Rabu, 12 Mei 2021

2021 #14: The Last Spell Breather

Penulis: Julie Pike
Penerjemah: Primastuti Dewi
Penyunting: Sari Mulia Eri
ISBN: 9786230401497
Halaman: 
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Harga: Rp 82.000,-
Rating: 3/5

"Memangnya kau pikir kenapa mereka disebut 'Mantra'? Kalau saja salah eja maka sihirnya tidak akan bekerja. Menyalin adalah cara yang paling aman."

~ hal 9~

Tertarik pada promosi buku ini pada sosial media, saya berharap akan bertemu dengan penyihir yang mendadak kehilangan buku sihirnya sehingga mengalami kesulitan. Tentunya penyihir yang dimaksud adalah penyihir pemula alias anak magang ^_^. Ternyata saya salah.

Seorang gadis remaja bernama Rayne hidup bersama ibunya di Penderin, sebuah desa yang dikelilingi oleh pembatas kaca guna melindungi desa dari aneka monster yang berkeliaran di sekitarya. Di sisi lembah terdapat pegunungan yang diselimuti salju.

Sang ibu yang berprofesi sebagai Pembaca Mantra merupakan posisi yang penting dalam kehidupan di desa mereka. Bisa dikatakan nyaris  seluruh penghuni desa mendapat bantuan dari Pembaca Mantra. Misalnya menghilangkan batuk dan sakit tenggorokan dan menggemukan apel sisa panen untuk bisa dijadikan stok makanan. .

Sebagai putri satu-satunya Rayne diharapkan bisa menggantikan sang ibu. Untuk itu ia harus belajar dan berlatih dengan tekun. Artinya ia harus keluar dari sekolah, kehilangan waktu bermain dengan teman-teman, dan banyak hal lain. 

Belum lagi urusan membuka buku Mantra yang membuatnya merasa tidak nyaman. Jika pada kisah Harry Potter yang terkenal, penyihir akan mengayunkan tongkat sambil membaca mantra, tidak demikian dengan Rayne.

Pertama ia akan membuka perkamen. Kemudian ia akan menarik napas panjang dan meniupkannya pada kata-kata sihir yang ada pada gulungan itu. Kata-kata sihir  melompat dan berputar-putar kemudian mendarat pada tujuan untuk berfungsi. Isi parkamen diperoleh dengan menyalin buku Mantra milik sang ibu. 

Semula kehidupan di desa berjalan dengan tenang. Setiap penduduk bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing.   Gara-gara kecerobohan Rayne, buku Mantra milik ibunya menjadi rusak! 

Banyak mantra yang berada dalam buku menjadi tidak bisa berfungsi dengan baik. Efeknya  terlihat dalam waktu yang tak lama. Penduduk desa yang pernah mendapat bantuan dari Pembaca Mantra mengalami hal-hal aneh. Seakan efek baik dari mantra yang mereka terima berbalik jadi membawa efek buruk.

Gawat!
Mau tak mau buku Mantra harus diperbaiki. Bersama Tom sahabatnya, Rayne berusaha menyusul ibunya yang pergi menuju ke Perpustakaan Agung. Semakin cepat ia bertemu dengan samg ibu makan  semakin cepat juga buku Mantra diperbaiki. 

Berbagai peristiwa membuat perjalanan kedua anak tersebut menjadi tidak mudah. Monster yang selama ini mereka kira hanya isapan jempol para orang tua ternyata benar-benar ada! 

Belum lagi, ada pihak-pihak yang sangat ingin merebut buku Mantra milik ibunya. Ternyata ada rahasia besar keluarga yang selama ini disembunyikan oleh sang ibu. Sungguh urusannya  berkembang lebih dari sekedar memperbaiki buku Mantra semata.

Mengingat usia kedua tokoh yang bisa dikatakan belia, rasanya  janggal juga ada anak yang memiliki pemikiran seperti itu. Mungkin di negara tempat penulis hal tersebut bisa diterima. Tapi namanya cerita, kita nikmati saja.

Buku yang diperuntukan bagi pembaca usai 15 tahun keatas ini nenberikan pesan moral yang dibalut dalam sebuah kisah. Contohnya sosok Grostesque raksasa yang selama ini menjaga buku mantra milik ibu,  bebas dari tuganya sebagai bagian dari perjanjian kerjasama  dengan Rayne. 

Akibatnya buku Mantra bisa dibuka oleh siapa saja, sementara sebelumnya hanya bisa dibuka oleh orang tertentu dengan cara  yang menyakitkan. Hal ini membuat kondisi buku Mantra makin rawan dari pencurian.

Bagian ini memberikan pelajaran, bahwa dibalik setiap tindakan ada konsekuensi yang timbul.  Karena ingin segera bertemu ibunya maka Rayne harus rela melepaskan Grostesque yang selama ini menjaga buku Mantra tanpa berpikir bagaimana keamanan buku tersebut kelak tanpa penjagaan Grostesque.

Pada beberapa bagian, disebutkan bahwa sang ibu memanggil  dengan sebutan "cinta". Mungkinkah terjemahan harafiah dari kata love dalam versi aslinya? Atau ini merupakan sebuah petunjuk terkait kisah? Silakan tebak he he he.

Di bagian akhir, pembaca akan menemukan Daftar Kata-kata yang berisikan tokoh; aneka mantra; dan nama lokasi dalam kisah. Misalnya A pruning Spell-Mantra untuk Memangkas Tanaman; Spell of Summoning-Mantra Pemanggil; Little Jack-Si kecil Jack; Word Master-Ahli Kata; Dictionary Room-Ruang Kamus; dan lainnya.

Dalam buku ini, melalui bagian Perangkat Untuk Membuat Mantra, pembaca diajak untuk lebih mengetahui sinonim suatu kata agar bisa membuat Mantra yang paling sesuai. Ini sangat membantu anak-anak dalam memahami tata bahasa.

Secara keseluruhan, buku yang  versi aslinya terbit tahun 2019  ini sangat cocok dibaca untuk anak remaja, meski begitu, bimbingan orang tua untuk menjelaskan beberapa peristiwa yang terjadi juga sangat diharapkan.

Bagi orang tua yang ingin memberikan hadiah buku pada anaknya, atau untuk keponakan, buku ini layak dibaca. Hanya saja, untuk saya yang usianya sekian kali lipat dari 15 tahun, kisahnya menjadi memiliki banyak bolong-bolong he he he.





 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar