Khusus berisi ulasan seputar buku, tak lain dari yang berkaitan dengan buku, didedikasikan untuk para pekerja dunia buku. Sebagai ucapan terima kasih kepada para Peri Buku dan bukti eksistensi diri sebagai anggota Ordo Buntelan
Senin, 23 November 2020
2020#47: Pamungkas Kisah Perpustakaan Kelamin
Selasa, 17 November 2020
2020#46: Kota Perfect Dari Kacamata Violet Brown
Penerjemah: Nadya Andwiani
Penyunting: Aprilia Wirahma
ISBN: 9786230402005
Halaman: 348
Cetakan: Pertama-2020
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Harga: Rp 85.000
Tiba-tiba, pekik menakutkan membelah malam. Tanaman-tanaman yang tadinya tidur membentangkan kelopak masing-masing untuk menyingkap massa bola mata merah dan memekik. Tanaman-tanaman itu melontarkan diri ke arah ....
~A Place Called Perfect, halaman 167~
Pernah?
Saya pernah. Untuk beberapa buku, misalnya Harry Potter, saya mengalami kehebohan sepert itu. Setelah lama tak mengalami sensasi serupa, melalui buku ini, kembali perasaan itu muncul.
Mendengar ada info diskon 30% di sebuah toko kesayangan, segera saya hubungi marketing favorit saya. Ternyata, di tokonya tidak ada program itu. Masa bodoh! Saya tetap membeli, padahal dihitung-hitung 30% dari harga jual lumayan juga. Begitulah penggila buku, irit untuk banyak hal tapi royal urusan buku.
Karena sesuatu dan lain hal, ia baru bisa mengantarkan buku pesanan saya jam 10 malam! Tidak masalah! Saya tunggu. Pada pukul 22.10 WIB buku mulai saya baca, setelah tentunya melewati protokol kesehatan terlebih dahulu. Sekitar dini hari ini, saya beranjak tidur dengan senyum bahagia, seperti Violet yang juga menemukan kebahagiannya kembali.
Kenapa bisa begitu? Hem..., mungkin karena saya begitu penasaran dengan kata kacamata yang ada di kover. Kemudian kisah yang mengusung kacamata sebagai tema bisa dibilang jarang.
Violet Brown, ibunya-Rose, ayahnya-Eugene, pindah ke sebuah kota yang bernama Perfect. Sang ayah adalah seorang optalmonologi, seorang ahli bedah mata. Ia mendapat penawaran yang begitu menggiurkan dari dua saudara kembar, Edward dan George Archer.
Faktanya ada satu kekurangan kota tersebut yang membuat penguasa kota Edward dan George Archer membutuhkan jasa ayah Violet. Tiap penduduk kota tersebut diwajibkan mempergunakan kacamata. Bukan sembarang kacamata, namun kacamata khusus yang membuat mereka bisa melihat kondisi sekitar.
Setiap orang yang memasuki kota, perlahan akan mengalami penurunan penglihatan, menjadi buram. Sudut-sudut visi akan mengabur, selanjutnya berakhir dengan kebutaan. Namun dengan mempergunakan kacamata khusus, mereka bisa melihat kembali.
Kacamata tersebut diproduksi oleh Edward dan George Archer, berbentuk persegi dengan sepuh emas, mempergunakan lensa tipis berwarna rose. Lengan kacamata yang mengait di belakang telinga berbentuk datar, kotak dan persegi, kemudian menjepit sisi-sisi kepala pemakainya. Jika kacamata itu terlepas, maka mereka tak akan bisa melihat lagi.
Bisa kita katakan, seluruh penduduk kota Perfect tergantung pada kacamata tersebut. Demikian juga dengan Violet dan keluarganya. Sehari setelah kedatangan mereka, seperti warga kota yang lain, mereka juga harus mempergunakan kacamata khusus tersebut.
Entah kenapa, Violet merasa ada yang aneh dengan kota itu. Ia sering mendengar suara-suara tanpa wujud. Belum lagi sikap penduduk yang aneh menurutnya. Mereka seakan tidak hidup secara normal, tidak natural. Semua terlalu tertib sehingga menjadi janggal.
Tak ada yang percaya pada Violet. Setiap kali ia menyampaikan rasa penasarannya, pasti ia dikira berhalusinasi, bahkan diduga menderita SAPDDK (Sindrum Anak Pemarah dengan Disfungsi Ketidakpatuhan) sehingga harus diberikan obat untuk mengatasi hal tersebut.
Ternyata Violet tidak sendiri. Ada anak lain yang juga merasakan hal yang sama, "Seperti yang kau bilang, hampir seolah-olah orang tua mereka bukanlah orangtua mereka lagi. Ada sesuatu yang melanda orang-orang di Perfect. Aku tidak tahu apa tepatnya, tetapi aku cukup yakin itu ada hubungannya dengan kacamata."
Keduanya berusaha memecahkan misteri yang ada di sana. Itu artinya mereka harus berurusan dengan pihak yang tak ingin rahasia kelam kota tersebut terungkap. Bahaya menjadi bayangan kedua anak tersebut. Meski seperti kisah yang lain, akhir kisah ini berujung bahagia, setidaknya untuk buku pertama. Namun prosesnya sungguh luar biasa!
Menurut https://www.alodokter.com, Miopi atau rabun jauh adalah salah satu kelainan refraksi mata. Kondisi ini terjadi karena mata yang tidak dapat memfokuskan cahaya pada tempat yang semestinya, yaitu pada retina mata. Gejala utama rabun jauh adalah kaburnya penglihatan ketika melihat benda-benda yang jauh, misalnya tulisan di papan tulis atau rambu lalu lintas.
Dalam kisah ini, ada bagian yang mengingatkan saya pada kisah Peter Pan, anak yang tak diketahui asal-usulnya. Untuk cerita ini, sosok tersebut pada akhirnya mendapat kebahagiaan.
Kalimat di halaman 184 membuat saya teringat pada salah satu penulis kisah fantasi, "Imajinasi dapat dicuri dan disembunyikan, tetapi begitu dibebaskan dan diberi jalan, imajinasi akan selalu menemukan pemilik yang sebenarnya." Membaca kisah fantasi membuat kita menjadi berimajinasi hingga menjadi kreatif.
Nilai kekeluargaan sangat terasa dalam kisah ini. Dimulai dari upaya Violet untuk memecahkan misteri yang terjadi di kota agar bisa membuat kedua orang tuanya bersikap seperti sebelum menjadi penduduk kota Perfect. Upaya seorang wanita bertahan hidup demi pria yang dicintai dan menjaga keselamatan sang anak. Mengharukan.
Semula saya merasa bahagia ketika menemukan ada bagian yang mengisahkan tentang kegemaran warga Perfect minum teh. Disela-sela jam pelajaran, sambil mendiskusikan buku, sebut saja semua kegiatan yang terpikirkan, akan ada jeda untuk minum teh.
Jika diperhatikan dengan seksama, pada kover juga terdapat gambar poci teh. Belakangan, rasa bahagia berubah menjadi sedih. Kenapa? Baca buku ini, pasti kalian akan sependapat dengan saya. Oh, ya sekedar berbagi saja, komentar mengenai buku tentang teh antara lain ada di sini. Sementara untuk seputar sejarah teh, silakan meluncur ke sini.
Pada halaman 335, ada adegan yang membuat saya tertawa, mirip adegan kartun, namun untuk situasi saat itu merupakan hal yang paling tepat. Disebutkan juga mengenai buku The world's One Thousand Worst Eye Ailments. kira-kira apakah benar ada buku itu, atau hanya sekedar pelengkap cerita?
Sang penulis, Helena Duggan sering disebut tidak pernah dewasa karena begitu piawai meracik kisah seru untuk anak-anak. Banyak yang beranggapan hanya mereka yang bisa berpikir seperti anak-anak yang mampu menghasilkan suatu karya yang begitu menarik bagi anak-anak. Padahal kisah ini juga menarik bagi orang dewasa seperi saya lho.
Mungkin benar, dalam diri seseorang selalu ada jiwa anak-anak yang terpendam. Dan jiwa anak-anak saya begitu menikmati kisah ini sehingga tak ragu merekomendasikan pada "anak-anak" yang lain. Informasi lebih lanjut mengenai penulis bisa dilihat pada tautan berikut.
Menurut data Goodreads, ada 3 buku dalam seri ini. Saya langsung was-was, khawatir hanya buku pertama yang terbit, sementara buku selanjutnya entah kapan akan muncul. Menunggu nasib baik penjualan buku pertama.
Buku yang mengembangkan imajinasi saya. Mendadak jadi berhayal, bagaimana jika suatu saat kacamata yang saya pakai bisa untuk melihat....
https://www.goodreads.com
Sabtu, 14 November 2020
2020 #45: Kisah Rajni Sari Mencari Jati Diri
Penyunting: Grace Situngkir
ISBN: 9786230020575
Halaman: 200
Cetakan: Pertama-2020
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 70.000
Rating:3.5/5
Tarianmu
tadi bagus, Sari. Semua gerakanmu sempurna tanpa sedikit pun cacat cela. Tapi
topeng keindahan itu tak bisa menutupi perlakuanmu kepada Putra Mahkota selama
ini."
~Rajni Sari, halaman 23~
Bisikan sang Raja begitu menyakitkan hati Sari. Meski merupakan anak dari selir, ia juga adalah anak Raja yang mengharapkan kasih sayang dari ayahnya. Bukan keinginannya untuk dilahirkan sebagai anak perempuan dari selir, bukan berdarah bangsawan pula. Pedih hatinya.
Sari memang suka menjahili adik tirinya, sang Putra Mahkota. Namun ia berharap setidaknya sebagai ayah, sang Raja juga berkenan mendengarkan kisah dari versinya. Bukankan sebagai raja, ayahnya tidak boleh percaya begitu saja ucapan orang?
Nyaris
Sari mengajukan protes. Namun, mengingat teguran sang ayah yang mengatakan
bahwa sampai beliau mendengar ada laporan tentang kelakuannya pada adik
tirinya, maka Sari dan ibunya akan diasingkan
dari istana, ia memilih diam dan memendam rasa sakit hati.
Demikianlah bagian awal kisah ini dimulai. Rasa sakit hati yang merupakan masalah terbesar pada tiap individu. Sebelumnya pembaca juga dimanjakan dengan adegan perkelahian seru antara kebaikan melawan kejahatan, sebagai pembuka kisah. Saya tak perlu bercerita panjang, nanti mengurangi keseruan kisah.
Pembaca
sejak awal kisah seakan digiring untuk beropini bahwa tokoh Ni Ayuning
Sari-Sari, dididik untuk menjadi jahat karena sang ibu merasa iri
dengan kedudukan ratu yang tak bisa ia miliki. Persis dengan kisah yang
sering beredar selama ini. Padahal, buku ini tak hanya menawarkan kisah
standar seperti itu.
Dalam
kisah ini, perang antara kebaikan melawan kejahatan, tidak hanya terjadi
antara mereka yang memiliki sifat jahat dengan yang yang berhati mulia. Tapi
juga dalam diri seseorang. Bahkan dalam diri anak raja seperti Sari
sekalipun.
Sari harus memutuskan akan memihak pada kubu siapa. Pilihan yang menjadi sulit, mengingat musuhnya bukan orang lain, tapi sosok yang dekat dengannya. Tapi, ada ganjalan jika ia berada di pihak itu. Apakah jika terlahir dari seorang ibu yang memiliki perangai buruk, maka ia juga harus menjadi buruk? Pikiran Sari dipenuhi dengan pikiran yang membutuhkan pertimbangan khusus.
Belum lagi, kemunculan beberapa orang yang menyerangannya dengan kemampuan yang tak sembarangan. Sari tak merasa memiliki musuh dan tak yakin ada keterlibatan ayahnya dalam hal itu. Lalu siapa sesungguhnya mereka? Berbagai hal yang terjadi seakan menghambat langkahnya untuk meraih ketenangan hati.
Untuk membuat kisah menjadi lebih seru, penulis menghadirkan sosok seorang pria yang dipanggil Jaka. Perkenalan keduanya terjadi secara tak sengaja, namun karena sering terlibat dalam peristiwa yang terjadi di Rainusa, keduanya menjadi dekat hingga tanpa sadar muncul benih-benih kasih diantara keduanya.
Misi keduanya sekarang adalah mencari siapa dalang dibalik semua kekacauan di Rainusa dan menumpasnya hingga tak ada lagi kekacauan di Rainusa. Juga mencari ibunda Sari yang menghilang dari istana.
Seperti juga Sari, Jaka mendapat pencerahan sehingga memahami banyak hal dalam kehidupan ini. Begitulah, kadang seseorang mendapat suatu hal berharga melalui cara yang unik.
Hal tersebut, terlihat dalam percakapan yang ada di halaman 86, "Tak hanya itu. Bila kau melalui jalan yang sama denganku, kau akan menemukan jati dirimu yang sebenarnya. Sama seperti aku yang memilih untuk mensucikan diri dan hatiku, menjauhkan diri dari segala keinginan dan nafsu duniawi. Akhirnya, segala dosa tercuci bersih dan jiwaku yang telah kembali suci terangkat ke Nirwana. Dan aku bisa berpindah antara alam bakan dan alam fana kapan saja, layaknya dewa. Itulah Aliran Hanomanji"
Seperti yang disebutkan pada blurd, terjadi pertempuran antara Barong dan Calon Arang. Bagian
tentang Calon Arang membuat saya teringat pada buku Kumpulan Cerita
Asli Indonesia Vol 10 dari penerbit yang sama. Bisa dikatakan
melalui kedua buku tersebut, ada upaya untuk merawat kekayaan budaya
bertutur dengan konten lokal.
Myths menurut The
Encyclopedia of Fantasy dari John Clute and John Grant,
".... Myths are thereby close to FOLKLORE...Myths are closely
allied to legend-a collection of linked LEGENDS may become a culture's my mythology. Mitologi terkait dekat dengan legenda dan cerita rakyat.
Mitologi
merupakan hal yang menarik bagi saya. Hanya saja, sering timbul pertanyaan
dalam diri. Kenapa dengan begitu banyak legenda dan kisah rakyat,
sangat jarang penulis lokal yang menjadikannya sebagai ide cerita. Agak
cemburu juga dengan beberapa mitologi, bekat Rick Riordan
keberadaannya makin berkibar.
Setelah
sekian tahun, Andry Chang dengan buku barunya seakan menjawab rasa kegalauan
saya. Kita akan diajak mengikuti kisah tentang Rajni Sari, seorang Putri
Raja dari Rainusa. Meski bukan pewaris tahta, Sari juga mendapat
pendidikan yang sama dengan sang Putra Mahkota.
Sosok
Sari digambarkan cukup cerdik dalam menghadapi segala hal. Dalam menghadapi
bahaya, ia mampu bertahan dengan memadukan ilmu bela diri dengan
tarian. Cantik dan pintar, dua perpaduan yang luar biasa.
Namun rasanya masih ada sesuatu yang kurang. Meski digambarkan memiliki kecerdasan dan keterampilan yang tinggi, Sari juga digambarkan sebagai sosok manusia biasa yang memiliki kekurangan. Dari sisi penggambaran tokoh, semuanya sudah tepat. Tapi seakan ada hal yang kurang untuk membuat karakter Sari menjadi sosok yang kuat. Entah apa ya?
Oh ya, dalam kisah ini juga disinggung tentang Tari Pendet di halaman 22 Tari Leging di halaman 43. Kedua tarian ini makin memperkuat nuansa lokal. kebudayaan Bali dalam kisah yang sebelumnya sudah diusung melalui pembatas buku dengan gambar barong. Bahkan jika saya tak salah, pakaian yang dipergunakan tokoh kita dalam kover depan juga menggunakan motif Bali.
Sayangnya, saya tak menemukan ada ilustrasi dalam kisah ini. Padahal sebagai penulis yang juga bisa membuat ilustrasi, setidaknya buku ini bisa memasang sebuah ilustrasi sekedar pemanis kisah. Sehingga pembaca tak hanya menikmati racikan kata namun juga permainan garis yang memjadi ilustrasi.
Sebagai
pelengkap, pada bagian belakang buku terdapat Daftar Istilah dan Daftar
Tokoh. Misalnya Leak adalah istilah bagi perempuan penyihir ilmu hitam, Rainusa
adalah kerajaan mirip Bali di Terra Everna, sedangkan Rajni merupakan sebutan
khas di Rainusa untuk Putri Raja.
Sedangkan
Daftar Tokoh berisi nama para tokoh dan informasi mengenai sosok tersebut.
Misalnya Airlangga merupakan Raja Madangkara yang jadi wali pelindung Ardani.
Sedangkan Ardani merupakan Putra Mahkota, anak kandung Ratna. Ada lagi
Mayadenawa, iblis langit yang pernah menguasai Rainusa.
Bagian lain yang juga menarik perhatian saya adalah Sambutan Sang Peramu Hikayat, Andry Chang di halaman 198. disebutkan, "Kisah ini juga adalah sejarah fiksi alternatif, yang berarti tokoh-tokoh sejarah dan legenda Nusantara memiliki alter egonya dalam versi Dimensi Everna.... Jadi, kisah ini hanya fiktif belaka, sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyinggung, meromantisasi, apalagi menistakan aejarah dan agama di Bali."
Penulis sudah menyebutkan secara jelas bahwa ini adalah fiksi. Dengan demikian ia berharap tak ada pihak-pihak yang merasa tersinggung. Kalau ada yang merasa tersinggung, sesungguhnya ia tak pernah berniat menyinggung.
Buku yang menjadi juara favorit E-Novel Challenge Comico dan Elex, bisa menjadi alternatif bacaan akhir pekan. Menghibur dan memberi ilmu, perpaduan yang menjanjikan.