Minggu, 20 Juli 2025

2025 #13: Kisah Beruk yang Menyantap Segalanya

Judul: Santap
Penulis: Haditha M
QRCBN: 6261662851420
ASIN: B0DT741L73
Penyunting: H.M. Machzyumi
Halaman:105
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: Watukayu
Harga: Rp 55.000
Rating: 3.75/5

Ia berhenti di bawah jembatan untuk ngemil kodok-kodok. Lompatannya makin jauh seiring makin banyak ia melalap kodok.
-hal 39-

Pernah dengar orang berkata,"You are what you  eat? " biasanya kalimat tersebut digunakan untuk  menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi memiliki dampak langsung pada diri.  Pepatah ini diperkirakan muncul pertama kali pada tahun 1826 oleh  Anthelme Brillat-Savarin, yang menulis, "Katakan padaku apa yang kau makan, dan aku akan memberitahumu siapa dirimu." 

Orang yang hanya mau makan daging, giginya akan berbentuk menyerupai taring. Sementara yang rajin mengkonsumsi makanan sehat, tubuhnya lebih bugar dibandingkan yang lebih menyukai makanan cepat saji. Demikian juga dengan tokoh utama dalam buku ini, Beruk.

Beruk merupakan anak yang ditemukan oleh seorang pemulung yang juga memiliki profesi sebagai dukun. Negosiasi tingkat tingginya dengan malaikat maut membuat Beruk tetap diberi izin untuk menghirup udara bebas. Sayangnya, indra pengecap Beruk seakan tidak berfungsi. Ia tak tahu mana rasa enak, mana panas. Semuanya bisa ia makan tanpa masalah.

Ketika Beruk terpaksa dititipkan ke sebuah panti, disanalah sebuah keajaiban mulai terjadi. Otaknya mulai berfungsi setelah ia makan jangkrik. Iyes! Jangkrik yang sering dipelihara orang, yang bunyinya krik krik itu. Ia bisa bercakap-cakap dengan normal. Otaknya tidak korslet lagi, nalarnya jalan. 

Kejutan! Beruk bisa meloncat tinggi dan jauh menyerupai jangkrik. Semakin banyak ia makan jangkrik, semakin tinggi dan jauh ia melompat. Jangan-jangan ia bisa melompat menyerupai Superman sehingga seakan terbang.  Jika bunglon berubah warna mengikuti tempat ia berada, maka Beruk akan berubah mengikuti apa yang ia makan

Suatu saat, Beruk yang sudah mulai paham bahasa Inggris, melihat poster bertuliskan kalimat  "You are what you  eat, " kau adalah apa yang kau makan. Menurut Beruk, karena ia makan jangkrik, maka ia adalah jangkrik. Jadi kalau ia mulai makan sesuatu, maka ia akan berubah menjadi sesuatu itu. 

Sejak itu, beraneka macam "makanan" sudah dicicipi Beruk, selain jangkrik tentunya, Sebut saja tokek, kucing, bahkan tembok rumah sudah pernah dirasakan Beruk. Hanya burung yang tak bisa ia makan, karena susah menangkap burung yang terbang, dan sepertinya tak ada yang memelihara burung di sekitaran panti untuk Beruk curi. Entah bagaimana pencernaannya, yang jelas Beruk baik-baik saja.

Beruk hanyalah satu tokoh dari banyak tokoh yang merajut kisah  dalam buku ini. Anak-anak panti misalnya. mereka mengalami siksaan fisik dan mental dari orang yang seharusnya menjaga dan melindungi. Rasa senasib yang membuat mereka memiliki  persatuan yang kuat.

Walau terkesan masa bodoh, sesungguhnya
Beruk sangat menyayangi mereka. Ia tak rela jika mereka disakiti. Beruk bertindak, membalaskan dendam anak-anak panti. 
"Akan tiba waktunya, sebuah pembalasan." Beruk meyakini itu. Tentang bagaimana caranya ia tidak menjelaskan kepada Ainun. Ini sudah jadi agendanya. Beruk yang akan membalaskannya.
-hal 57-
Walau saya tidak setuju dengan segala hal yang terkait balas dendam, namun penulis dengan apik meracik kata sehingga saya merasa apa yang dilakukan Beruk masih tergolong baik hati untuk ukuran balas dendam. 

Kelakuan para pengelola panti memang tidak bisa diampuni lagi.  Membaca bagaimana mereka menyiksa anak-anak panti, bikin emosi jiwa. Tidak saja hukuman seperti cubitan, mereka juga melakukan perbuatan asusila pada anak-anak yang harusnya mereka lindungi. Anak-anak panti yang lemah, hanya bisa berdoa agak siksaan segera selesai. Bukannya doa orang terzolimi selalu dikabulkan?

Ketika panti bubar karena suatu hal, setiap anak memilih jalannya masing-masing. Tak ada yang ingin tinggal di panti lagi, takut siksaan serupa akan muncul. Demikian juga Beruk. Semula orang-orang menyepelekannya, hingga Beruk menunjukan kekuatan diri. 

Pada akhirnya, Beruk berusaha untuk menjadi yang utama pada rantai makanan. Hingga berujung pada upaya untuk kembali menjadi manusia seutuhnya. Bukan hal mudah mengingat segala macam "makanan" yang ia santap. 

Dan bagaimana nasib Beruk? Bagaimana pula nasib anak-anak panti? Silakan baca sendiri he he he. Tak seru jika semua saya bocorkan di sini.

Beberapa adegan yang cukup membuat merinding seperti yang ada di halaman 80-81, tak layak dibaca oleh pembaca usia dibawah 21 tahun. Sebaiknya jika buku ini cetak ulang, entah kenapa saya yakin akan dicetak ulang lagi,   dicantumkan  informasi untuk usia pembaca di halaman belakang,

Oh ya, jika Anda termasuk pembaca yang gampang merasa jijik, sangat disarankan untuk tidak membaca buku ini sambil makan atau setelah makan. Beberapa kelakuan Beruk bisa mengocok perut, dan membuat keluar apa yang baru atau sedang masuk ke dalam perut.

Saya membaca buku ini dalam perjalanan tugas ke Pontianak. Gocangan pesawat tidak membuat mual, tapi beberapa narasi di bagian belakang kisah yang membuat saya ingin mencari kantong untuk menampung muntah akibat mabok udara yang biasanya tersedia. 

Dalam pesawat, sempat terpikir, kenapa Beruk tidak makan pesawat saja supaya bisa terbang jika susah mencari burung ^_^. Kemudian saya sadar, Beruk bisa berubah menjadi sesuatu yang ia makan, hanya jika yang ia makan adalah makhluk hidup. Duh kenapa saya jadi berhayal yang aneh-aneh. 

Bahkan ketika panitia menyuguhkan kue berwarna merah muda, saya jadi berhayal (lagi), bagaimana jika Beruk yang memakan kue tersebut. Apakah ia akan memiliki warna kulit mengarah merah mudah, dan bentuk rambutnya menyerupai parutan kelapa yang ada dalam kue? Atau hanya sekedar numpang lewat saja. 

Secara keseluruhan, kisah dalam buku ini lacak dibaca untuk mengingatkan diri bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu akan berbalik pada diri kita. Tak ada yang mustahil jika kita yakin bisa melakukan sesuatu.

Bersatu akan membuat segala masalah  menjadi lebih mudah untuk dihadapi. Butuh keberanian untuk melawan kekejaman tapi lebih butuh keberanian lagi untuk membela teman yang mengalami kekejaman.

Pemilihan judul mencerminkan isi kisah tentang segala hal yang disantap oleh Beruk. Demikian juga dengan ilustrasi hewan yang ada, menggambarkan perubahan sesuai dengan apa dimakan Beruk. Warna hijau yang ceria mengundang mata untuk melirik.

Beruntungnya saya mendapatkan hadiah kecil dari penulis yang dituliskan pada halaman persembahan.

Menarik!
Tak sabar menunggu karya selanjutnya.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar