Minggu, 25 Januari 2015

2015 #17: The Whispering Skull



Penulis: Jonathan Stroue
Alih Bahasa: Poppy D. Chusfani
Editor: Primadona Angela
Desain Sampul: @ibgwiraga
ISBN: 978-602-03-1012-1
Halaman: 488
Terbit: 1-Januari 2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp 86.000

Master!
Ini aku!
Selamat datang kembali! 

Selamat bertemu kembali dengan tiga jagoan kita dari  Lockwood & Co. Sudah banyak perkembangan yang terjadi setelah peristiwa yang menggemparkan lalu. Minimal mereka sudah mulai kebanjiran klien. 

Kisah kali ini dimulai dengan upaya mereka memburu wraith di Wimbledon. Ketiganya bekerja sama dengan baik. Lucy menggunakan bakatnya untuk menditeksi keberadaan hantu, George dengan keahliannya dalam riset berhasil menemukan catatan bahwa Jhon Mallory digantung di pasar Angsa Wimbledon tahun 1744. Sementara penglihatan Lockwood yang paling bagus diantara ketiganya beberapa kali melihat kelebatan siluet seseorang eh atau sesuatu.  Apa itu wraith bisa dilihat pada glosarium di  halaman 483.

Keahlian Lucy makin berkembang. Ia bisa mendengar bisikan-bisikan Tipe Satu, potongan percakapan yang dikeluarkan Tipe Dua, sentuhan psikis yang juga meningkat. memegang objek tertentu memberinya gaung kuat dari masa lalu. Namun ternyata semuanya tidak cukup untuk mengatasi kekacauan yang ada saat berburu wraith.

Semua kekacauan  tidak seberapa dibandingkan dengan bertemu musuh lama, Agen-agen Fittes, saat sedang bekerja. Apa lagi jika mereka bisa  dikatakan selamat berkat campur tangan agen-agen Fittes. Debat mulut secara halus, ucapan sarkasme hingga mempersiapkan senjata menjadi hal yang dilakukan kedua belah pihak. Kedua pihak begitu bersemangat saling mengalahkan pihak yang lain.

Dalam suasana saling menjatuhkan, George mengajukan ide untuk bertanding secara seimbang. Kedua tim akan memecahkan masalah yang sama. Yang kalah akan membuat iklan di The Times mengakui secara terbuka  tim yang menang adalah tim yang lebih baik. 
 
Dan kesempatan itu tiba dalam waktu singkat. DEPRAC menugaskan kedua tim untuk menyelesaikan sebuah kasus. Bukan hal mudah mengingat mereka selalu berada dalam persaingan. Kesempatan itu terkait dengan klien baru Lockwood & Co, Mr. Saunders, menyewa Lockwood & Co untuk hadir pada penggalian peti Edmund Bickerstaff seorang dokter yang eksentrik. Urusannya ternyata tidak hanya mengawasi penggalian dan pemindahan peti Edmund Bickerstaff saja. Tapi juga terkait dengan benda yang dianggap memiliki kekuatan serta peran setiap anggota dalam operasi itu. 

Mengingat bahaya yang mungkin ditimbulkan benda itu serta kurangnya sumber daya DEPRAC karena ada suatu daerah yang terkena wabah, maka kedua agen ditugaskan bekerja sama untuk menuntaskan masalah. Kesempatan ini dipergunakan kedua pihak agen untuk melakukan pertandingan yang mereka sepakati bersama.

Selain urusan pekerjaan yang belum tuntas, persaingan dengan pihak Fittes, ketiganya masih harus berurusan dengan salah satu benda berbahaya, sebuah tengkorak. Tengkorak ukuran dewasa berwarna coklat kekuningan dan usang yang disekrup ke dasar wadah kaca berbentuk slinder dengan ukuran lebih besar dari pada keranjang sampah biasa.

Selain Lucy tidak ada yang bisa berkomunikasi dengan tengkorak itu meski berbagai cara sudah ditempuh oleh George. Hanya Lucy yang mampu. Lucy menyampaikan apa yang dikatakan oleh tengkorak itu pada Lockwood dan George. Kadang, apa yang diucapkannya membuat ketegangan diantara ketiganya. Tengkorak itu pandai sekali membuat tidak nyaman suasana.

Belakangan tengkorak itu ternyata mengambil bagian yang cukup penting guna menuntaskan sebuah kasus yang dihadapi oleh Lockwood & Co. Kasus yang terkait dengan pencurian sebuah benda, ilmuwan gila, berada di bawah jembatan, rumah menyeramkan, tikus yang menyerbu, serta tak ketinggalan pesta di sarang musuh!

Pada kisah ini kita dikenalkan dengan salah satu  teman Lockwood, Flo Barnes. Sosok uniknya membawa Lockwood dan Lucy berada di bawah sebuah jembatan di kota London berburu sumber Perempuan Halimun-hantu perempuan yang gentayangan akibat pedihnya kehilangan. Sebagian besar Perempuan Halimun adalah sosok melankolis dan pasif yang tidak banyak melawan jika  seseorang mencari sumbernya. Sayangnya yang diburu Flo bukan termasuk yang pasif.
Secara pribadi, saya berharap sosok Flo akan ada dalam kisah selanjutnya. Ia mampu membawa angin segar bagi kisah ini. Profesi serta temperamennya mampu membuat nuansa yang berbeda. Terutama sekali sebagai selingan dari kisah tentang agen-agen Fittes, aneka hantu tipe satu dan dua.

Keseluruhan kisahnya memang masih menarik. Ada bagian dimana kita diajak tertawa, ketakutan juga sedih. Semuanya bercampur menjadi satu. Tapi dibandingkan dengan buku pertama, kisah ini tidak terlalu menyeramkan. Bagi saya suasana mencekan justru mulai terasa ketika membaca kisah mulai dari halaman 414. Kisah dimana Lucy berusaha menyelamatkan George

Kenapa Lucy sampai harus menuju ke kolong gereja dan berusaha menyelamatkan George dari hantu dengan pola sikap terulang, hanya memiliki obsesi untuk mengulang-ulang apa yang pernah dilakukannya dulu? Lalu kemana Lockwood saat situasi membahayakan menimpa salah satu timnya? Baca saja bukunya ya ^_^

Selain urusan kesan seram yang berkurang, buku ini banyak memberikan typo. Lumayan banyak hingga saya yang selama ini sering membuat typo saat mereview bisa menemukannya. Agak aneh juga mengingat saya bukan jenis pembaca yang meributkan typo.   Misalnya,  pada halaman 40 baris pertama, "matahari, berada dalam keadaan reyot seperti biasa. Se-lalu...." Pada halaman  134 baris 19," Atau seseoran yang baru meninggalkan lokasi..." Halaman 176 baris 16,  "serta kerikil degan pisau panjang bengkoknya." Atau bisa dilihat pada halaman  212 baris ke 4 dari bawah,  "menyebabkan kektakutan."

Jika melihat nama yang harus bertanggung jawab akan typo, harusnya tidak ada kesalahan. Meskin kesalahan adalah hal yang manusiawi. Tapi namanya sebagai pekerja dalam dunia buku harusnya sudah menjamin tidak ada kesalahan. Jika ada pun tidak sebegini banyaknya.

Ada sebuah adegan yang menyebutkan bahwa Lockwood meminta agar George dan Lucy menggambar senjata yang dipergunakan dalam sebuah peristiwa. Aneh saja mereka tidak memotretnya. Padahal situasi kondisi keuangan mereka mulai membaik. Kenapa tidak membeli kamera? Sebuah benda yang akan berguna dalam operasional di lapangan.

Sesuai dengan judulnya, Tengkorak Berbisik, kover dibuat dengan mengusung tengkorak sebagai model. Warna hijau terlihat kontras dengan latar hitam. Saat membuka kover, halaman pertama menawarkan gambar yang lebih menakutkan dari pada jika kita melihat buku dari kover luar. Tengkorak yang seakan mengintip ternyata berada dalam semacam toples. Warna hijau kembali mendominasi, menimbulkan aura kengerian.

Kata Tengkorak Berbisik, mengingatkan saya pada salah satu kisah Trio Detektif, Tengkorak Bersuara. Kisah tentang tiga orang remaja dari Rock yang menyelidiki sebuah tengkorak yang mampu berbicara milik seorang pesulap, dimana sang pesulapnya sendiri berada di ruang yang lain. Sementara sosok tengkorak dalam toples membuat saya teringat salah satu bagian dari film Zorro. Dimana seorang kapten menaruh kepala dari kakak Zorro dalam sebuah wadah minum besar. Lalu dengan santainya mengambil air yang ada dalam wadah itu dan meminumnya, Yeeek.

Oh ya seperti buku yang lalu, kisah ini ditutup dengan sebuah adegan yang membuat pembaca penasaran. Terutama sekali yang ingin tahu tentang kehidupan Lockwood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar