Selasa, 13 Juli 2021

2021 #24: Hidup Jangan Dibuat Ribet

Judul asli: Stop Mempersulit Diri: 60 Cara Menikmati Hidup yang Lebih Sederhana
Penulis: Diyan Yulianto
Editor: Arin Vita
ISBN: 9786237333593
Halaman: 166
Cetakan: Pertama-2021
Penerbit: Cemerlang Publishing
Harga: Rp 49.000
Rating: 3.25/5

Sebuah buntelan dengan warna kuning mendarat di rak buku saya. Warna cerah langsung menarik perhatian. Membaca judul buku ini, otomatis membuat saya teringat pada buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Masa Bodo Amat. Komen seputar buku ada di  sini.

Kata sederhana yang ada pada judul, bisa bermakna banyak pada pembaca. Pada bagian awal, penulis sudah memberikan informasi tentang perbedaan antara hidup sederhana dan hidup bersahaja. Hidup sederhana menurut penulis tergantung dari cara berpikir seseorang.

Menurut  KBBI daring, sederhana/se·der·ha·na/ a 1 bersahaja; tidak berlebih-lebihan: hidupnya selalu --; 2 sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya): harga --; 3 tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dan sebagainya); tidak banyak pernik; lugas. Sementara bersahaja/ber·sa·ha·ja/ a sederhana; tidak berlebih-lebihan.

Sesuai dengan judul, terdapat 60 cara yang bisa dilakukan guna menikmati hidup lebih sederhana sehingga kehidupan ini tak menjadi berat dengan segala hal yang seharusnya tak perlu dijadikan berat.

Dari 60 langkah tersebut, antara lain Jangan Menyesali Masalah; Omongan Orang Tidak akan Melukaimu; Rebahan itu Perlu; Bacalah Karya Sastra; Kecewa itu hal yang Biasa; Kecewa itu Hal yang Biasa; Jangan Gampang Baper; Melambat di Dunia yang Bergerak Cepat; dan sebagainya.

Meski terlihat banyak, 60 cara, namun sesungguhnya jika dicermati, tanpa sadar beberapa langkah mungkin sudah sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, mungkin lebih difokuskan atau diperbaiki sedikit.

Langkah  Kurangi Tumpukan Barang, Perbanyak Pengalaman sebagai contoh. Kurang lebih langkah ini mengadopsi metode KonMarie. Jika ada yang lupa, ulasan bukunya ada di sini Atau Seni Hidup Minimalis dari  Francine Jay. Ulasannya bisa dibaca di sini.

Pada intinya, cara ini mengajak pembaca untuk membebaskan diri dari keterikatan pada benda-benda yang sesungguhnya sudah tak dibutuhkan. Kadang, kita membeli bukan karena butuh atau perlu namun karena ingin. Demikian juga ketika menyimpan, kadang dilakukan karena kenangan yang ada pada barang tersebut, bukan pada manfaat.

Sesekali, Kritik Memang Harus Diabaikan. Kita memang sering disarankan untuk mau mendengarkan kritik orang. Tujuannya agar kita bisa lebih memperbaiki diri. Namun, kadang kritik yang terlalu banyak justru membuat kita menjadi bingung. Tak tahu harus berbuat apa. Mana yang terbaik.

Maka, mengabaikan sebagian kritik adalah salah satu cara untuk bisa menata diri. Kritik adalah saran, bukan kartu mati. Belum lagi kritik yang hanya sekedar bertujuan untuk menjatuhkan saja. 

Cara Memberi untuk Diberi  sangat tepat jika dilakukan bersamaan dengan Perhatikan Jika Kamu Ingin Diperhatikan. Cara ini mirip dengan salah bagian dari buku The Seven Habits of highly edective People dari Steven R. Covey. Bisa dilihat di sini.

Jangan Lupa Ngopi, baiklah. Karena saya tak suka ngopi maka saya ganti dengan Jangan Lupa Ngeteh. Maksudnya adalah agar kita berhenti sejenak dari segala aktivitas. Hilangkan rasa penat, jadikan saat minum sebagai waktu yang berkualitas untuk merenung dan memikirkan langkah-langkah yang harus diambil dalam kehidupan.

Saya sangat setuju dengan Turuti Passion-mu, Tetapi Jangan Berhenti dari Pekerjaan. Maksud saya, tak semua orang bisa beruntung menjadikan passion sebagai matapencarian. Lalu, apa harus meninggalkan passion atas nama demi hidup? Tentu tidak!

Passion adalah salah  satu hal yang membuat hidup menjadi lebih bermakna. Tapi jangan sampai hidup kita menjadi kacau hanya karena terlalu bersemangat mengecar dan mengembangkan Passion  hingga mengalami kesulitan dalam hidup.

Kuncinya adalah pengaturan waktu. Kita bisa bekerja dengan baik dan mencapai prestasi kerja yang memuaskan, tapi juga memanfaatkan waktu luang sebaik mungkin untuk passion.  Bahkan passion bisa menjadi salah satu caramenghilangkan kejenuhan pekerjaan. Selaras dan seimbang.

Misalnya, diwaktu senggang seorang karyawan bank menekuni hobi menggambar. Seiring waktu, ia mulai belajar melukis. Tiap akhir pekan ia mengasah keterampilannya melukis. Setiap hari sebelum tidur ia mencari refrensi tentang  segala hal terkait melukis atau lukisan sekitar 30 menit. Akhirnya ia bisa mengadakan pameran lukisan dan menjualnya dengan harga yang lumayan.

Beberapa cara, jika ditelaah lebih lanjut bisa digabung dengan cara yang lain, sehingga jumlahnya tidak 60. Misalnya Jangan Lupa Ngopi bisa digabung dengan Jangan Lupa untuk Berhenti serta Melambat di Dunia yang Bergerak Cepat.

Sementara Kita bergerak Dengan Kecepatan yang Berbeda bisa disatukan dengam Rebahan itu Perlu dan Me Time itu perlu.  Sedangkan Jangan Pernah Lupa untuk bersyukur bisa disatukan dengan Wayahe Ngopi (Saatnya Ngopi) dan Kurangi Mengeluh.

Atau bisa juga menggabungkan Miliki Jurnal atau Buku Diari dengan Tuliskan Bebanmu, Kadang itu Bisa Membantu.  Sehingga jumlah cara yang disarankan bisa menyusut. Hal tersebut terkait dengan angka 60 yang ada di kover.

Angka tersebut bisa membuat seseorang menjadi enggan untuk membaca. Secara psikologis, membayangkan 60  cara rasanya sungguh berat. Padahal, tidak harus 60 cara dilakukan. Sudah bisa melakukan  beberapa cara sudah bagus.

Jika dari 60 baru melakukan 10, bisa membuat seseorang merasa sungguh berar jalan yang harus ditempuh untuk bisa hidup bersahaja supaya bahagia. Walau sebenarnya dengan 60 cara membuat seseorang bisa memilih mana cara yang paling pas dengan dirinya.

Sayangnya, penulis tidak merekomendasikan minimal berapa cara yang harus dilakukan seseorang untuk dapat menikmati hidup yang lebih sederhana guna mencapai kebahagian. Apakah harus 60 cara, atau cukup 1 cara, atau harus gabungan beberapa cara.

Terlepas dari itu semua, bagaimana  kita menikmati hidup, kita sendiri yang tentukan. Apakah mau mengisi dengan hal yang bermanfaat, mau santai tapi bahagia, bahkan jika mau dibuat ribet. Pilihannya ada pada Anda.

Sang penulis buku, Diyan Yulianto, adalah pencipta Hukum Kekekalan Timbunan yang  menjadi fenomenal dalam dunia buku. Dikenal sebagai King of Timbunan, karya-karyanya layak menjadi tambahan timbunan Anda.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar