah ini. Misalnya The Nigger of the Narcissus karya Joseph Conrad, The House of Cobwebs dari George Gissing, The Jungle Book  dari Rudyard Kipling yang dikenal banyak orang,  dan  Helen's  Babies karya John  Habberton,  Senang juga menemukan ada buku Louisa May Alcott disebut dalam buku ini, Jo's Boys (diterjemahkan menjadi Anak-anak Lelaki Jo, oleh penerjemah buku). 

Dasar iseng, saya melakukan pengecekan satu per satu setiap buku atau tokoh yang disebutkan dalam buku ini. Misalnya, disebutkan tentang sosok bernama George Ridpath,  apakah betul ia  seorang sebuah jurnalis Skotlandia yang meninggal tahun 1726. Buku puisi Paradise Last karya John Milton. Secara tak langsung, membaca buku ini menambah pengetahuan saya, terutama tentang dunia buku.

Penulis juga menyebutkan tentang kebiasaan membaca di tempat tidur, librocubicularis  di halaman 206. Ternyata hal ini sudah dilakukan oleh penggila buku sejak dahulu kala. Menarik juga. Saya jadi teringat koleksi buku Little Women yang ada di rak. Ukurannya lumayan besar dan tebal. Entah bagaimana caranya bisa membaca dengan nikmat di tempat tidur jika bukunya seperti itu. 
https://www.goodreads.com/book/
show/39803567-the-haunted-bookshop
 
Secara umum, mereka yang mengaku sebagai penggila buku, seharusnya memiliki buku ini di rak buku mereka. Jika tidak memiliki versi cetak, minimal ada versi digital dalam gawai. Apalagi karya ini merupakan sudah domain publik, lebih mudah untuk mendapatkannya.   Bisa dicek di sini. Tentunya lebih bagus jika ada kedua versi tersebut. 

Meski membaca dengan memanfaatkan koleksi di perpustakaan atau meminjam milik teman tidak dilarang. Tapi dengan membeli, merupakan bukti dukungan pada sesama penggila buku. Apalagi tersedia dua pilihan, softcover dan hardcover yang bisa disesuaikan dengan anggaran.  

Para mahasiswa sastra disarankan dengan membaca buku ini, dengan demikian akan mendapat tambahan wawasan mengenai  karya  sastra awal abad ke-19. Juga bagaimana menerjemahkan buku ke dalam bahasa Indonesia dengan menarik walau ada beberapa hal yang mungkin tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini.

Ada dua kalimat yang menggelitik. Pertama di halaman 185, "Sekarang ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Anda-mengapa ada begitu banyak patung untuk jenderal, laksamana, pendeta, dokter, negarawan, ilmuwan, seniman, dan penulis, tetapi tidak ada patung untuk penjual buku?" 

Penjual buku bisa dianggap  ujung tombak penerbit, membuat buku laku dibeli sehingga perputaran uang terjadi. Dengan demikian penerbit tetap beroperasi. Keluarga para pekerja dunia buku bisa mendapat kehidupan layak, anak-anak bisa sekolah hingga tinggi, dan banyak buku menarik lagi yang bisa diterbitkan.
https://www.goodreads.com/
book/show/60501132

Selain itu, penjual buku-sering disebut marcom pada beberapa penerbit,  menjadi jembatan antara penulis-penerbit-pembaca. Tanpa ada penjual buku, tak ada buku yang bisa sampai ke pembaca dengan mudah. Tak ada kegiatan promosi buku yang diadakan. Penjualan, mungkin saja hanya mempergunakan cara konvesional, dipajang di toko dan iklan. Baik tercetak atau informasi dari mulut ke mulut.

Selanjutnya kalimat yang ada di halaman 121, "Keindahan menjadi penjual buku adalah kau tidak harus menjadi kritikus sastra; yang harus kau lakukan untuk buku adalah menikmatinya." Setuju! 

Penjual buku memang sebaiknya juga memiliki hobi membaca, sehingga ia bisa tahu secara mendalam buku yang dijualnya.  Ketika berhadapan dengan pembeli, ia bisa merekomendasikan buku apa yang sesuai dengan selera pembeli. Minimal, mau meluangkan waktu untuk membaca informasi terkait buku yang dijual. Kisahnya tentang apa, siapa pengarangnya mungkin juga penghargaan apa yang diraih. Sebenarnya tak hanya penjual buku, pustakawan juga begitu. 

Ah, saya jadi teringat seorang Bapak penjual buku di RSAB  Harapan Kita. Beliau yang merekomendasikan Little Women, padahal saya mencarinya kisah ala Trio Detektif, Pasukan Mau Tahu dan sejenisnya. Bagus juga untuk dibaca, begitu kata beliau. Terima kasih Pak! Buku tersebut memang bagus, makanya saya sampai punya 200 buku lebih!

Hem..., komentar buku ke-13, angka yang sering dianggap identik dengan supranatural.  Buku yang menarik. Karena Anda tak akan pernah menduga apa yang sebenarnya terjadi ketika membaca kisah ini, hingga mendekati tamat. 

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com
https://en.wikipedia.org




Sabtu, 06 Mei 2023

2023 #12: Cerita Para Peri Dalam Fabel Bunga-bunga

Judul asli: Fabel Bunga-bunga
Penulis: Louisa May Alcott
Penerjemah: Titik Andarwati
Editor: Yudhi Herwibowo
ISBN: 9786238023011
Halaman: 188
Cetakan: Pertama-2023
Penerbit: bukuKatta
Harga: Rp 65.000
Rating: 3.75/5 

"Hasrat-hasrat gelap dan tak menyenangkan yang telah kau lihat dalam hatimu, awasilah mereka dengan baik saat mereka hanya tinggal sedikit dan lemah, kalau tidak mereka akan membuat seluruh hidupmu menjadi gelap dan menutup cinta serta kebahagiaan selama-lamanya."
- Fabel Bunga-bunga, hal 154-

Sosok Louisa May Alcott selama ini dikenal sebagai penulis serial Little Women, kisah tentang kehidupan 4 bersaudara March. Meski demikian, sesungguhnya ia juga menghasilkan karya-karya lain yang tak kalah menarik, seperti An Old Fashioned Girl, Rose in Bloom, Lulu's Library,  dan lainnya.

Flower Fables-judul asli buku ini, merupakan karya pertama  Louisa May Alcott ketika berusia 16 tahun. Buku yang ditulis dengan mempergunakan nama asli. Butuh waktu sekitar 6 tahun untuk akhirnya terbit pada tanggal 9 Desember 1854. Sepengetahuan saya,  terjemahan buku ini di tanah air baru tersedia versi ini saja. Jika saya salah, mohon beri tahu.

Buku ini merupakan  kumpulan cerita-cerita fantastis yang dipersembahkan untuk Ellen Emerson, putri  Ralph Waldo Emerson-salah satu sahabat keluarga. Versi asli karya ini juga bisa diperoleh melalui gutenberg.org.

Begitu melihat kover buku ini, tanpa membaca judul, pembaca sudah bisa menduga cerita yang ada dalam buku. Terdapat 6 kisah dalam buku ini. Mulai dari Dongeng Bunga-bunga; Pelajaran Bunga; Ripple, Sang Roh Air; dan Lily Bell dan Thistledown. Kemudian ada juga puisi, yaitu Pelajaran Bunga; Bunga Semanggi; serta Lagu Peri. Tentunya dengan adanya tambahan pengantar  dari penulis yang diberi judul Dongeng Bunga-bunga, serta informasi tentang diri penulis sebagai pentup.

Alkisah diceritakan pada suatu saat, ketika bulan musim panas bersinar terang di atas bumi yang tertidur, diadakanlah sebuah pesta. Ratu Peri yang duduk di bawah naungan mawar liar meminta agar para peri berbagi kisah atau menceritakan apa yang mereka pelajari. Secara bergantian para Peri menuturkan kisah mereka.

Kesempatan pertama diberikan pada Peri mungil cantik yang dipanggil Sunny Lock.  Si Peri menuturkan kisah tentang Raja Frost atau Kekuatan Cinta.  Hati sang raja yang kejam dan dingin berkat kelembutan dan ketekunan Peri Violet menjadi mencair. 

Semula kerajaannya terasa dingin dan suram. Sang raja suka menyebarkan kebencian di kerajannya.  Banyak bunga-bunga yang berguguran layu. Peri Violet, mampu memuatnya  tak lagi menyebarkan kesedihan dan kehancuran di atas bumi, serta membenci  dan mengusik bunga-bunga  yang hidup di kerajaannya.   

Peri Violet sesungguh adalah peri yang bisa dikatakan paling lemah diantara yang lain. Berkat tekat kuat karena kecintaannya akan bunga, serta didorong dengan semangat pantang menyerah, dan tentunya kelembutan hati yang membuat banyak pihak bersimpati membantu, ia mampu membuat hati Raja Frost menjadi luluh. 

Sebuah pesan moral yang layak ditiru. Bahwa tak ada yang tak mungkin, selama merasa yakin dan mau berusaha. Bahkan untuk sosok yang dianggap paling lemah. Kesabaran dan sikap ramah bisa melunakkan kekerasan hati, 

Annie Kecil  dalam kisah Mimpi Annie Kecil atau Bunga Peri,  sangat ingin menjadi anak yang baik. Untuk itu, ia harus mampu menaklukkan berbagai nafsu dan emosi yang ada dalam dirinya. Untuk membantu, sang Peri memberikan hadiah berupa Bunga Peri yang tak dapat dilihat orang lain. 

Jika ia berbuat dan berkata-kata baik, maka bunga tersebut akan mengeluarkan bau harum. Tapi jika ia berbuat dan berpikir yang buruk, maka akan ada bunyi lonceng dari bunga tersebut sebagai peringatan.

Meski terlihat mudah, ternyata tak seperti yang diperkirakan oleh  Annie Kecil. Lonceng peringatan sering berbunyi, seiring waktu Bunga Peri menjadi semakin layu. Annie semakin merasa kesal, ia berusaha keras mencari Peri yang dahulu memberinya hadiah. Hal yang ternyata sulit. 

Berkat tekat dan usaha kerasnya, Annie akhirnya bisa belajar mengendalikan diri.  Terutama ketika Peri membuat segala hal buruk yang ia pikirkan dan ucapkan menjadi sesuatu yang menyeramkan. Peri memberikan hadiah mimpi indah atas usaha Annie menjadi anak yang baik. Kisah indah tersebut disampaikan oleh  Moonlight.

Saya sempat mengira ada dua kisah dengan judul yang serupa. Karena pada Daftar Isi, tertulis Mimpi si Kecil Annie atau Sang Peri Bunga di halaman 143. Tapi di halaman 143, belum ada kisah baru. Kisah yang baru ada di halaman 144 dengan judul kisah Mimpi Annie Kecil atau Bunga Peri.   Pada versi asli, judulnya adalah Little Annie's Dream: Or The Fairy Flower. Semoga jika cetak ulang bisa diperbaiki. 

Puisi dengan judul Lagu Peri, disajikan sebagai penutup  kisah. Setelah para peri bergiliran  menyampaikan cerita, maka tibalah saatnya untuk beristirahat tanpa kecuali. Bagaimana juga, semua makhluk juga butuh istirahat bukan?.

Buku yang layak diberikan sebagai hadiah untuk anak-anak hingga remaja. Agar mereka bisa mengambil pelajaran dari kisah yang disampaikan. Sebenarnya, orang tua juga layak membaca buku ini, guna menyegarkan ingatan akan masa kecil yang penuh warna.                                                      
Setelah selesai membaca keseluruhan kisah, saya agak bingung dengan pemilihan judul. kenapa ditulis  Fabel Bunga-bunga? Karena yang saya pahami tentang apa itu fabel, sepertinya tidak sesuai untuk menggambarkan isi buku.

Menurut laman  berikut,  fabel adalah cerita yang menceritakan tentang kehidupan para binatang yang bertingkah laku seperti manusia. Fabel adalah karangan fiksi atau fantasi (imajinatif). Terkadang fabel memilih karakter minoritas dalam bentuk manusia. Fabel juga sering disebut cerita yang mengandung moral karena memiliki pesan-pesan yang berkaitan dengan moralitas. Para karakter dalam cerita fabel adalah semua binatang.

Dalam buku ini, tokoh utamanya adalah para peri, dan sepertinya peri bukanlah binatang. Tapi, jika diperhatikan lebih mendalam, beberapa tokoh dalam buku ini juga ada binatang.  Mungkin penulis memiliki alasan tersendiri, entahlah. Atau bisa juga pengetahuan saya yang kurang.

Untuk urusan alih bahasa, tentunya tak perlu diragukan lagi, penerjemah mampu membuat pembaca terbuai dengan rangkaian kata yang ada, Bukan hal mudah, Apalagi mengalihkan puisi yang ada ke bahasa Indonesia. Sebagai contoh,  terjemahan puisi Lagu Peri yang dalam versi asli  berjudul Fairy Song berikut ini.

The moonlight fades from flower and tree, 
And the stars dim one by one ; 
The tale is told, the song is sung, 
And the Fairy feast is done. 
The night-wind rocks the sleeping flowers, 
And sings to them, soft and low. 
The early birds erelong will wake : 
'T is time for the Elves to go. 
O'er the sleeping earth we silently pass, 
Unseen by mortal eye, 
And send sweet dreams, as we lightly float 
Through the quiet moonlit sky ; — 
For the stars' soft eyes alone may see, 
And the flowers alone may know, 
The feasts we hold, the tales we tell : 
So 't is time for the Elves to go. 
From bird, and blossom, and bee, 
We learn the lessons they teach ; 
And seek, by kindly deeds, to -win 
A loving friend in each. 
And though unseen on earth we dwell, 
Sweet voices whisper low, 
And gentle hearts most joyously greet 
The Elves where'er they go. 
When next me meet in the Fairy dell, 
May the silver moon's soft light 
Shine then on faces gay as now, 
And Elfin hearts as light. 
Now spread each wing, for the eastern sky 
With sunlight soon will glow. 
The morning star shall light us home : 
Farewell ! for the Elves must go

Nukilan terjemahannya sebagai berikut, 
Cahaya bulan memudar dari bunga  dan pohon,
Dan bintang-bintang meredup satu per satu,
Dongeng diceritakan, lagu dinyanyikan,
Dan pesta selesai.
Angin malam mengguncang bunga-bunga     yang sedang tidur,
Dan bernyanyi untuk mereka, dengan lembut dan rendah.
....
Dengan sinar matahari yang akan segera bersinar,
Bintang pagi akan menerangi kita pulang;
Selamat tinggal! Karena para peri harus pergi.

Sekedar iseng, saya mengintip  informasi terkait buku ini di situs Goodreads. Ternyata ratingnya  lumayan 3,48/5. selain itu, juga sudah tersedia banyak versi, ada 1770! Kok jadi tergoda mengoleksi aneka cover yang menarik. 

Sebagai pemilik Puri Little Women, tentunya saya sangat berbahagia menyediakan tempat bagi "saudara jauh" Little Women di rak buku saya. Buku ini akan ditempatkan di area buku karya Louisa May Alcott yang lain. 

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com