Sabtu, 09 April 2022

2022 #8: Pertarungan Pamer Kebahagiaan

Judul asli: Happpines Battle
Penulis: Joo Youngha
Alih bahasa: lingliana
Editor: Juliana Tan
ISBN: 9786020658001
Halaman: 296
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp 95.000
Rating: 3.5/5

      "Omong-omong, kau tahu apa yang harus dilakukan untuk memenangi perak kebahagiaan"
      Mi-ho menggeleng menjawab pertanyaan tadi.
      "-"
      "Kita hanya perlu menghancurkan kebahagiaan orang lain"

- Happpines Battle, oleh Joo Youngha-

Kebahagiaan.
Tidak ada orang yang tak ingin bahagia. Semua ingin merasakan kebahagian, jika bisa sepanjang hayat. Tidak ada standar baku untuk kebahagiaan. Seorang ibu bahagia mendengarkan celoteh sang anak. Sementara ibu yang lain, standar bahagia adalah jika anaknya lulus menjadi sarjana.

Pada zaman  media sosial nyaris menguasai kehidupan  kita, kebahagian menjadi hal yang acap kali dipamerkan. Dengan berbagai cara penyampaian, ajang pamer meramaikan media sosial sebagai panggung utama. Demikian juga kehidupan tokoh dalam kisah ini. Komentar positif pada postingan mereka menjadi standar kebahagian.

Tiga remaja putri, Jang Mi-ho, Oh Yoo-jin serta Se-Kyeong bersekolah di SMA yang sama.  Ketiganya  menjalani hari-hari seperti umumnya para siswa SMA.  Mi-ho berambut pendek dengan tubuh tinggi, kekar, bersifat datar, serta acuh  tak acuh.  Yoo-jin  populer karena kecantikannya, selalu bersikap anggun, tenang, serta terkendali. Sementara Se-kyeong bersifat spontan dan blak-blakan dengan penampilan mencolok.

Semula ketiga hanya sekedar kenal. Suatu kejadian  tak terduga membuat ketiganya mengetahui rahasia kelam masing-masing. Sejak itu, ketiganya menjadi sahabat karib. Makin banyak rahasia, dan juga kebahagian yang mereka bagikan bersama. Seakan tak ada rahasia diantara mereka. 

Mereka bersama hingga lulus SMA. Waktu membuat mereka menjauh tanpa sadar. Hingga 17 tahun kemudian Mi-ho tak sengaja membaca nama Yoo-jin  sebagai pengirim  foto yang menampakkan keluarga bahagia dalam lomba yang digelar oleh perusahaannya.  Yoo-jin berpotensi sebagai pemenang.

Meski berkali-kali dihubungi melalui telepon genggam dan email, Yoo-jin tidak memberikan respon sama sekali. Belakangan, pada 4 Oktober, sekitar pukul 21.20, polisi menerima laporan perihal insiden di apartemen 702, Gedung 102, Apartemen High Prestige, Banpo-dong.

Yoo-jin ditemukan tewas bergelantung di pagar balkon, sementara suaminya ditemukan dengan pisau menancap di punggung. Para penghuni Apartemen High Prestige, Banpo-dong yang dikenal sebagai tempat tinggal  bergengsi langsung geger! Berbagai spekulasi mengenai peristiwa tersebut bermunculan.

https://www.goodreads.com/book/
show/60748880

Mi-ho mendadak teringat akan ucapan Yoo-jin belasan tahun lalu. "Kalau aku mati, berarti aku bunuh diri, Mi-ho, kau harus membalaskan dendamku." Ia merasa perlu mencari tahu bagaimana Yoo-jin bisa tewas. Apakah memang bunuh diri atau dibunuh? Di apartemennya ditemukan banyak darah berceceran. Yoo-jin sendiri disebutkan meninggal karena kehabisan darah.

Penyelidikan yang dilakukan oleh Mi-ho tidaklah mudah. Ia bahkan sempat dianggap sebagai  orang aneh yang mengganggu ketentraman lingkungan karena terlihat berkeliaran dan mengajukan berbagai pertanyaan yang aneh. Fotonya terpampang sebagai orang yang harus diwaspadai.

Belakangan, Mi-ho menemukan fakta bahwa Yoo-jin  terlibat dalam Mom cafe premiun. Sebuah komunitas daring eksklusif dengan syarat pendaftaran yang sangat ketat dan brutal. Misalnya harus tinggal di apartemen tertentu, bukti domisili, surat keterangan kerja suami, bukti pembayaran pajak properti, serta tentunya rekomendasi dari anggota lain.

Bersama dengan dua ibu yang anaknya pergi ke TK Internasional Heritage, Yoo-jin juga tercatat sebagai anggota. Yoo-jin mengusung konsep sebagai sosok ibu super yang pandai memasak, mengasuh anak, serta sempurna dalam segala hal. 

Sosok yang lain, Jeong-ah merupakan ibu yang acuh tak acuh namun tetap mendapatkan limpahan cinta serta kasih sayang dari  suami dan anak-anaknya, kadang hal ini malah membuat kesal hatinya. Sementara ibu yang lain, Na-yeong, merupakan wanita tak bisa melakukan apa-apa dengan benar namun tetap  dicintai suami dan anak-anaknya,

Penyelidikan Mi-ho menunjukkan hal yang mencengangkan. Para anggota Mom cafe premiun acap kali pamer kebahagian mereka dengan berbagai hastag. Ada anggota lain yang memberikan pujian, namun tak sedikit yang memberikan berbagai komentar untuk menghancurkan kebagian yang sedang dirasakan oleh anggota yang lain

Jadi, ini pembunuhan atau bunuh diri?
Kisah ini  terbagi dalam tiga bagian utama, ditambah dengan Prolog dan Epilog. Dimulai dengan  Tatapan Orang-orang; Yang Dicari Semua Orang; dan diakhiri dengan Melangkah ke dalam Kegelapan.

Beberapa bagian sempat mengusik naluri penasaran saya.Misalnya bagaimana Mi-ho digambarkan bisa dengan mudah memukul pingsan seorang pria lalu memasukkan ke kursi belakang mobilnya serta mengikat  kedua tangan di punggung dengan jaket.

Meski digambarkan memiliki tubuh kekar, seperti sulit juga membawa sosok pria tersebut ke kursi belakang mobil. Apalagi berat badan orang yang pingsan alias tak bergerak biasanya menjadi lebih berat dibandingkan orang yang sadar.

Kemudian, ada bagian yang mengisahkan kebingunga Mi-ho karena wajah seseorang yang diakui sebagai  sahabat saat SMA oleh  Yoo-jin, sama sekali tak dikenalnya. Apalah diam-diam Yoo-jin memiliki sahabat lain? Aneh rasanya jika perteman mereka yang digambarkan begitu dekat masih menyimpan rahasia.
"Manusia adalah makhluk yang lebih dekat dengan kesedihan daripada kebahagiaan"
Benarkah begitu? Menilik para anggota yang sibuk memamerkan kebahagian demi mendapat pengakuan keluarga bahagia dari sesama, sepertinya kalimat tersebut perlu dtelaah lebih lanjut. Pamer kebahagian sudah begitu luar biasanya, sehingga nyaris tak bisa dibedakan mana yang benar-benar kebahagian atau rekayasa agar bisa dianggap bahagia.

Biasanya saya mendapat kesulitan menikmati kisah terjemahan bahasa Jepang, China, dan Korea. Maafkan, daya ingat saya yang rendah untuk menghafalkan nama tokoh dengan tiga kata ^_^. Namun kali ini, kendala tersebut bisa saya atasi.

Akhir kisah yang luar biasa!  
Salah seorang sahabat buku merekomendasikan buku ini. Menurutnya, hal utama yang membuat buku ini layak dibaca adalah pada cara penulis membuat akhir yang tak terduga. Dan saya setuju sekali!

Pembaca harus sangat jeli untuk bisa menangkap sesuatu yang tersembunyi. Rasanya sulit, sudah terlena dengan kisah yang disajikan, hingga bisa melewatkan twist  yang diolah dengan apik oleh penulis.

Selain itu, kondisi yang mengisahkan bagaimana   media sosial begitu  begitu berpengaruh dalam kehidupan para tokoh, begitu mirip dengan kehidupan nyata saat ini. Masih banyak orang yang merasa hidupnya akan baik-baik saja jika mendapat pujian dari banyak orang terhadap kehidupan,  tindakan atau pemikirannya yang dibagikan melalui sosial media. Ia begitu meendapakan pujian dan persetujuan pada segala hal yang ia lakukan.

 Jika ada haters  yang memberikan komentar dalam postingannya, seakan  hidupnya tak bermakna lagi.   Menyedihkan sekali! Kebahagian  baru dirasakan dan ditentukan oleh banyaknya komen positif.

Bagaimana seseorang wajib  mempergunakan media sosial dengan bijak, menjadi penekanan dalam kisah ini. Kita tak bisa membuat semua orang senang dan menyukai diri kita. Akan ada saja yang tidak suka dengan diri kita. Biarkan saja, fokus pada mereka yang menerima kita apa adanya.

Urusan pamer bahagia ternyata juga bersinggungan  trauma masa kecil beberapa orang dalam buku ini.  Sungguh mengkhawatirkan. Anak-anak harusnya mendapat perlindungan dari orang sekitar, bukan mengalami hal buruk yang berdampak masa kehidupan mereka kelak.

Pelampisan rasa kesal Mi-ho pada ibunya,  yang diuraikan pada akhir kisah ini sangat tidak dibenarkan. Rasa kesal dan amarahnya bisa dipahami. Tapi bersikap seperti itu pada orang tua, tentunya sangat tidak bisa diterima.

Persahabatan, merupakan bagian yang tak boleh dilupakan dalam kisah ini. Kehidupan bersama sahabat bagaimana juga selalu penuh dengan kisah. Kadang bahagia bersama, ada kesedihan bersama, kesal dan marah pada sesama. Tapi seorang sahabat akan selalu ada untuk yang lain.

Apakah Mi-ho juga demikian?
Hem...... silakan baca sendiri buku ini ^_^

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar