Sabtu, 03 Januari 2015

2015#5: Seri Takut: Kamera Pengisap Jiwa

Penulis: Ruwi Meita
Editor: Ry Azzura & Ario Sasongko
Profreader: Funy D.R.W
Layout: Irenia Yunita
Desain sampul: Gita Mariana
Ilustrasi sampul: Rudiyanto
ISBN: 6022201357
ISBN-13: 97786022201359
Halaman: 132
Cetakan: 1- Agustus  2014
Penerbit: Bukune
Harga: Rp 35.000
Hati-hati dengan keinganmu
Hati-hati dengan kesukaanmu. Jangan terlalu mencintai karena kamu bisa terbunuh.
Keluarga adalah segalanya, bersama keluarga tidak ada yang tak mungkin.
Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai lewat jalan pintas.
Dan sudah pasti kebaikan selalu mengalahkan kejahatan.

Pesan moral sedemikian banyak  terkandung dalam buku tipis yang membuat kisah tentang Kamera Pengisap Jiwa.  Seri takut, seperti juga namanya merupakan sebuah lini  fiksi untuk cerita horor remaja dari Penerbit Bukune. Empat judul yang sudah diterbitkan dari seri ini antara lain: Apartemen Berhantu, Bisikan Kotak Musik, Kamera Pengisap Jiwa, dan Tujuh Hari di Vila Mencekam.
Kisahnya seputar kehidupan Anabel, seorang remaja yang suka memoret dengan kamera polaroid miliknya. Anabel memiliki seorang adik, Sigi yang ingin mempunyai trampolin. Sang papa sangat gemar berkebun dan bercita-cita ingin memiliki kebun hidroponik, Mama Anabel suka memasak dan ingin mencoba aneka resap dan berada dalam dapur super canggih.

Suatu hari papa Anabel mendapat hadiah utama dari perusahaan tempatnya bekerja. Mereka sekeluarga mendapat liburan gratis selama seminggu  di sebuah villa di Plateu Dieng. Semua merasa bersemangat berlibur, kecuali Anabel.

Sampai di villa banyak keanehan yang mereka temui. Foto mereka yang pernah mengunjungi villa sebagai pemenang liburan gratis begitu hidup terpasang di dinding. Seluruh keluarga terdiri dari dua anak dan menggunakan pakaian dengan nuansa hijau. Mama yang tak mau keluar dari dapur dan sibuk memasak, papa yang menghabiskan seluruh waktu di kebun.  Belum lagi Anabel bertemu dengan seorang gadis berwajah putih dan berambut panjang yang pertama kali dilihatnya dipanggung saat berfoto. Semua kejadian dan perubahan sikap terjadi sejak mereka sekeluarga dipotret dengan kamera Commodore yang berada di villa.
Secara garis besar, kisahnya cukup menakutkan. Nuansa horor yang ingin dibangun oleh penulis sudah cukup terasa dalam kisah ini. Ada beberapa hal yang menggusik rasa ingin tahu saya. Seperti kenapa harus mengusung pakaian dengan nuansa hijau? Bukankah pikiran pembaca bisa langsung terarah pada sebuat larangan untuk menggunakan pakaian berwarna hijau di sebuah lokasi. Lokasi tempat berlibur kurang dikupas. Maksudnya agar pembaca bisa lebih menikmati suasana indah yang digambarkan dalam kisah ini.
Adegan terakhir yang dibuat ala film bisa bermakna banyak. Mungkin saja kisah ini bisa berlanjut dengan mempergunakan Sigi sebagai tokoh yang kerasukan. Atau dibuat Anabel yang serta ketakutan tanpa sadar akan Sigi setelah beristiwa tersebut. Kamera polaroid yang dibawa Sigi juga bisa dijadikan sebuah kisah lagi. Ternyata musuh bebuyutan pindah masuk dalam polaroid milik Anabel misalnya.

Apakah tidak bisa dibuat cara lain guna memusnakah kekuatan kamera pengisap jiwa? Kenapa selalu harus dibakar.  Apakah tidak ada ide lain yang lebih inovatif? Namanya juga cerita. Kenapa sering kali kisah dibuat untuk mengalahkan kekuatan benda terkutuk adalah dengan menghancurkannya. Kenapa tidak dengan cara lain, seperti membuat kekuatan benda itu hilang hingga menjadi kamera biasa. 

Kover sudah cukup sesuai dengan isi buku ini. Hanya saja warna bayangan menjadi rancun dengan gambar kamera yang juga diberi warna gelap. Untungnya nuansa putih  yang dipergunakan sebagai warna lantai dan tembok membuat gambar terlebih lebih menggoda mata.


Trailer buku ini bisa dilihat di 
http://youtu.be/N8S7bEVFYaM Trailer yang saya lihat justru menimbulkan tanda tanya. Kisahnya mengenai  Anabel yang mempunyai sebuah kamera polaroid. Tapi dalam Trailer kamera yang dipegang model bukanlah sebuah kamera polaroid. Kamera meski fungsinya  sama namun jenisnya beragam.

Kamera Polaroid lebih dikenal dengan kamera langsung jadi adalah model kamera yang dapat memproses foto sendiri di dalam badan kamera setelah dilakukan pemotretan. Kamera polaroid ini menggunakan film khusus yang dinamakan film polaroid yang bentuknya  lembaran. Kamera ini dirancang  pertama kalinya oleh Edwin Land, dari perusahaan Polaroid dan dipasarkan sejak tahun 1947.
Ada baiknya di halaman belakang diberikan tambahan informasi mengenai apa itu kamera, apa bedanya kamera commodore yang ada di villa dengan kamera polaroid milik Anabel. Dengan demikian pembaca muda yang menjadi sasaran buku tidak saja mendapat hiburan namun juga mendapat tambahan ilmu pengetahuan.
Sumber gambar
 http://www.bursaharga.tk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar