Penulis: Ruth Ware
Penerjemah: Reni Indardini
ISBN: 9786023852840
Halaman: 484
Cetakan: Pertama-2017
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 84.000
Rating: 3,5/5
AKU TIDAK INGAT MEMIKIRKAN
apa sewaktu tenggelam. Aku hanya ingat akan cemburan yang melinukan
tulang-tulang saat aku jatuh ke laut dan suhu dingin air yang melumpuhkan. Aku
juga ingat akan rasa panik yang mengaduk-aduk perutku saat arus menyambarku dan
menyeretku ke bawah.
Lo Blacklock sudah lama
menginginkan tugas yang menurutnya menyenangkan, meliput suatu perjalanan
dengan fasilitas mewah. Suatu kemewahan yang harus dibayar dengan menulis artikel pesanan. Akhirnya, kesempatan yang ia tunggu datang jua.
Kebetulan, salah satu staf yang biasa mendapat tugas tersebut sedang cuti. Dan ia adalah kandidat pengganti utama.
Bisa dikatakan perjalanan tersebut sekaligus hiburan baginya. Ia sangat butuh hiburan guna menghilangkan,
minimal mengurangi trauma yang dialami ketika rumahnya disatroni maling. Nyaris
ia celaka ketika memergoki sang maling beraksi. beberapa saat ia tak berada tidur karena trauma. Kapal pesiar sepertinya
merupakan tempat yang cocok untuk niatnya itu. Lagi pula bahaya apa yang bisa
mengancamnya di lautan lepas?
Harapan tinggal harapan.
Justru di sana ia malah mengalami berbagai kejadian yang tak menyenangkan. Tak sengaja
ia mendengar ada orang yang terjatuh ke laut. Naluri jurnalistiknya terusik. Penasaran ia keluar dari kabin, tak ada siapa-siapa, ia hanya menemukan bercak darah.
Sayang tak ada yang mau
percaya. ocehannya. Wajar, menimbang kondisinya yang dianggap depresi serta malam
sebelumnya ia dalam pengaruh alkohol. Pihak keamanan kapal berusaha bersikap sopan dengan melakukan penyelidikan sesuai laporannya. Penyelidikan tanpa hasil.
Tak ada
sosok yang menghilang dari kapal. Dari kru hingga penumpang semuanya sesuai
dengan daftar yang ada. Persoalan makin runyam
karena ternyata tak ada yang menempati kabin nomor sepuluh yang terletak di
sebelah kabinnya. Semua orang juga bersikeras mengatakan kabin tersebut kosong,
padahal Lo sangat yakin sempat berbicara dengan wanita yang mengaku menginap di
sana.
Lalu siapakah sosok wanita
misterius itu? Siapa juga sosok yang jatuh ke laut malam itu? Mungkinkah ada
hubungan antara kedua wanita tersebut? Nalurinya terusik untuk menyelidiki.
Bukan hal mudah, ada yang berusaha menghalanginya. Nyaris
saja nyawanya ikut melayang ketika melakukan penyelidikan.
Novel ini terdiri dari
delapan bagian, tiap bagian menyajikan peristiwa yang mendebarkan. Dimulai dengan bagian yang mengisahkan tentang perampokan di tempat Lo, situasi di kapal pesiar, kondisi ketika Lo disekap, hingga ia menikmati malam romantis dengan sang kekasih.
Bagian awal sudah menawarkan
suasana mencekan pada pembaca. Adegan maling yang memasuki rumah Lo cukup membuat
was-was. Penulis menggambarkan dengan apik kengerian yang dirasakan oleh Lo. Bagian menjadi landasan kuat agar pembaca bisa memahami bagaimana depresinya Lo.
Bagi pencinta kisah
detektif, tentunya akan paham bahwa kadang sebuah hal kecil menjadi kunci
jawaban dari misteri yang ada. Demikian juga dengan kisah ini, banyak petunjuk yang terbaran dan siap untuk ditelaah. Sekedar informasi, perhatikan seksama apa yang
diuraikan di halaman 14x
Ada suatu paragraf
yang menyebutkan dengan gamblang merek suatu produk kecantikan. Tepatnya
pada halaman 73, "Dia mundur sambil menutup pintu dan kemudian muncul lagi
sambil membawakan setube maskara Maybelline...." Penasaran saja, kenapa
sampai disebutkan secara jelas begitu. Apakah ada pesan sponsor? Jika ini
memang iklan terselubung, layak diberi jempol.
Meski demikian, hal ini juga bisa memberikan kesan
negatif, sebagai kosmetik yang terkait tindak kejahatan dalam sebuah buku. Namun menilik kebiasaan manusia pada umumnya, justru akan banyak
pembaca yang ingin tahu seperti apa maskara tersebut. Lumayan untuk membuat
penasaran pembaca.
Awalnya saya sempat agak
enggan membaca kisah ini. Lebih karena merasa kenapa harus menemukan tokoh
dengan kondisi teler, kebanyakan minum keras. Belakangan beberapa buku yang saya baca
menampilkan karakter seperti itu. Membuat saya merasa bosan. Untunglah,
mulai melewati nyaris 1/4 buku karakter utama tokoh mulai berkembang menjadikan
kisah lebih menarik.
Secara garis besar, buku ini layak dibaca sebagai hiburan bagi
mereka yang menyukai kisah thriller dan misteri. Kita juga bisa mendapat
pembelajaran mengenai bagaimana semangat Lo untuk bertahan hidup. Belakangan ia
malah mendapat hadiah tak terduga dari seseorang yang ternyata mengagumi
semangatnya untuk hidup.
Meski demikian saya tidak memberikan 4 bintang karena ada adegan yang kesannya dipaksakan. Entahlah, bagi saya situasi penyiksaan yang dialami oleh Lo, harusnya membuat ia kehabisan tenaga, apa lagi obatnya tak diminum teratur. Sehingga agak aneh ketika mendadak ia bisa memiliki kekuatan untuk melakukan banyak hal, meski kadang dalam kondisi terjepit seseorang bsia memiliki kekuatan yang tak terbayangkan.
Oh ya, dalam buku ini juga disebutkan mengenai buku yang disukai
leh Lo, Winnie The Pooh. Kebetulan penerbit ini juga mengemas ulang kisahnya.
Ada dua kisah yang diterbitkan, berikut tautan untuk buku Winnie
The Pooh, dan bagi buku The House of Pooh Corner. Tautan menarik
terkait kisah ini ada di sini. Ternyata, sebuah buku cerita
bisa membuat lawan menjadi kawan.
Saya sedang berusaha mengingat, entah di buku apa dan kapan, sepertinya saya pernah membaca kisah serupa. Mungkin dalam salah satu kisah Poirot, atau kisah yang lain. Jika Anda sudah selesai membaca kisah ini dan berhasil menemukan kisah yang serupa, tolong kabari saya ya. Penasaran.