Jumat, 26 Februari 2021

2021 #7: Sebuah Kitab Yang Tak Suci

Penulis: Puthut EA
ISBN: 9786021318577
Halaman: 88
Cetakan: Keempat-Agustus 2017
Penerbit: MOJOK

Hidup kami selanjutnya adalah bernapas, berjalan, dan bertegur sapa lewat senyum. Perdebatan bahkan bincang-binvang menjadi begitu menyakitkan. anak-anak kami lahir dari ranjang-ranjang yang tidak berdenyit. Dan kami tak pernah mengajari mereka berdoa, hanya seekali kami mengajari hal-hal yang agak menggairahkan, mengasapi ikan, dan memanggang roti. Selebihnya bahkan tidak tahu dari mana mereka belajar rumus matematika
~ Sebuah Kitab Yang Tak Suci, hal  77~

Belum lama ini muncul kasus  plagiat yang dilakukan oleh seorang pemuda terhadap buku ini.  Awalnya saya mengikuti sambil lalu, harap maklum kadang saya lupa buku mana yang dimaksud. Begitu ada yang posting cover, saya baru ingat.

Buku dengan nomor panggil 808.83 PUT s ini sebenarnya ada di meja kerja saya di kantor kurang lebih seminggu lamanya.  Semula akan dipergunakan untuk membuat tugas anotasi pada bulan Februari 2021, namun karena masih banyak tugas penelusuran, akhirnya tertunda untuk dibaca.

Awalnya saya mengira  tak akan  membutuhkan waktu lama untuk menikmati kumpulan cerpen setebal 88 halaman, ternyata dugaan saya salah! Butuh banyak waktu dan tenaga untuk menikmati buku ini.

Ketika membaca blurd, disebutkan bahwa buku ini berisi dua belas cerita pendek karya penulis. Ketika membaca Daftar Isi, saya hanya menemukan sepuluh judul kisah. Mungkin bisa menjadi dua belas jika Tentang Penulis dan Bibliografi dianggap sebagai kisah.

Saya malah sempat menduga, apakah kisah Ruang Tunggu Waktu dihitung lebih dari satu kisah? Karena dalam kisah tersebut terdapat beberapa bagian kisah, misalnya Pagi Itu berwarna Kuning; Malam: denyut nadinya terasa benar;  serta Fajar. Tapi hal tersebut membuat kisahnya lebih dari dua belas!

Sepuluh kisah yang ada dalam buku ini antara lain Kisah Kematian Seorang; Ruang Tunggu Waktu; Rahim itu berisi Cahaya; Kota yang Menuju Diam; dan Seseorang di Sebuah Sudut.

Berulang kali saya baca Daftar Isi, kemudian membaca judul yang ada pada tiap kisah dengan cara membuka halaman satu per satu untuk menemukan apakah ada kisah dengan judul Sebuah Kitab Yang Tak Suci. 

Sebenarnya karena saya sering memba kumpulan cerpen, dimana kisah yang diunggulkan dijadikan judul buku. Saya beranggapan ada kisah dengan judul yang sama. Ternyata saya salah, tak ada kisah tersebut dalam buku ini. Menambah rasa penasaran saya. Jika menilik KKBI pada kata kitab,  terlihat ada hubungannya. 

Membuka kisah pertama, Kematian Seorang Istri, saya mulai merasakan nuansa suram. Bagaimana seorang suami menyimpan mayat istrinya namun tak terjadi pembusukan sehingga tak ada bau busuk atau belatung yang muncul. Ia sibuk mempelajari aneka hal untuk memahami kenapa kematian datang.

Begitu seterusnya pada kisah-kisah yang lain. Nuansa gelap, sepi, dan menyedihkan terasa dalam tiap kisah. Saya tak menemukan atau merasakan sebuah kisah yang berarti bahagia

Sekedar saran,  jika Anda mencari bacaan ringan untuk mengisi senja hari sambil menikmati minuman hangat saat hujan, maka jangan membaca buku ini. Tapi jika butuh sesuatu untuk mengeluarkan rasa sesak di dada, buku ini bisa membantu memicu rasa tersebut.

Jika dicermati lebih lanjut, penulis banyak mempergunakan kata yang tak lazim dipergunakan. Hal ini membuat saya harus menurunkan kecepatan membaca agar bisa lebih paham apa yang disampaikan. Meski demikian, saya tetap kurang bisa memahami dan menikmati kisah-kisah dalam buku ini.

Sebagai sosok yang berlatar belakang pendidikan filsafat, tentunya berpengaruh pada karya-karyanya. Mungkin karena saya kurang memahami tentang filsafat, maka kurang bisa menikmati buku ini yang mengandung filsafat.

Sang penulis membuat hal-hal yang sederhana kadang menjadi rumit unutk dipahami. Pada lain kisah, membuat sesuatu yang tabu untuk dibicarakan menjadi suatu hal yang bisa dengan mempergunakan kiasan yang tepat.

Kisah yang lumayan saya sukai adalah Si Pemungut Mimpi.  Tolong jangan minta saya menceritakan ulang,  sulit rasanya. Intinya tentang seorang pria yang  tinggal sendiri di sebuah perkampungan. Semula tempat tersebut dipenuhi banyak penghuni, namun mereka semua meninggalkan kampung untuk mewujudkan mimpinya.

Setiap senja, ia berkeliling perkampungan tersebut hingga fajar. Memungut mimpi-mimpi kecil yang tertinggal.  Setelah fajar, ia akan duduk seharian di sebuah cabang pohon yang menjulur ke arah beranda rumahnya yang tinggal separuh utuh.

Pada bagian akhir, pembaca akan menemukan bibliografi.  Ternyata karya yang sudah dihasilkan beraneka, ada drama; novel; kumpulan esai; kumpulan cerpen; dan non fiksi. 

Tak ada salahnya mencoba untuk membaca buku ini, siapa tahu cocok untuk Anda. Buku ini sudah mengalami cetak ulang hingga empat kali, tentunya karena ada permintaan dari pembaca. 

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com




1 komentar:


  1. main poker dengan banyak penghasilan
    ayo segera hubungi kami
    WA : +855969190856

    BalasHapus