Penulis: John Grisham
Alih bahasa: Fahmi Yamani
Editor: Yosef Bayu Anangga
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
ISBN: 9789792285840
Halaman: 416
Cetakan: Pertama-2012
Penerbit: Gramedia Pustaka
Rating: 3/4
Lupakan Jake Brigance, Michael Brock, Adam Hall atau Rudy Baylor. Mari berkenalan dengan Boby Carl, Adrian, dan Stanley. Masing-masing mereka dan beberapa nama lagi akan mengajak kita menikmati aneka kisah yang berbeda dalam buku ini.
Buku karya John Grisham ini merupakan kumpulan cerpen dengan benang merah lokasi kisah terjadi, Ford Country, Missisippi. Bagi pembaca yang sudah pernah membaca karya John Grisham lainnya, akan menemukan bahwa Ford Country juga dipergunakan sebagai latar bagi A Time To Kill, The Chamber, The Summons dan The Last Juror.
Ada tujuh kisah dalam buku ini. Dimulai dari Perjalanan Berdarah, Menjemput Raymond, Arsip Bau Busuk, Kasino, Kamar Michael, Quiet Haven dan diakhiri dengan Anak Yang Aneh. Meski mengambil lokasi yang sama, tiap kisah memiliki keunikan masing-masing. Beberapa tokoh memiliki profesi sebagai pengacara, tapi ada juga yang tidak berurusan dengan pengacara. Tetap berurusan dengan hukum pastinya.
Kisah favorit saya adalah Arsip Bau Busuk dan Kamar Michael. Pada Arsip Bau Busuk, saya ikut merasakan sensasi yang dirasakan oleh Marck Stafford. Diambang perpisahan dengan istri, tekanan dari keluarga pihak istri, anak yang kurang begitu dekat dengannya, usaha yang biasa-biasa saja seperti bisa menggambarkan kondisinya.
Semua mendadak berubah ketika sebuah biro hukum menghubunginya dan mengajukan penawaran sejumlah uang guna membereskan kasus lama. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menuntaskan hal-hal yang dapat menjadi noda hitam bagi perusahaan dimasa depan.
Ternyata urusan ganti rugi bukan hal yang mudah meski pihak lawan sudah setuju akan memberikan sejumlah uang. Menemukan para penggugat yang mungkin sudah meninggal misalnya. Belum lagi menjamin mereka mematuhi perjanjian kerahasiaan bahwa urusan ini akan diselesaikan tanpa ada yang tahu. Akhir kisah yang tidak biasa membuat saya tertegun. Hidup ternyata tidak selalu hitam-putih seperti kelihatannya.
Kamar Michael justru menawarkan kisah yang berbeda dengan kasus hukum pada umumnya. Sang pengacara Stanley Wade diculik oleh keluarga pihak lawan yang dikalahkannya saat persidangan. Keluarga tersebut membawanya ke rumah mereka. Di sana ia diperlihatkan bagaimana kondisi anak, Michael, yang menjadi topik persidangan setelah beberapa lama sidang berlangsung. Ia "diajak" ikut memikul beban biaya yang harus dikeluarga oleh keluarga.
Kisah ini membuat pembaca memiliki pemikiran lain akan hasil sebuah sidang. Mungkin pengacara membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik, atau menjadi makin tidak karuan. Kita tidakpernah tahu akibat apa yang ditimbulkan dari hasil sebuah sidang bagi pihak lainnya.
Tak pelak lagi kisah-kisah dalam buku ini merupakan bukti bahwa John Grisham tidak saja pandai membuat kisah dengan latar belakang hukum, tapi juga bertema sosial budaya.
Kecenderungan untuk menampilkan paragraf dengan kalimat yang panjang juga beberapa kali nampak. Beberapa bagian cenderung mempergunakan uraian yang panjang lebar, kurang efektif. Terlihat sekali perbedaan antara karya ini dengan karya yang lain. Sepertinya pada buku ini, penulis masih mencari ciri yang pas bagi karyanya.
John Ray Grisham lahir di Jonesboro, Arkansas, 8 Februari 1955. Setelah karyanya laris, ia berhenti menjalani praktek hukum dan beralih menjadi penulis novel, kebanyakan bertema hukum. Silahkan mengunjungi situs resmi di sini
Karya-karya John Grisham antara lain A Time To Kill (Saat untuk Membunuh), The Firm (Biro Hukum), The Pelican Brief, The Client (Klien), The Street Lawyer (Pengacara Jalanan) dan lainnya. Sementara buku yang tak bertema hukum antara lain A Painted House (Rumah Bercat Putih), Skipping Christmas (Absen Natal), Bleachers (Sang Pelatih) dan lainnya.
Beberapa kisah sudah diangkat ke layar kaca dengan bintang papan atas. The Firm dan The Pelican Brief sebagai contoh. Ketika The Firm menduduki posisi yang lumayan dalam hal penjualan, dimana itu merupakan tanda kisah tersebut diterima dengan baik, kisah A Time To Kill ikut merasakan dampaknya. Buku tersebut diburu orang, setelah sebelumnya hanya laku dalam jumlah yang dikategorikan biasa-biasa saja.
Favorit saya adalah The Brethern (Majelis) yang terbit pada tahun 2000. Sementara untuk kisah yang bertema non hukum adalahSkipping Christmas (Absen Natal). Ide kisahnya yang membuat saya suka. Kisah ini juga sudah diangkat ke layar lebar.
Sebenarnya saya menyukai karya John Grisham dan berniat mengoleksi seluruh karyanya. Caranya membuat para pengacara memecahkan sebuah kasus membuat adrenalin saya terpacu. Sayangnya, belakangan harga sebuah buku juga memicu adrenalin plus kantong saya he he he. Beberapa buku saya baca dari hasil meminjam, mau bagaimana lagi.
Semula saya memasukan buku ini dar Daftar Buku Impian dalam acara tukar menukar buku di BBI. Untungnya, saat beres-beres saya menemukan pernah membeli buku ini dengan harga diskon Rp 15.000. Plus versi bahasa Inggrisnya. Gaya banget yah. Baiklah, tak ada kata basi untuk sebuah buku. Bukan kover juga yang dilihat tapi isi. Eh kecuali koleksi LW saya yaaa ^_^
Sumber gambar:
Goodreads
Alih bahasa: Fahmi Yamani
Editor: Yosef Bayu Anangga
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
ISBN: 9789792285840
Halaman: 416
Cetakan: Pertama-2012
Penerbit: Gramedia Pustaka
Rating: 3/4
Lupakan Jake Brigance, Michael Brock, Adam Hall atau Rudy Baylor. Mari berkenalan dengan Boby Carl, Adrian, dan Stanley. Masing-masing mereka dan beberapa nama lagi akan mengajak kita menikmati aneka kisah yang berbeda dalam buku ini.
Buku karya John Grisham ini merupakan kumpulan cerpen dengan benang merah lokasi kisah terjadi, Ford Country, Missisippi. Bagi pembaca yang sudah pernah membaca karya John Grisham lainnya, akan menemukan bahwa Ford Country juga dipergunakan sebagai latar bagi A Time To Kill, The Chamber, The Summons dan The Last Juror.
Ada tujuh kisah dalam buku ini. Dimulai dari Perjalanan Berdarah, Menjemput Raymond, Arsip Bau Busuk, Kasino, Kamar Michael, Quiet Haven dan diakhiri dengan Anak Yang Aneh. Meski mengambil lokasi yang sama, tiap kisah memiliki keunikan masing-masing. Beberapa tokoh memiliki profesi sebagai pengacara, tapi ada juga yang tidak berurusan dengan pengacara. Tetap berurusan dengan hukum pastinya.
Kisah favorit saya adalah Arsip Bau Busuk dan Kamar Michael. Pada Arsip Bau Busuk, saya ikut merasakan sensasi yang dirasakan oleh Marck Stafford. Diambang perpisahan dengan istri, tekanan dari keluarga pihak istri, anak yang kurang begitu dekat dengannya, usaha yang biasa-biasa saja seperti bisa menggambarkan kondisinya.
Semua mendadak berubah ketika sebuah biro hukum menghubunginya dan mengajukan penawaran sejumlah uang guna membereskan kasus lama. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menuntaskan hal-hal yang dapat menjadi noda hitam bagi perusahaan dimasa depan.
Ternyata urusan ganti rugi bukan hal yang mudah meski pihak lawan sudah setuju akan memberikan sejumlah uang. Menemukan para penggugat yang mungkin sudah meninggal misalnya. Belum lagi menjamin mereka mematuhi perjanjian kerahasiaan bahwa urusan ini akan diselesaikan tanpa ada yang tahu. Akhir kisah yang tidak biasa membuat saya tertegun. Hidup ternyata tidak selalu hitam-putih seperti kelihatannya.
Kamar Michael justru menawarkan kisah yang berbeda dengan kasus hukum pada umumnya. Sang pengacara Stanley Wade diculik oleh keluarga pihak lawan yang dikalahkannya saat persidangan. Keluarga tersebut membawanya ke rumah mereka. Di sana ia diperlihatkan bagaimana kondisi anak, Michael, yang menjadi topik persidangan setelah beberapa lama sidang berlangsung. Ia "diajak" ikut memikul beban biaya yang harus dikeluarga oleh keluarga.
Kisah ini membuat pembaca memiliki pemikiran lain akan hasil sebuah sidang. Mungkin pengacara membuat kehidupan seseorang menjadi lebih baik, atau menjadi makin tidak karuan. Kita tidakpernah tahu akibat apa yang ditimbulkan dari hasil sebuah sidang bagi pihak lainnya.
Tak pelak lagi kisah-kisah dalam buku ini merupakan bukti bahwa John Grisham tidak saja pandai membuat kisah dengan latar belakang hukum, tapi juga bertema sosial budaya.
Kecenderungan untuk menampilkan paragraf dengan kalimat yang panjang juga beberapa kali nampak. Beberapa bagian cenderung mempergunakan uraian yang panjang lebar, kurang efektif. Terlihat sekali perbedaan antara karya ini dengan karya yang lain. Sepertinya pada buku ini, penulis masih mencari ciri yang pas bagi karyanya.
John Ray Grisham lahir di Jonesboro, Arkansas, 8 Februari 1955. Setelah karyanya laris, ia berhenti menjalani praktek hukum dan beralih menjadi penulis novel, kebanyakan bertema hukum. Silahkan mengunjungi situs resmi di sini
Karya-karya John Grisham antara lain A Time To Kill (Saat untuk Membunuh), The Firm (Biro Hukum), The Pelican Brief, The Client (Klien), The Street Lawyer (Pengacara Jalanan) dan lainnya. Sementara buku yang tak bertema hukum antara lain A Painted House (Rumah Bercat Putih), Skipping Christmas (Absen Natal), Bleachers (Sang Pelatih) dan lainnya.
Beberapa kisah sudah diangkat ke layar kaca dengan bintang papan atas. The Firm dan The Pelican Brief sebagai contoh. Ketika The Firm menduduki posisi yang lumayan dalam hal penjualan, dimana itu merupakan tanda kisah tersebut diterima dengan baik, kisah A Time To Kill ikut merasakan dampaknya. Buku tersebut diburu orang, setelah sebelumnya hanya laku dalam jumlah yang dikategorikan biasa-biasa saja.
Favorit saya adalah The Brethern (Majelis) yang terbit pada tahun 2000. Sementara untuk kisah yang bertema non hukum adalahSkipping Christmas (Absen Natal). Ide kisahnya yang membuat saya suka. Kisah ini juga sudah diangkat ke layar lebar.
Sebenarnya saya menyukai karya John Grisham dan berniat mengoleksi seluruh karyanya. Caranya membuat para pengacara memecahkan sebuah kasus membuat adrenalin saya terpacu. Sayangnya, belakangan harga sebuah buku juga memicu adrenalin plus kantong saya he he he. Beberapa buku saya baca dari hasil meminjam, mau bagaimana lagi.
Semula saya memasukan buku ini dar Daftar Buku Impian dalam acara tukar menukar buku di BBI. Untungnya, saat beres-beres saya menemukan pernah membeli buku ini dengan harga diskon Rp 15.000. Plus versi bahasa Inggrisnya. Gaya banget yah. Baiklah, tak ada kata basi untuk sebuah buku. Bukan kover juga yang dilihat tapi isi. Eh kecuali koleksi LW saya yaaa ^_^
Sumber gambar:
Goodreads
Tidak ada komentar:
Posting Komentar