Sabtu, 23 April 2022

2022 #10: Kisah Persahabatan Garda dan Si Pintu

Judul: Dua Muka Daun Pintu
Penulis: Triskaidekaman
Editor: Teguh Afandi
ISBN: 9786020656397
Halaman: 191
Cetakan: Pertama-September 2021
Harga: Rp 82.000
Rating: 3.75/5

Manusia memang gemar membanting pintu kalau marah, tetapi jangan dikira pintu tak bisa membalas. Mau sepintar pun manusia membongkar rahasia, selalu ada pintu yang lebih pintar menutupinya

Dua Muka Daun Pintu, hal 132-

Apapun yang ada di sekitar kita, merupakan sumber inspirasi yang bisa diolah menjadi sebuah kisah yang menarik. Mulai dari cara belajar matematika yang tak hanya urusan tambah, kurang, kali,  serta bagi, tapi menjadi sesuatu yang bermakna lebih dalam kehidupan ini, hingga urusan pintu yang menjadi sahabat baik.

Demikianlah kesan yang diperoleh jika kita menikmati karya  Triskaidekaman. Sesuatu yang sepertinya biasa-biasa saja, bisa berubah menjadi hal yang tak biasa. Soal huruf 'e' misalnya. Butuh tenaga ekstra untuk membuat sebuah kisah tanpa menggunakan salah satu vokal. Tak mudah memang, karena penulis harus mencari padanan kata yang tidak menggunakan huruf 'e' namun tetap sesuai dengan apa yang ingin dikomunikasikan. 

Demikian juga dengan kisah kali ini.  Tokoh dalam kisah ini-aku, adalah sebuah pintu yang ditempatkan di sebuah kandang, tempat untuk "menjaga" orang yang dianggap berbahaya. Ia berteman dengan sosok yang berada di  dalam. Garda, begitu ia dipanggil.

Bagi pintu si tokoh kisah, Garda bukanlah sosok manusia yang  perlu ditakuti. Ia bersikap baik, sering mengajak bercakap-cakap, membacakan potongan koran yang terima diantara kiriman. Garda juga meletakkan koran di  lubang intip yang ada pada  tokoh kita hingga ia belajar membaca aksara.

Semula kisahnya menggambarkan kedekatan Garda dengan  Pintu Penjara Fasiltas Khusus-begitu panggilan resmi tokoh kita dalam dunia pintu. Makin ke belakang, kisahnya berkembang menjadi sesuatu yang lebih luas lagi.

Suatu ketika, mereka berdua menemukan iklan menarik tentang pintu. 

"Dicari: pintu penjara. Forum Pintu Sedunia siap merangkul. Hubungi nomor sekian-sekian."

Baru kali pertama Pintu Penjara mengetahui tentang Forum Pintu Sedunia. Ia tertarik untuk bisa bergabung, tapi bagaimana cara pintu bisa menelpon? Sepertinya hanya angan-angan yang harus dilupakan.

Namanya juga Triskaidekaman. Dengan piawai ia membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin, tanpa pembaca merasa hal itu terlalu dipaksakan alias mengada-ngada. Singkat kata, Si Pintu bisa menghadiri  Forum Pintu Sedunia.

Di sana ia bertemu dengan aneka pintu (jelaslah! Namanya juga  Forum Pintu Sedunia ^_^). Mulai dari pintu museum, pintu pengakuan dosa, pintu apartemen, dan lainnya. Selain bertemu dan belajar bergaul dengan sesama pintu, ia juga mendapat pembelajaran dari seminar yang ia ikuti.

Meski tampak bahagia, Si Pintu merasa janggal dengan seminar yang ia ikuti. Jika memang tujuan seminar adalah untuk menjadikan pintu tebal yang aman, lalu mengapa panitia  tidak mengkhususkan peserta hanya pintu penjara saja? Justru yang menghadiri seminar nyaris semua bukan pintu penjara.

Pada halaman 65, terlihat sekali penulis menguraikan pendapatnya mengenai fungsi pintu. "Ada tiga fungsi pintu.  Melindungi, merahasiakan, dan membawa perubahan.  Sebagian pintu hanya punya satu fungsi yaitu melindungi. Ada pintu yang bisa dua, karena menyimpan rahasia juga.  Yang sedikit adalah pintu yang melindungi bisa menyimpan rahasia, dan bisa mengubah  keadaan juga."

Mari lupakan Pintu Penjara sejenak, kita  serap informasi  asal mula Garda  bisa berada dalam tahanan. Semula saya mengira Garda terlibat urusan seperti makar dan sejenisnya, jika merujuk pada  buku terakhir karya penulis.

Sungguh memilukan ternyata.  Kita tak pernah tahu dalamnya hati seseorang. Garda begitu tergores hatinya. Sakit hati yang ia alami berbuntut panjang. Hanya permintaan maaf yang ia butuhkan untuk membuat segala hal menjadi baik-baik saja. Tapi maaf tak jua terucap, sang pembuat luka bersikap tak acuh.

Kemunculan dua manusia lain dalam kisah ini seakan menjadi bumbu perumit situasi. Kenapa ada dua sosok manusia pintar yang mau bekerja seadanya di penjara? Keberadaannya menjadi tanda tanya besar bagi rasa ingin tahu,  sebenarnya mau apa mereka berdua di sana? Apakah ada hubungannya dengan Garda?

Bicara soal hati,  penulis juga menjadikannya sebagai salah satu perbedaan pintu dengan manusia.  Pintu sebagai benda mati hanya boleh menyerap sejarah dan cerita, tapi tidak boleh memendam perasaan. Apalagi memiliki rasa kasihan, karena kasihan adalah asal mula ketumpulan otak dan kekacauan di dunia.

Hem..., benar juga! Seandainya seluruh pintu mengandalkan rasa kasihan, maka tak terhitung berapa banyak pintu di penjara yang menolak menutup dengan alasan kasihan pada pelaku kejahatan yang ada di dalamnya.

Siapa yang mengira, pada akhirnya  persahabatan dan cintalah yang menjadi bahan dasar kisah kehidupan Garda. Persahabat erat dengan mengesampingkan segala perbedaan, namun hancur karena ego takut dihukum. Piawai dalam Pramuka, namun berujung pada pemecatan gara-gara cinta. 

Persahabatan bisa terjalin tidak hanya sesama manusia, bahkan dengan pintu seperti kisah ini. Persahabatan Garda dengan sesama manusia ternyata berujung dengan sakit hati dan pengkhianatan. Sementara persahabatannya dengan pintu, justru membantunya berjalan keluar dari penjara. Unik.

Bagian yang mengisahkan tentang pintu dari Perancis, bikin meringis. Panggilannya juga disesuaikan dengan tempat ia berasal.  Kalimat berikut, "Di sebelahnya, terlihat seseorang bermantel panjang menghilang di balik pintu hitam mulus bernomor 211B." Tahu kan rumah siapa itu 221 B? 

Apakah pintu rumah 221B juga serupa dengan pemiliknya? Setiap hari mendengarkan gumanan tokoh bermantel panjang bukan tak mungkin membuatnya juga memiliki permikiran yang sama. Jadi pingin usul supaya dibuatkan kisah detektif dengan pintu rumah 221B sebagai tokoh utama.

Dibandingkan dengan buku-buku terdahulu, buku ini cenderung ringan. Mudah dipahami, meski masih mengundang beberapa pertanyaan. Tapi begitulah cara seorang Triskaidekaman berkisah. Pembaca tidak hanya menikmati kisah, namun bisa mengembangkan kisah dalam imajinasi masing-masing.

Akhir kisah, ditutup dengan dramatis, menurut saya lho. Si Pintu baru menyadari jati dirinya. Ternyata ia bukan pintu penjara! Sebuah pukulan telak bagi kepercayaan dirinya. Sementara Garda, mendapatkan yang ia inginkan. Lebih tepatnya sedikit lagi bisa meraih impiannya, sayang nasib tak berpihak kepadanya.

Seperti disebutkan di atas,  manusia sering membanting pintu sebagai cara mengungkapkan amarahnya, namun menurut sejarah tradisi tersebut baru muncul ketika manusia mulai mengenal penggunaan batu dan perunggu. Awal peradaban, pintu masih terbuat dari kain atau kulit hewan, entah bagaimana efeknya jika dibanting saat marah ^_^.

Saat ini, beberapa pintu yang dianggap tertua  didunia adalah Pintu Antik India yang Terukir, Pintu Ka Mesir, Pintu Pantheon,  Pintu Sensor Kaki China, serta Pintu Itakarado. Kira-kira, mana ya yang merupakan leluhur dari tokoh kita?

Jika tertarik mendapatkan pengetahun tentang pintu, silakan mengunjungi laman berikut,  atau ini.  Adapun artikel perihal Dewa Pintu-dewa yang bertugas untuk menjaga keselamatan, keharmonisan keluarga serta menghalau makhlus halus yang jahat dari rumah yang dijaganya bisa dibaca di sini.

Ah, saya mengharapkan ada  karya duet penulis dan editor kesayangan  muncul dalam waktu dekat. Meski belum lama meramaikan kancah literasi, karyanya telah mendapat pengakuan tingkat  nasional.

 Informasi lengkap menegnai penulis bisa dilihat di http://triskaidekaman13.wordpress.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar