Kamis, 25 April 2013

Posting Bersama HUT BBI: Saya dan Putri

Saat mengikuti acara untuk HUT BBI dan menemukan tugas saya harus mengenal lebih dekat sosok Putri saya sempat bingung. Selain belum pernah bertemu, jalur komunikasi dan kesibukan kantor membuat saya bingung harus bercerita apa.

Pertolongan pertama mengintip pertanyaan yang dikirim oleh Oky untuk saya, ok ada ilham nih. Sebagai pelengkap saya intip rak buku Putri di Goodreads. Hemmmm ada beberapa buku yang sama-sama kita ulas. Mendadak saya menemukan sebuah kesamaan yang unik, perihal salah satu pengarang yang mempengaruhi kebiasaan membaca saat kecil. *joget-joget ceria*

Eyang Enid Blyton sungguh luar biasa!
Bagaimana tidak, nyaris seluruh sahabat-sahabat saya di dunia maya, sesama anggota Blogger Buku Indonesia memulai kecintaan terhadap buku melalui karyanya. Saya menghabiskan masa kecil dengan berhayal berkemah ala Lima Sekawan dan menghadiri rapat rahasia ala Sapta Siaga. Hadiah  ulang tahun terhebat saya adalah tenda! Saya dan sepupu sering mendirikan kemah kagetan di pojok kebun. Impian (yang nyaris) jadi kenyataan.

Putri Utama juga begitu
Sejak SD ia sudah terpesona dengan kisah-kisah Enid Blyton yang bisa dipinjam di perpustakaan sekolah.  Konon di sana buku pelajaran malah lebih sedikit dibanding buku cerita dan ensiklopedia. Saya jadi penasaran bagaimana yah situasi disana. Jika saat SD sekolah saya punya perpustakaan seperti itu mungkin saya murid yang paling rajin berkunjung.

Jika saya sangat terpesona dengan kisah yang memacu adrenalin seperti Lima Sekawan dan Sapta Siaga, maka Putri lebih menyukai kisah ala sekolah, Mallory Towers. Kover buku dengan nuansa biru jelas hal pertama yang membuat saya memutuskan mengoleksi  seri ini. Sosok Darrell Rivers yang meledak-ledak sungguh merupakan saya dikala itu. Walau saya sangat ingin bisa menjadi seperti Alicia Johns yang pandai atau Sally Hope yang belakangan kian dewasa.  Sementara Putri lebih tertarik karena kisahnya bercerita tentang kehidupan di asrama. Cerita itu sungguh berkesan baginya, "Setiap teringat dengan sekolah berasrama khusus perempuan aku langsung teringat Mallory Towers."

Sesama penggila buku, ternyata tips menjaga buku tidak beda jauh. Sampul dan silica gel  merupakan andalan utama. Lucunya belakangan ini kami berdua sama-sama stop menyampul buku. Sejak kerja di Perpustakaan UI saya makin semangat menyampul, awalnya ^_^ Terutama karena bisa nitip-beli sampul plastik import yang ngak bakalan nempel jika ada dua buku berhimpit, harganya jauh lebih murah dari pada saya beli di toko buku. Hanya belakangan waktu juga yang membuat saya tak sempat menyampul. Putri mengakali ujung buku dengan selotip agar lebih keras hingga buku lebih terjaga. Sementara saya sangat musuhan dengan selotip. Saya pergunakan double tape dan hanya pada sisi ujung dimana plastik bertemu plastik. Hingga saat akan diganti tinggal copot.

Sejak tergabung dalam Ordo Buntelan, para pengejar buku gratisan alias buntelan pertimbangan pembelian buku saya lebih selektif lagi. Misalnya adakah kuis berhadiah buku ini, siapa penulisnya atau editornya apakah aku kenal hingga bisa "nodong" gratis. Tentunya setelah melihat kisahnya, rekomen yang sudah  membaca serta kover. Lucunya point tersebut juga yang menjadi pertimbangan Putri saat membeli buku.

Pertimbanganku:

- harga buku -> kalau kelewat mahal ogah juga. Lebih baik nunggu diskon.
- serial buku -> buku yang serial sebelumnya udah punya, biasanya dibeli lanjutannya
- sinopsis dan nama besar penulis -> tapi ini gak selalu karena aku bukan tipe pembaca yang terlalu fanatik pada satu penulis. Kalau menurutku buku barunya kurang bagus, ya gak dibeli juga
- cover dan judul buku -> aku tipe pembaca yang bisa nggak sreg membeli satu buku hanya karena cover atau judulnya. Bisa tiba-tiba nggak mood untuk ngebeli buku

Sungguh menarik!
Ternyata walau ecara fisik kami tidak pernah bertemu eh belum pernah ternyata kecintaan kami terhadap buku membuat banyak persamaan. Terima kasih sangat kepada Blogger Buku yang membuat kita punya SAUDARA diseluruh pelusuk tanah air *hug*

Kejutan masih berlanjut.
Saat kecil, aku sangat ingin bisa menjadi George, tokoh di Lima Sekawan. Cewek tomboi tapi berhati besar. Atau Paman Gober tapi tidak kikir bahkan iri dengan keberuntungan si Untung. Sementara Putri juga angan-anngan. Terpikat oleh peralatan kerja yang keren, Putri ingin  menggantikan posisi Moris, ahli forensik di serial In Death-nya J.D. Robb. Wah kalau  aku sempat kagum dengan kepandaian salah satu pembunuh bayaran wanita. Jangan-jangan kita bisa "perang" di buku ini aku jadi pembunuh bayaran lalu Putri yang melakukan investigasi, halah...!


Kadang aku merasa aku orang yang sableng. Meninggalkan kenyamanan kerja di FK dengan tunjangan yang lumayan hanya agar bisa kerja di perpustakaan dengan gaji yang standar sekali. Meninggalkan semua fasilitas hanya agar bisa mencium bau apek buku-buku tua tanpa perduli sakit asma bisa kumat, menikmati menyentuh debu-debu yang menempel di buku-buku, sensasi menemukan buku yang menawan di rak hingga terenyuh melihat buku yang butuh perbaikan. Perjalananku menuju kantor membuatku bisa memandang kantor dari sisi seberang. Hingga saat ini aku masih bisa merasakan sensasi bahagia bisa bekerja diantara buku-buku walau aku harus berada di bagian yang dulu sangat aku tidak suka, keuangan. Buatku tak masalah, sangat seimbang yang aku dapat dengan pengorbanan yang aku lakukan, lebih malah.

Putri juga sama tulalitnya^_^
Biar bagaimana urusan buku dan membaca ternyata mempengaruhi kehidupan kita tanpa disadari. Simak saja kutipan berikut, " Waktu masih pendidikan tingkat akhir dulu aku pernah memilih tempat pendidikan yang diluar kota berdasarkan keberadaan dan kelengkapan rental buku yang ada dikota itu.Karena tingkat akhir, orangtuaku ngelarang aku buat beli dan minjem buku yang tidak berhubungan dengan kuliah karena takut aku lebih milih baca buku cerita daripada textbook. Dan takut pendidikanku jadi berantakan. Satu-satunya cara supaya tetap bisa membaca buku adalah dengan cara seperti kubilang." 

Jika Putri menyebutkan mamanya sebagai orang yang "bertanggung jawab" membuatnya suka membaca plus perpustakaan sekolah saat SD, saya akan menyebut Ibu Nani guru SD kelas 1 ku. Beliau membuatku kian menyukai membaca. Senang rasanya bisa mengetahui bagaimana "bunyi" tulisan di buku yang selama ini hanya bisa kulihat saja.

Buku terakhir yang ada di blog Putri adalah Perfect Chemistry  karangan Simone Elkeles. Jika Putri membaca versi bahasa asli, maka saya membaca versi terjemahan sekitar 1-2 tahun lalu. Buku yang mengajarkan seseorang untuk mau mengejar impian dan cintanya.

Buku memang luar biasa!
Mempertemukan orang-orang yang berjauhan  secara fisik, belum pernah bertemu namun  merasa dekat di hati. 

Saat berjalan menuju tempat fotocopy, petugas toko buku Books & Beyond memanggil menginfokan program khusus. Tiba-tiba mata melirik ke salah satu buku yang tergeletak di sana. Terbesit pikiran apakah sis Putri berani mencoba sesuatu yang berbeda?

Terbit sekitar bulan Februari buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Tidak sesuai dengan pakem cerita yang sudah melegenda. 

Tak ada salahnya kan mencoba sis Putri
Buktikan dirimu bernyali he he he
Semoga puas dengan cpretan yang dikebut 1 jam ini ^_^
*HUGGGGG*






4 komentar:

  1. Huaaaa.... panjang juga yah ceritanya. Mbak Truly keren deh. Jawabanku gak mutu bisa diolah jadi sebagus ini.

    Tentang tantangannya... Baiklah... saya terima. Tapi nanti ya. Setelah selesai penempatan dan balik ke Medan. Hihihi...

    *peluk balik dari jauh*

    BalasHapus
  2. hahaha postingannya khas mbak truly sekali

    BalasHapus
  3. Hai,,Putri..
    Salam kenal ya Mbak Truly..
    Halah, numpang lewat doang, gimana sih..

    BalasHapus
  4. hai juga....
    Gimana sih apanya nih?

    BalasHapus