Rabu, 30 Maret 2011

The Death to Come:Petualangan Mengungkap Masa Depan

Pengarang  Tyas Palar
Penyunting: Tantrina Dwi Aprianita
Halaman: 354
Penerbit: Imania
Rating: 4/5

Tyas sukses ngerjain saya!

Di halaman 5 ada kalimat "...maka lakukanlah hal yang saya lakukan ketika saya menulisnya-manfaatkanlah perpustakaan dan toko buku".

Melihat adanya beberapa kata yang diberi tanda sementara tidak nampak catatan kaki, saya merasa jangan-jangan kata-kata itu harus dicarikan artinya diperpustakaan, toko buku atau internet. Belum lagi komen Mas Koen yang telah beberapa kali mengerjai saya dengan novelnya.

Ternyata memang buku ini bersih dari catatan kaki, beda dengan salah satu buku yang catatan kakinya lebih dari setengah halaman. Yang ada catatan di akhir bab! Artinya saya tidak perlu mencari kata-kata tersebut di perpustakaan, toko buku atau internet.

Dulu saya suka iseng membaca secara acak lembar-lembar buku baru hingga tak jarang keasykan membacanya berkurang. Makanya saya meninggalkan kebiasaan buruk itu hingga tidak tahu ada "Catatan Akhir" di tiap bab

Buku ini mengisahkan perjalanan Edward Twickenham (bukan nama asli), Ivan Eidfjord, Junda,serta Tariq mencari Myrddin guna mendapat bantuan untuk mengartikan kilasan masa depan yang diperoleh Ivan. Myrddin memang penyihir yang fenomenal. 

Namanya sering disebut diberbagai kisah dengan latar belakang masa lalu dan mengilhami banyak kisah dimasa depan. Salah satu buku chicklit malah menggambarkan Myrddin masih hidup hingga saat ini.Myrddin mungkin bukan nama yang dikenal umum, itu nama asli dari penyihir besar Merlin.

Hanya saja, setelah mendapat penjelasan mengenai arti kilasan masa depan yang diperoleh Ivan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena Dewan penyihir telah menggariskan larangan untuk tidak mencampuri urusan manusia. Merlin sendiri tidak mau melakukan apa-apa walau bisa karena ia tidak ingin menahan laju atau merubah sejarah.

Latar belakang yang menceritakan saat penyihir diburu dan dibunuh tergambar dengan jelas. Rasa kesedihan yang dialami Edward juga tergambar dengan jelas, misalnya saat melihat sebuah mayat yang digantung karena dituduh sebagai seorang penyihir pada kalimat, " Jenasah itu terlihat amat menyedihkan, kesepian di tengah-tengah padang rumput itu, hanya ditemani bunga-bunga elder yang berwarna putih dan kuning".

Selain menggambarkan para tokoh dengan segala keahliannya. Tyas juga menitipkan pesan bahwa penyhir pada dasarnya juga memiliki sifat manusia. Lihat saja pada kalimat, "Para penyihir bukan hanya mengalami perlambatan penuaan fisik, tapi juga pendewasaan jiwa Makanya meskipun sudah hidup ratusan tahun, banyak antara mereka yang tidak juga bertambah bijak".

Di buku ini, saya juga berkenalan dengan salah satu makhluk dunia sihir, Tylwyth Teg, yang menjadi bumbu penyedap cerita. Dapat tambahan informasi baru dari membaca.

Kisah yang menarik, membuat tak ingin meletakkan sebelum selesai dibaca. Kalaupun ada yang menganjal, hanya salah ketik pada halaman 34 paragraf kedua.

Sebenarnya buku ini sudah diincar saat acara diskon besar disebuah toko buku, hanya saja saat itu saya kehabisan . Tidak disangka, saat acara bookclub GRI yang lalu, saya malah bertemu Tyas jadi  langsung nodong tanda tangan. Pesan singkatnya. "Thank you, I hope you enjoy the adventure" sepertinya tidak salah, saya benar-benar enjoy....

Kira-kira kapan yah buku duanya keluar.....?
Penasaran ingin tahu bagaimana perjalanan kisah para penyihir itu. Buat penggemar dunia sihir dan fantasi, buku ini sepertinya layak untuk dibaca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar