Minggu, 06 Maret 2016

2016 #26: Kisah Tentang Pria Bernama Ove

Penulis: Fredrik Backman
Penerjemah:Ingrid Nipoeno
Penyunting: Jia Effendi
Penata letak: CDDC
Perancang sampul: Muhammad Usman
ISBN: 9786023850235
Halaman: 440
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 79.000
Rating 4/5

Konon, lelaki terbaik lahir dari kesalahan mereka sendiri, dan mereka sering kali menjadi lebih baik setelahnya, melebihi apa yang bisa mereka  capai seandainya tidak pernah melakukan kesalahan.

Seakan naik Roller coaster.
Begitulah perasaan saya ketika membaca buku ini. Sebanyak 440 halaman buku ini mengajak kita membaca kisah tentang kehidupan seorang pria paruh baya bernama Ove, pahlawan teraneh yang pernah ada, calon ayah yang gagal, dan pemelihara kucing yang tak diakuinya.

Kita bisa merasa kesal dan marah pada tindakan Ove, atau merasa ikut kesal dan marah  seperti yang dirasakan oleh Ove. Kita seakan sependapat dengannya mengenai suatu hal yang ia rasa sungguh menyebalkan. Namun, dalam sekian halaman, sang penulis ganti membuat kita merasa bersalah karena kesal dan marah pada Ove, persetujuan kita pada hal yang membuat Ove kesal, bisa membuat kita tertunduk sedih, malu bahkan menyesal.  Kita juga menjadi merasa apa yang semula mengesalkan Ove ternyata hanya hal sepele semata. Semua berbalik haluan.

Ove memang sosok yang unik. Ia seakan hidup dalam dunianya sendiri. Bagi Ove hanya tiga hal yang penting dalam kehidupannya, istrinya yang bernama Sonja, mobil Saab, serta kebenaran. Artinya, semua pusat kehidupannya ada di Sonja sosok penuh warna penyuka buku, guru yang baik. Ove hidup karena dan untuk Sonja.

Sedikit yang bisa dibanggakan dalam kehidupan ini bagi Ove. Salah satunya kebanggaannya adalah ketika duduk di belakang setir mobil Saab. Ia sangat menyukai Saab, hingga bisa kesal pada orang yang memilih memiliki mobil jenis lain.

Bagi Ove, tidak ada "abu-abu" yang ada hanya hitam dan putih. Jika sebuah peraturan sudah dibuat dan ditetapkan, Ove akan mematuhinya. Alasan apapun tidak diterima untuk membenarkan sebuah pelanggaran. Bagi Ove, itu sama artinya dengan keteraturan. Apa saja yang tidak sesuai pakem ala Ove bisa memicu rasa kesalnya. Jangan coba-coba memakai baju bermotif bunga jika ada peraturan yang menyebutkan bahwa hari itu di lingkungan tempat tinggalmu dan Ove harus memakai baju dengan motif garis-garis. Ove akan langsung memberikan segudang argumentasi yang tidak saja membuatmu merasa bersalah tapi juga rendah hati karena melakukan kesalahan. Bisa dikatakan ada bakat terpendam Ove untuk mengitimidasi seseorang dengan cara yang unik.

Meski secara garis besar buku ini mengisahkan tentang kehidupan seorang pria, tapi kita bisa mengambil hikmah mengenai makna kehidupan dari kisah ini. Kehidupan bermasyarakat memang unik, banyak hal yang terjadi. Namun tidak ada yang tidak bisa diselesaikan asal kita mau saling membantu, mengisi kekurangan dan memanfaatkan kelebihan sesama. Bahkan untuk urusan dengan birokrasi.

Pembaca juga mendapat informasi mengenai bagaimana tatanan kehidupan bertetangga di Swedia. Bagaimana sebuah lingkungan memiliki peraturan, kegiatan apa yang dilakukan bersama serta bagaimana sebuah keputusan terkait peraturan lingkungan dibuat.

Dan....
Ah, saya sungguh tidak bisa membuat review tanpa memberikan bocoran kisah. Kenapa? Coba bacalah,  bagaimana menulis sukses menyeret emosi kita saat membaca buku ini. 

Ove mungkin bukan pria idaman setiap wanita. Tapi sungguh, saya cemburu pada keberuntungan Sonja. Ia tidak saja memiliki suami yang bersedia berbohong hanya agar bisa duduk selama sekian saat di sebelahnya, yang memandangnya dengan tatapan penuh kasih, tapi juga yang selalu mementingkan kebahagian Sonja dari pada dirinya sendiri. Bagi Ove, dunia adalah Sonja dan Sonja adalah dunianya  dengan cara yang tidak biasa. Apa lagi yang diperlukan seorang wanita?

Sepanjang kisah, dengan alasan tertentu saya terus berharap agar keinginan Ove untuk bisa bersama kembali dengan Sonja tidak terlaksana.  Dan setiap kali upayanya gagal, saya menarik napas lega. Anehnya, pada akhir kisah, saya justru merasa bahagia ketika akhirnya cita-cita Ove terlaksana. Ini yang membuat saya menurunkan bintang dari 5 menjadi 4.

Untuk  urusan alih bahasa, jelas tidak ada keluhan sama sekali. Penerjemah berhasil membuat saya menahan sedih membaca beberapa bagian yang mengisahkan pristiwa sedih dalam kehidupan Ove.  Misalnya saja peristiwa yang tercetak di halaman 181. Begitu menyentuh. Seakan saya berada di belakang Ove dan mengusap punggungnya sekedar untuk menguatkan. 

Juga seperti peristiwa di halaman 311 dan 408. Ikut merasakan haru saat Ove menunjukkan perhatian dengan cara yang unik. Ia  tidak suka dikomentari untuk apa yang diperbuatnya. Tapi bisa dipastikan dibalik omelan dan gerutunya, ada hati dari emas yang tersimpan rapat. 

Alih bahasa judul tiap bagian juga mampu membuat saya menangkap makna kisah yang disajikan dalam bab tersebut. Rasa penasaran juga muncul membaca judul yang unik. 

Ada beberapa hal dalam kisah ini yang sepertinya tidak mungkin kita temui dalam kehidupan bertetangga di sekitar kita. Atau hal-hal yang dilakukan Ove, sangat tidak mungkin dilakukan oleh kita. Hal ini semata karena perbedaan latar belakang budaya. Walau begitu beberapa hal, seperti semangat Ove untuk menegakkan peraturan serta upayanya membantu sesama patut ditiru.

Pada awal kisah, kita dihadapkan pada sosok Ove yang sedang berupaya membeli komputer yang bukan komputer. Sebagai pria yang sudah tidak muda lagi,  pengetahuannya tentang komputer tidak banyak. Perdebatan sengit ala Ove pasti terjadi. Dan pada bagian akhir, kisah ini juga memuat bagaimana proses Ove membeli komputer yang bukan komputer untuk dihadiahkan bagi seorang anak. Unik.

Fredrik Backman, merupakan seorang blogger terkenal dan kolumnis di Swedia. Kisah  Ove merupakan kumpulan kisah yang ia  posting di blog. Pembacanya menyukai hingga akhirnya munculkan buku ini. Konon buku ini telah terjual lebih dari 650.000 eksemplar di negara asalnya. 

Kisah tentang Ove sudah diterbitkan dalam beberapa bahasa. Dalam Goodreads, pembaca bisa menemukan aneka kover kisah ini. Meski beragam, namun ada benang merah kover-kover tersebut. Ada sosok seorang pria dan kucing. Perhatikan kover yang terbit di tanah air dan coba temukan sosok kucing ^_^

Beberapa kali disebutkan mengenai mobil favorit Ove, Saab. Bahkan ada di kover versi penerbit Noura Books. SAAB (awalnya merupakan singkatan dari "Svenska Aeroplan AB." "AB" adalah singkatan dari "aktiebolaget" atau "perusahaan"). Semula SAAB merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang pada tahun 1937 di kota Linkoping, Swedia.    

Sejak PD II Saab juga mulai memproduksi mobil melalui Saab Automobile. Perusahaan tersebut terus berkembang ke arah merancang dan memproduksi mobil yang sukses dalam balapan dan olahraga kendaraan lain. Saab (dengan huruf kecil) sebagai produsen mobil menggunakan emblem dan logo yang sama seperti SAAB sampai pada saat merger dengan perusahaan pembuat truk "Scania". Kemudian mereka memakai "Crowned Eagle", yang merupakan symbol kota Malmo, tempat truk Scania dibuat. Akhirnya mobil Saab pun dibuat di kota tersebut. Menjelang akhir tahun 80-an, General Motors melakukan marger.  

Oh ya, ada pandangan Ove mengenai urusan elg*** dalam buku ini. Apa pun pandangan Ove, belum tentu sama dengan pandangan yang lain. Penulis memasukan dalam kisah ini untuk menambah nuansa semata,

Sungguh, saya 1000% setuju dengan endors yang ada di kover, "Kau akan tertawa, menangis, bersimpati terhadap karakter temperamental yang kau temui dalam kisah memesona ini."


Sumber gambar:
http://www.goodreads.com

--------------------------

Cintaku, belahan jiwaku
Kau memang bukan pria penuh warna
Meski juga bukan pria hitam-putih ala Ove
Tapi kau selalu membuatku merasa nyaman
Seperti Ove membuat Sonja  bahagia
Kau memang tidak membohongiku hanya untuk bisa duduk di sebelahku dan mendengarkan celotehku
Namun kau mampu memberikan banyak alasan tepat untuk mencegahku berbuat konyol
Mungkin suatu saat kau akan mengeluh untuk banyak hal yang aku lakukan
Seperti juga Ove mengeluh pada Sonja
Hanya saja, semuanya kau lakukan untuk tidak membuatku terluka

Kau bukan Ove
Pastinya Ove juga bukan dirimu
Kalian sangat berbeda
Kalaupun ada yang sama
Hanyalah cara unik kalian menunjukkan rasa
Membuatku, juga Sonja nyaman


2 komentar:

  1. "Coba bacalah, bagaimana penulis sukses menyeret emosi kita saat membaca buku ini."

    lihat mbak Truly bilang begini, rasanya .......




    Jadi pengen cepat-cepat baca Man Called Ove :)

    BalasHapus
  2. Ceritanya bagus, tapi terjemahannya kaku sekali.

    BalasHapus