Judul : Xar & Vichatan, Seri Ahli Waris Cahaya
Buku dua : Prahara
Pengarang : Bonmedo Tambunan
Penyunting : Arie Prabowo & Leony Siregar
Halaman : 425
Penerbit : Adhika Pustaka
(www.adhika-pustaka.com)
Gemerlap Cahaya, hancurkan Gelap nan Pekat!
Gemerlap Cahaya, hancurkan Gelap nan Pekat!
GEMERLAP CAHAYA, HANCURKAN GELAP NAN PEKAT!
GEMERLAP CAHAYA, HANCURKAN GELAP NAN PEKAT!
Teriakan Antessa seakan membelah langit!
Segala kemampuannya dikeluarkan guna menghadapi pihak musuh. Hanya keyakinan diri serta kepercayaannya pada cahaya yang mampu membuatnya bertahan.
Dalam buku ini kita diajak mengikuti petualangan empat anak pewaris tahta cahaya dari kuil Xar dan Vichattan. Antessa, Dalrin, Kara serta Gerome diuji kemampuannya untuk membuktikan mereka layak disebut sebagai pewaris tahta cahaya. Ditemani oleh Amor dan Pietas mereka menghadapi tidak saja pasukan kegelapan namun juga Panglima Maut Kuil Kegelapan, Khalash sang pemimpin kuil serta harus berhati-hati terhadap musuh dalam selimut
Apa yang ditakutkan oleh para pemimpin ternyata menjadi kenyataan. Pasukan Kuil Kegelapan terus bergerak maju. Jumlah pasukannya seakan tidak ada habis-habisnya. Walau sudah banyak yang dibasmi, namun sepertinya pasukan itu tidak berkurang sedikit jua. Kejadian aneh ini sempat menjadi bahan diskusi para pemimpin tinggi kedua kuil.
Saya sempat terheran-heran membaca bagian yang mengisahkan mengenai keberadaan makhluk kegelapan. Salah satu buku dari penerbit yang sama juga mengusung ide yang serupa. Makhluk kegelapan tidak dibuat oleh para pengikut kegelapan, namun berasal dari dunia lain. Entah kenapa hal ini terjadi. Bisa disebabkan kerena kedua penulis adalah teman menghabiskan waktu luang bersama atau memang kebetulan semata.
Sebenarnya dari sisi cerita, buku ini lebih "Gegap Gempita" dari buku pertama. Banyak adegan pertarungan seru antara para tokohnya, banyak kejutan yang muncul, pengkhianatan, serta banyak misteri masa lalu yang terungkap. Sepertinya penulis menjadikan buku satu sebagai dasar pembentukan cerita dan karakter para tokoh. Buku dua ini mengembangkan cerita serta para tokoh.
Namun yang sedikit memperlambat kecepatan saya membaca adalah pemilihan penggunaan huruf! Entah kenapa, untuk mata saya huruf yang digunakan serasa tipis dan kecil-kecil. Beberapa kali saya harus meletakkan jari di halaman sekedar untuk memastikan saya berada di baris yang benar
Ditambah dengan panjangnya baris yang membentuk sebuah paragraf. Ada sebuah pargraf yang terdiri dari 37 baris! Setahu saya memang tidak ada batasan yang menentukan berapa banyaknya baris yang ada dalam sebuah paragraf. Namun akan lebih elok jika setiap paragraf tidak terdiri dari banyak barisan kalimat
Tidak seperti buku pertama, buku ini lebih kaya akan bumbu percintaan. Tentunya bukan sembarang percintaan, namun dikaitkan dengan cerita yang ada. Penulis telah mampu memadukan sebuah kisah cinta dan fantasi secara apik, sehingga pembaca seakan larut dalam kisah romantis namun tidak meninggalkan sisi fantasinya.
Sementara itu, keberadaan glosarium di bagian belakang kembali membantu saya dalam memahami cerita ini. Misalnya saja saat ada cerita mengenai ES-Xar dan Ka-Xar, saya sedikit lupa mengenai perbedaan keduanya. Untuk itu, saya tinggal mencari di glosarium dan cerita kian bisa dinikmati
Untuk kesalahan pengeditan, saya hanya menemukan pemenggalan kalimat yang tidak tepat.. Misalnya meng-ingat di halaman 26, se-belum di halaman 232. Sedangkan untuk pembuat sampul buku, sepertinya sudah menjadi jaminan mutu! maklumlah sang tukang gambar sudah menjadi langganan penerbit komik-komik dunia.
Bagian yang saya paling suka adalah bagian saat Kara berada di perpustakaan sedang meneliti aneka buku bersama Tiarawati Gelda au Turina, salah satu penasihat tinggi Vichatan yang juga berperan sebagai sejarawan dan ahli magis istana. Bagian ini membuat orang yang selama ini berkata buku tidak berbahaya harus mulai meralat ucapannya. Buku bisa dijadikan sebagai teman namun bisa juga menjadi senjata.
Namanya juga fantasi, banyak hal yang luar biasa yang disajikan. Misalnya bagaimana mereka yang masih anak-anak dengan mudahnya menguasai elemen kehidupan dalam waktu yang relatif singkat. Sang tukang cerita sepertinya mampu membuat kisah fantasi ini menjadi sebuah kisah fantasi yang memiliki dasar dan uraian yang kuat, tidak sekedar fantasi yang kebablasan.
Buku ini juga tidak sekedar menawarkan adegan pertempuran dengan bumbu kisah cinta dan perebutan kekuasaan, namun memberikan pesan moral yang tersembunyi dalam untaian kalimat dan menawan. Saat membaca buku ini kita mendapat tidak hanya hiburan namun juga pencerahan jiwa.
Info dari facebook penerbit, buku selanjutnya akan dibuat dengan tambahan plot yang disarankan oleh para pembacanya. Untuk itu mereka mengadakan lomba menyusun plot. Kemampuan sang tukang cerita untuk menekan egonya sebagai penulis patut diacungkan jempol! Kesempatan yang diberikan penerbit agar para pembaca bisa berpartisipasi patut ditiru sehingga pembaca merasa dilibatkan, tidak sekedar membeli dan membaca buku saja.
Hem... jadi tertarik buat ikutan. Kira-kira mereka mau menerbitkan menjadi berapa seri yah... Atur posisi serius ah...........................!
Catatan :
Jangan tertipu jika menemukan bagian cerita yang seolah-olah datar dan sudah semestinya, karena banyak kejutan yang tak terduga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar