Penerjemah: Ribeka Ota
Editor: Anton Kurnia
ISBN: 9786026486431
Halaman: 256
Cetakan: Cetakan III-2021
Penerbit: BACA
Harga: Rp 78.000
Rating: 3.25/5
Manusia dan kucing sudah hidup bersama selama 10.000 tahun. Kalau kita selalu bersama kucing, lama-lama kita paham bahwa sebenarnya bukan manusia yang memelihara kucing, melainkan kucinglah yang rela mendampingi manusia
-Jika Kucing Lenyap Dari Dunia, hal 192-
Sebagai bukan penyuka kucing, dalam artian bisa-biasa saja jika ada kucing, judul buku ini memberikan efek biasa bagi saya. Akan berbeda jika pertanyaannya adalah Jika Buku Lenyap dari Dunia.
Tapi, biasa-biasa untuk saya mungkin tidak biasa bagi orang lain. Contohnya bagi keponakan saya. Begitu saya bertanya, ia langsung memeluk erat salah satu kucing yang ada di rumah. Sepi kalau tidak ada kucing, begitu katanya.
Demikian juga bagi narator dalam buku ini. Seorang laki-laki berusia 30 tahun, bekerja sebagai tukang pos, yang divonis mengindap kanker stadium akhir. Usianya tak akan lama lagi. Kucing adalah sahabat sejatinya.
Saat sedang meratapi kondisinya, pada hari Senin, Iblis muncul dan menawarkan sebuah pertukaran yang sangat menggoda. Aloha-demikian tokoh kita memanggil iblis, menawarkan pertukaran 1 hari kehidupan dengan menghilangkan sesuatu dari dunia. Tak semua orang "beruntung" seperti dirinya. Sejauh ini hanya ada 107 orang, dan ia adalah nomor 108!Jika menerima, tokoh kita harus mengikuti apa yang akan dihilangkan oleh Aloha. Tentunya bukan hal sepele seperti noda di karpet, tumpukan sampah, barang tak terpakai. Semuanya tergantung pada suasana hati Aloha untung menghilangkan sesuatu.
Setelah berdebatan panjang, mereka sepakat hal yang pertama akan dihilangkan adalah telepon. Sepertinya yang diincar oleh Aloha adalah ponsel. Tapi menghilangkan ponsel sama juga dengan menghilangkan telepon.
Maka pada hari Selasa, telepon menghilang. Nama Antonio Santi Giuseppe Meucci dan Alexander Graham Bell, bisa jadi langsung hilang dari ingatan semua manusia di dunia.
Sebelum menghilang, tokoh kita diberikan izin untuk mempergunakan telepon untuk terakhir kali. Tak terbayangkan, bagaimana perasaan tokoh kita. Setelah lama berpikir, akhirnya ia menghubungi seseorang yang nomornya tak tersimpan dalam telepon genggamnya karena selalu ia ingat. Siapa yang akan ia hubungi? Silakan baca he he he.
Saya agak heran juga, kenapa telepon yang dipilih? Maksud saya, kenapa penulis membuat urutan utama adalah telepon? Menghilangkan telepon bisa sama artinya dengan menghilangkan sebuah peradaban.
Apalagi sejak kemunculan telepon genggam. Saat ini telepon genggam bisa dianggap barang yang paling dekat dengan kehidupan manusia. Jika bermaksud untuk memberikan efek betapa berartinya nyawa tokoh kita, maka penulis sukses melakukannya.
Wah, ternyata ada kenangan indah antara tokoh kita dengan seseorang terkait telepon. Hem..., jadi makin paham kenapa telepon yang pertama kali dihilangkan, bukan benda lain.
Selanjutnya, selama beberapa hari kedepan, satu per satu ada yang hilang demi menambah satu hari umur tokoh kita. Pada hari Rabu, film lenyap dari dunia. Hari Kamis giliran jam. Entah bagaimana dunia tanpa dua hal tersebut.
Telepon hilang saja sudah merepotkan, meski untuk berkomunikasi masih bisa dilakukan dengan cara tradisional seperti surat dan bertemu langsung.Merepotkan!Lalu sekarang ditambah hilangnya jam dan film, entah bagaimana kehidupan jadinya.
Tak ada film maka tak ada industri film. Tidak ada artis, perias profesional, alat-alat terkait pembuatan film, hingga bioskop. Tak ada hiburan, pendidikan dan mata pencarian melalui film.
Bagaimana dengan jam? Setelah jam menghilang, tokoh kita baru teringat bahwa ayahnya mengelola sebuah toko jam! Jika jam menghilang, artinya umat manusia tak pernah mengetahui apa itu jam! Ayahnya juga tak akan punya toko jam!
Perlahan, ada rasa penyesalan dalam dirinya. Tiga hal yang dihilangkan dari dunia demi memperpanjang hidupnya. Sepele baginya, tapi bisa saja berdampak besar bagi orang lain.
Seperti yang tertera di halaman 105, "Manusia tidak mati kalau ada air, makanan, dan tempat tidur. Pendek kata, hampir segala sesuatu yang lain di dunia ini sebenarnya boleh ada, tapi boleh juga tidak ada."
Saatnya memutuskan apa lagi yang akan hilang pada Jumat. Aloha mengusulkan Kubis, kucing kesayangannya. Kepanikan melanda! Kubis merupakan satu-satunya sosok yang dekat denganya sejak sang ibu meninggal.
Meski ia tak mau mati, namun baginya susah untuk hidup dengan merenggut sesuatu dari orang lain. Keputusannya sudah final! Tak perlu ada lagi yang hilang dari dunia untuknya.
Sebuah akhir yang bermakna banyak. Silakan kembangkan imajinasi masing-masing. Akhir kisah ini bisa bermakna banyak. Saya membayangkan Kubis bersedih, terus mengeong, karena tuannya tak membuka mata lagi, walau ia pergi dengan senyum bahagia di pangkuan sang ayah.
Penulis membuat perasaan kita selaku membaca seperti naik roller coaster. Tertawa bahagia, lalu mendadak dibuat merasakan kesedihan yang teramat sangat, lalu merasakan cinta abadi, sebelum dihantam amarah.
Adegan yang paling saya suka adalah ketika tokoh kita piknik bersama keluarganya. Ayah dan Ibu juga kucing keluarga. Suatu memori indah yang tak akan pernah mereka lupakan.
Pada tiap sesuatu yang hilang, pembaca akan diajak untuk merenung, betapa kita sering kali baru merasakan bahwa sesuatu itu berharga setelah tiada. Sebelumnya, kita mengabaikan.
Bagi mereka yang merasa hidup tak berpihak kepadanya, bacalah buku ini agar bisa memahami betapa beruntungnya diri kalian. Masih ada orang yang mengalami kondisi lebih dari kalian.
Untuk penggemar kucing, anggaplah ini sebagai hiburan. Betapa ada seseorang yang begitu mencintai kucingnya hingga mau menukarkan nyawa. Mungkin ada yang menganggap konyol, tapi begitulah rasa cinta tokoh kita pada kucingnya.
Buku ini dipasarkan dengan cara yang unik, dicetak dalam dua kover, merah muda dan biru (seperti lagu itu ya ^_^). Sebelumnya juga ada versi berbeda. Sangat layak dikoleksi untuk mereka yang memang menyukai mengoleksi buku dengan aneka kover.
Di ini disebutkan perihal 18 fakta unik tentang kucing. Menarik! Ternyata kucing tidak bisa merasakan manis. Hal ini dikarenakan reseptor di ujung sel perasa bernama T1R2 dan T1R3 tidak berfungsi dengan baik.
Disebutkan juga bahwa kucing memiliki suara dengkuran untuk menghilangkan stres dan memperkuat tulang. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa dengkuran kucing berada dalam frekuensi yang konstan, yakni 25 dan 150 hertz. Suara dengkuran tersebut dipercaya dapat membantunya menghilangkan stres dan memperkuat tulang manusia.
Selanjutnya disebutkan bahwa dengkuran kucing juga dapat membantu meringankan penyakit dyspnea atau sesak napas yang diderita anak. Tentunya ini bisa berguna jika tidak alergi dengan bulu kucing.
Penasaran. Sebenarnya, dari 107 terdahulu, kira-kira apa saja ya yang sudah dihilangkan? Jangan-jangan walau sepele, benda itu sangat berguna dalam kehidupan.
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/