Penyusun : Yei OzakiPenerjemah : Dwi Cipta
Editor : Bandung Mawardi
Ilustrasi : Istic Comic
Halaman : 128
Penerbit : Katta
Sepertinya penerbit yang satu ini sudah mengukuhkan diri untuk menyediakan ruang bagi perkembangan novel bertema Jepang, atau dikenal dengan istilah J-Novel. Setelah sukses mengeluarkan Sekigahara, Sakura, Samurai Cahaya, Harakiri, Seven Samudra, maka saat ini ada dua buku baru yang baru saja saja diluncurkan. Yaitu Putri Hase dan Pangeran Yamato Take. Keduanya merupakan kumpulan dogeng klasik dari Negeri Jepang
Dalam buku Putri Hase, ada 11 cerita yang dimuat di dalamnya, yaitu:
- Putri Hase
- Tuan Kantong Beras
- Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan
- Shinansha, atau Kereta yang Menunjuk ke Selatan
- Pemotong Bambu dan Anak Rembulan
- Momotaro atau Anak Lelaki yang Lahir dari Buah Persik
- Siluman dari Adachigahara
- Kera yang Cerdik dan Si Babi Hutan
- Kisah Lelaki Tua yang Membuat Pohon Layu Kembali Berbunga
- Batu Lima Warna dan Kaisarina Jokwa
- Ubur-ubur dan Monyet
Sementara Ubur-ubur dan Monyet mengisahkan bagaimana kecerdikan monyet selain menyelamatkan jiwanya juga membuat ubur-ubur menjadi tidak punya cakang. Dahulu ubur-ubur memiliki cakang seperti kura-kura. Suatu hari, permaisuri menderita sakit parah, obatnya adalah hati kera. Ubur-ubur yang diutus mencari kera berhasil membawanya menuju istana bawah laut. Namun tanpa sengaja ia membocorkan rahasia alasannya mengajak kera ke bawah laut. Sang kera berhasil menipu ubur-ubur dengan mengatakan bahwa hatinya sedang dijemur di atas pohon, untuk itu mereka harus kembali untuk mengambilnya. Saat kembali kepermukaan laut sudah pasti kera tidak akan bisa ditipu kembali. Ubur-ubur mendapat hukuman dicopot seluruh pakaiannya dan dipukuli. Sejak itu ia tidak memiliki cakang lagi.
Dari sisi bahasa, ada beberapa hal yang mengganggu. Misalnya pada halaman 6 tertulis, ” ...gadis kecil yang tak beribu lagi itu dengan pada berbicara sendiri” Lalu ada beberapa huruf yang sepertinya merupakan hasil editan namun belum terbuang, seperti pada halaman 41, tertulis ” ... dari semua derita du duka cita....”
Beralih pada judul. Sepertinya judul akan lebih menarik jika ditulis Momotaro saja. Baru dalam cerita dijabarkan bahwa Momotaro adalah anak lelaki yang lahir dari buah persik. Atau pada kisah Shinansha, atau Kereta yang Menunjuk ke Selatan. Akan lebih mengundang rasa ingin tahu jika hanya ditulis Shinansha saja.
Dari sisi cerita, juga ada sedikit hal yang mengganggu. Walau ini merupakan dongeng, tetap saja tidak enak buat saya. Misalnya saja pada cerita Tuan Kantong Beras. Disebutkan bahwa Hidesato, nama asli Tuan Kantong Beras membantu Raja Naga mengusir Lipan raksaksa yang menganggu kerajaannya. Sebagai tanda terima kasih, ia dijamu di istana.
Coba perhatikan kalimat berikut, ” Saat dijamu di istana, semua jenis ikan dihidangkan dalam setiap cara yang bisa dibayangkan...” Alis saya segera bertemu. Memang dalam hararki kehidupan ikan kecil akan dimakan ikan besar dan seterusnya. Namun membayangkan para dayang dan koki yang kebetulan dalam cerita ini adalah ikan, sibuk mempersiapkan dan menghidangkan masakan dari ikan, jenis mereka sendiri untuk dimakan manusia. kok kayaknya kejam sekali ya....
Sementara dalam Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan , ” Ketika ia sedang berbicara seromboingan ikan muncul. Semuanya menggenakan pakaian upacara berupa jubah panjang... mereka memasuki aula, membawa nampan-nampan dari batu karang yang penuh dengan masakan ikan...” Duh terasa sadis buat saya. Ikan memasak ikan untuk manusia makan ih......jadi ingat iklan yang berbunyi ”Jeruk kok minum jeruk”
Masih pada Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan, disebutkan bahwa ia menerima kotak yang tidak boleh dibukanya. Lalu apa gunanya ia diberi kotak itu? Sifat dasar manusia yang serba ingin tahu, jika dikatakan jangan justru dilanggar. Mengapa kotak itu tidak disimpan saja di istana bawah laut jika justru mencelakakan Urashima.
Walau begitu, pesan moral yang mendidik juga banyak kita temui dalam buku ini. Misalnya saat Urashima teringat kepada orang tuanya. DI Jepang kewajibanm terhadap orang tua lebih kuat daripada segala sesuatu, bahkan dari kesenangan atau cinta. Urashima berkeras ingin kembali ke darat karena khawatir akan nasib orang tuanya. Semoga anak-anak kita juga demikian.
Atau bagaimana cinta kasih sesama membuat majikan Shiro dalam Kisah Lelaki Tua yang Membuat Pohon Layu Kembali Berbunga mendapat kebahagian hidup yang tak terkira. Ia tercukupi kebutuhan di dunia sebagai bukti terima kasih atas kasih sayang yang ia dan istrinya berikan pada Shiro.
Buku yang menarik!
Catatan:
Repiu ini merupakan repiu kedua setelah yang pertama tanpa sengaja ter-delete
Isinya memang tidak sebagus yang pertama.
Tapi isi bukunya menarik kok
Selanjutnya Pangeran Yamato Take
Tidak ada komentar:
Posting Komentar