Senin, 30 Juni 2025

2025 #12: Si Bengal Pai dan Kisah Lainnya

Judul asli: Cerita Si Pai Bengal dan Cerita-Cerita Lain
Penulis: Nasjah
ISBN: 9796907968
EAN: 9789796907960
Halaman: 100
Cetakan: Ketujuh-2014
Penerbit: PT Balai Pustaka
Rating: 3/5

Entah berapa ratus bahkan jutaan kali kalimat, " Jangan menilai buku dari kovernya," disampaikan,  tapi tetap saja, kadang kover menjadi alasan untuk membeli sebuah buku. Saya misalnya. Gara-gara tertarik melihat kover Little Women versi lain, keterusan membeli hingga berjumlah 300-an. Demikian juga dengan buku ini.

Melihat buku ini pada acara di Balai Pustaka beberapa waktu lalu. Warna kuning yang dijadikan sebagai latar kover  langsung menarik perhatian. Ditambah dengan sosok anak kecil yang mempergunakan seragam Sekolah Dasar. Dari mimik wajah serta cara berpakaian, bisa diambil kesimpulan, tanpa bermaksud menyamakan semua anak, ia adalah anak yang  "berbeda". Mengikuti kata yang dipilih penulis, bengal. Tapi selalu ada hal yang unik dari dalam diri anak, mungkin saja orang disekitarnya belum menemukan apa kelebihannya.

Tokoh utama dalam kisah Si Pai Bengal, adalah seorang anak laki-laki bernama Rivai. Nama yang bagus, tapi orang-orang di sekitarnya lebih suka memanggilnya dengan sebutan Si Bengal. Tentunya hal ini bukan tanpa alasan.

Kelakuannya memang luas biasa bengal. Tak terhitung berapa banyak musuh yang ia punya. Apalagi untuk urusan berkelahi, dia jagonya.  Meski begitu, jumlah temannya lebih banyak lagi. 

Suatu ketika, terjadi peristiwa kehilangan uang di kelas. Pai menjadi tertuduh karena ia sempat masuk ke ruangan kelas untuk beristirahat. Guru yang kehilangan memberikan kesempatan untuk mengaku, tapi karena berkeras tidak mencuri Pai menolak. Dia bisa saja bengal tapi pantang baginya mencuri. Lalu siapa sebenarnya yang mencuri uang di kelas?

Kisah berakhir dengan temukannya pencuri yang sesungguhnya. Akhirnya memang ditutup dengan manis, hanya saja "alur kisah" jauh dari manis.  Semakin membaca bagaimana kondisi Pai yang dituduh mencuri dan sikap guru kepala (kepala sekolah mungkin maksudnya),  saya merasa buku ini tidak cocok dengan anak-anak saat ini.

Bisa saja ketika  awal buku ini terbit pada tahun 1952, guru bisa menghukum murid secara fisik. Misalnya dengan menempeleng atau menjewer murid. Zaman sekarang, melakukan kekerasan fisik pada murid sudah dilarang.

Bukan membela pihak mana pun. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana kondisi Pai  yang mengalami trauma akibat dituduh mencuri dan mengalami kekerasan. Kondisinya bisa dibilang membuat kuatir. Tapi bukan Pai namanya jika ia mendadak menjadi anak yang manis he he he.

Pada pojok atas terdapat tulisan Album Prosa. Ternyata ini merupakan kumpulan cerita. Cerita yang lain selain Si Pai Bengal adalah  Dua Orang Profesor; Si Rahim Pandu; Kalong yang Dihukum Gantung; Sebuah Boneka; Remah; serta Kasih dan Sayang.

Secara keseluruhan, membaca buku ini membuat kita mendapat gambaran bagaimana kehidupan masyarakat pada sekitar tahun 50-an. Memang disebutkan bahwa buku ini ditujukan bagi anak-anak usia 9-12 tahun, tapi setelah membaca keseluruhan kisah yang ada, sepertinya saya tak akan memberikan buku ini untuk anak dibawah usia 17 tahun. 
https://nusantaranews.co/
biografi-nasjah-djamin-sang-maestro-seni-rupa-indonesia
/

Hal ini dikarenakan ternyata banyak juga hal-hal yang sebaiknya tidak dibaca oleh anak usia 9-12 tahun. Untuk remaja usia 17 tahun, tentunya sudah bisa lebih memilah mana yang perlu diikuti dan mana yang harus dijauhi.

Noeralamsyah "Nasjah" Djamin.  24 September 1924 – 4 September 1997 merupakan seorang pengarang, pelukis, penulis naskah drama, dan ilustrator buku Indonesia. Selain untuk berbagai buku fiksinya, Nasjah juga dikenal untuk berbagai lukisannya, yang dikoleksi pula oleh Presiden Soekarno. Ia juga merupakan salah satu pemrakarsa kelompok lukis Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Medan dan Gabungan Pelukis Indonesia di Jakarta (https://id.wikipedia.org).

Terlepas dari semua hal, buku ini layak disimpan sebagai bagian koleksi dari karya penulis senior tanah air.  

Sumber gambar:
https://nusantaranews.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar