Minggu, 19 Oktober 2025

2025 #20 : Sejumput Catatan Sejarah Ala Henry Scott Boys

Judul asli: Jawa Tempo Dulu:Sejumput Catatan Sejarah
Penulis: Henry Scott Boys
Penerjemah: Ending Purwadi, Raudya P
Editor: Zulkarnaen Ishak
ISBN: 9786238108916
Halaman: 100
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: IRCiSoD
Harga: Rp 50.000
Rating: 3.5/5

Dalam hal pendidikan, Belanda menerapkan, dan sampai sekarang masih menerapkan, kebijakan yang sangat tegas. Mereka dengan sengaja membuat orang-orang Jawa tidak tahu apa-apa tentang semua pustaka Barat.
-hal 43-

Kali pertama melihat kover buku ini, ketika iklan dari penerbit sliweran di aplikasi belanja daring hijau. Sebetulnya saya sedang mencari bacaan ringan, entah kenapa malah buku ini yang muncul.  Kovernya langsung menarik minat. Gambar peta, candi, dan bangunan mewah yang tak bisa saya tebak, dipadukan dengan nuansa coklat, seakan menjanjikan sebuah bacaan tentang kondisi dimasa lalu yang menarik untuk dibaca. 

Terbagi dalam 6 bagian dan 1 lampiran, pembaca akan dimanjakan dengan berbagai informasi tentang kondisi Jawa pada abad ke-19 hingga awal 20. Suatu hal yang hanya bisa kita peroleh dari penuturan orang yang mengetahui kondisi saat itu secara langsung. 


Ternyata penulis buku ini, Henry Scott Boys, merupakan  seorang  penjelajah dan pejabat kolonial Inggris. Ia mendapat kesempatan untuk mengunjungi Jawa sekitar tahun 1889.  Tak henti-hentinya ia menuliskan hal-hal yang membuatnya terpesona selama berada di Jawa.

Baginya, Jawa adalah tempat yang paling menarik dari semua jajahan Belanda, pulau harta karun. Ditulis dengan  metode storytelling pembaca-minimal saya,  tidak mengira bahwa  tempat yang ia maksud dalam enam bagian buku ini adalah Jawa yang sekarang. 

Penulis mengisahkan apa yang ia lihat dari banyak sisi, kehidupan sosial, budaya, ekonomi, bahkan pemerintahan. Ia juga sudah memperkirakan jumlah penduduk Jawa suatu saat  bisa menjadi masalah jika tidak diurus dengan baik sesegera mungkin.
https://www.goodreads.com/book/show/65524171-
some-notes-on-java-and-its-administration-by-the-dutch

Pada Bagian Kedua, disebutkan tentang jalan yang dibagun oleh Marsekal Daendels. Jalan raya yang megah tersebut,  disebutkan dibangun dengan kerja paksa. Hal itu seperti yang sering disebutkan dalam buku pelajaran sejarah. Pasti tahu jalan mana yang dimaksud. 

Belum lama disebutkan  ada informasi yang menyebutkan  bahwa Marsekal Daendels sebenarnya membayarkan sejumlah uang pada penguasa setempat untuk diatur pada para pekerja sebagai upah. Sayangnya justru para penguasa lokal yang "merampas" uang tersebut. Apapun itu yang jelas, pembangunan jalan tersebut membuat banyak rakyat menderita. 

Bagian Ketiga mengisahkan tentang penduduk yang menggunakan pakaian indah dan menarik. Penggunaan sarung, kemben, dan kelambi disebutkan sebagai pakaian yang umum digunakan. Untuk kelas menengah atas, ada yang disebut jaket putih-kebaya. Kain batik juga disebutkan, walau tidak secara jelas namun dari narasi, bisa dipahami bahwa yang dimaksud adalah kain batik.

Perbedaan perlakuan Inggris pada India sebagai negara jajahannya dibandingkan dengan perlakuan Belanda pada Indonesia, dijabarkan penulis di halaman 81, Bagian Enam. Inggris memastikan warga India mendapat pendidikan yang layak, agar memiliki pemikiran yang maju. Sementara untuk kita, begitulah sikap Belanda. Bagian ini membuat saya teringat pada R.A Kartini dan kisah beasiswa yang ditolak oleh Agus Salim.  

Menarik! Banyak hal menarik yang disampaikan dalam buku ini. Judul  buku ini mempergunakan kata sejumput, bisa diartikan sedikit, sejumlah kecil. Namun apa yang saya beroleh tidaklah sedikit, banyak informasi baru yang membuat saya makin mengetahui seluk-beluk Jawa.

Bagi saya ada 2 hal utama yang paling menunjukkan kekaguman penulis pada Jawa. Pertama pada bagian yang mengisahkan tentang Stupa Borobudur pada Lampiran
https://www.goodreads.com/book/show/
134810770-some-notes-on-java-and-
its-administration-by-the-dutc
h
.  Narasi yang disampaikan  begitu detail sehingga dengan membacanya seakan-akan membuat saya merasa berada di sebelahnya, mendengarkan paparan yang disampaikan dengan antusias.    
Kedua, pada rekomendasi buku yang sebaiknya dibaca  jika ingin mendapat informasi lebih lanjut tentang Jawa. Terdapat 11 judul buku (ada saltik penomoran sehingga hanya ada 10 nomor bukan 11). Ada 2 buku Raffles, History of Java dan Minnie on his Administration. Kemudian ada Max Havelaar dari Multatuli, dan Rice and Coffee culture in Java.

Pertama kali terbit pada tahun 1892, tentunya sudah banyak perubahan yang terjadi dibandingkan saat ini. Namun menarik rasanya mengetahui bagaimana perkembangan Jawa. Pemilihan kata dan gaya bahasa juga terpengaruh  pada waktu buku ini terbit.  Itu juga yang membuat pada beberapa bagian terkesan kaku, perlu dibaca dua kali untuk paham maksudnya. Meski demikian upaya penerjemahkan membuat buku ini menarik dibaca perlu diacungi jempol. 

Sayangnya, tak ada semacam ilustrasi pada buku ini. Setidaknya, dengan melihat ilustrasi baik berupa foto atau gambar, makin membuat menarik topik yang disampaikan. Mengingat kedudukan dan hobi menjelajahnya, siapa tahu penulis saat itu sudah memiliki kamera. Kamera sudah ditemukan sekitar tahun 1826.

Ketika mengunjungi https://www.goodreads.com, saya menemukan ada 28 edisi buku ini. Lumayan juga. Sayangnya, kover yang ada sama sekali tidak mengusung tema Jawa. Beberapa   kover  rasanya sering dipakai untuk buku domain publik. Saya pernah melihat ketika sedang mencari buku Little Women dari Louisa May Alcott dan beberapa buku lainnya. 

Buku ini sangat cocok dibaca tidak saja oleh suku Jawa, namun juga oleh mereka yang tertarik ingin mengetahui bagai gambaran kehidupan di Jawa pada akhir abad ke-19, awal abad ke-20. Para mahasiswa prodi Jawa dianjurkan membaca buku sebagai buku pelengkap perkuliahan.















Sabtu, 04 Oktober 2025

2025 #19: Kisah Pensensoran Buku

Judul asli: The Book Censor's Library
Penulis: Bothayna Al-Essa
Penerjemah: Zulfah Nur Alimah
Penyunting: Andya Primanda
ISBN: 9786238371471
Halaman: 308
Cetakan: Pertama-Juli 2025
Penerbit: Baca
Harga: Rp 105.000
Rating:3.25


Tidak ada yang bisa membendung imajinasi....Imajinasi akan meledak menghasilkan, melahirkan Geppetto, Alice, Bung Besar, Zorba.
-hal 287-


Di sebuah negara antah berantah, ada kebijakan mengatur buku yang dapat diterbitkan melalui Lembaga Sensor.  Hanya buku yang mengumbar janji kesuksesan, kekayaan, serta  kebahagiaan tanpa usaha nyata yang beredar.   Sedangkan buku yang memuat tentang 3 tabu besar akan dilarang beredar. Tiga tabu besar  tersebut adalah  Tuhan, pemerintah, dan seks. Kisah-kisah yang tak masuk akal, seperti Alice in wonderland juga dilarang.  Seseorang bisa ditangkap karena membaca buku. 

Mereka yang bekerja sebagai auditor menjalani kehidupan mewah, padahal tugasnya sangat sederhana, mendatangi toko buku yang dilaporkan menjual buku terlarang lalu menyitanya. Jika memang membutuhkan, mereka bisa memanggil polisi. Mereka dianggap sering berhadapan dengan mara bahaya karena berhadapan langsung dengan para penjahat intelektual, bahkan kaum posisi yang menyebut dirinya sebagai Karkata. Itu sebabnya menghasilan mereka lebih besar dibandingkan yang lain. 
https://www.goodreads.com/book/show/
241987373-a-biblioteca-do-censor-de-livros

Tokoh utama dalam kisah ini adalah seorang pria berkeluarga yang memiliki seorang anak perempuan. Ketika awal ia bergabung dengan lembaga Sensor sebagai Penyensor Pemula, tugasnya hanya menemukan kata yang dianggap melanggar pada sebuah buku. Sebagai contoh ia berhasil menemukan kata internet pada sebuah buku, maka buku tersebut akan dilarang beredar.

Suatu ketika, ia mendapat tugas untuk melakukan sensor pada buku Zorba The Greek.  Setelah melakukan sensor, ia mulai menyadari suatu hal, bukan buku yang harus diperangi tapi kebiasaan membaca. Membaca adalah kebiasaan buruk. Dengan membatasi  akses, maka orang akan berhenti membaca. 

Sejak membaca Zorba the Greek, segala tak menjadi sama lagi. Buku itu membangkitkan rasa penasaran,  juga membuka hati  pada rangkaian kata yang ada dalam buku. Jiwanya yang selama ini  terasa hampa, mulai menemukan sesuatu yang berbeda dalam menjalani kehidupan. 

Tak hanya menjadi mempertanyakan sistem yang selama ini berlaku terkait penyensoran buku,  ia juga berteman dengan seseorang yang diam-diam menyimpan buku yang dilarang beredar. Tidak hanya itu, ia bahkan membiarkan anaknya berteman dengan salah seorang petugas yang dengan senang hati membacakan aneka dongeng untuk anak-anak! Suatu pelanggaran berat.
https://www.goodreads.com/
book/show/51714048

Belakangan, ia naik jabatan sebagai pengawas. Alih-alih memusatkan pikiran dan tenaga pada tugas barunya, tokoh kita malah mengalami dilema.  Apalagi ketika tahu nasib buku-buku yang dicekal, dikumpulkan selama setahun untuk kemudian dibakar hingga tak tersisa pada Hari Pemurnian. 

Sebuah kisah yang menarik!
Akhir kisah sudah tak terduga. Pembaca tak akan mengira bagaimana kisah ini berakhir.  Pada beberapa bagian, saya merasakan menemukan kesamaan dengan tokoh dalam kisah ini. Bagaimana menyelamatkan buku yang terbengkalai dan mencarikan rumah baru.

Bedanya, di sana, berpikir adalah tugas pemerintah. Itu sebabnya ada larangan membaca buku tertentu, dikhawatirkan setelah membaca akan berpikir dan menimbulkan kekacauan. Sementara di sini, membaca dan mengembangkan pikiran adalah hal yang sangat perlu dilakukan oleh setiap individu.

Walau demikian, saya sempat merasa bingung membaca beberapa bagian dalam buku ini. Seakan ada bagian yang tidak berhubungan. Ada juga kalimat yang rasanya membingungkan hingga harus dibaca lebih dari 1 kali untuk memahami maknanya.
https://www.goodreads.com/book/show/
231488637-la-biblioteca-del-censore-di-libr
i

Seram rasanya membayangkan ada tempat dimana imajinasi merupakan hal yang dilarang. Kehidupan bisa menjadi menjemukan. Segala hal berjalan dengan monoton, tidak ada hal baru yang dilakukan atau ditemukan.

Pada bagian belakang buku memang tidak tercantumkan berapa usia yang diperbolehkan untuk membaca buku ini. Sekedar saran,  ada bimbingan orang tua untuk anak-anak yang membaca buku ini supaya bisa memberikan pengertian dan arahan pada beberapa bagian yang rasanya tidak cocok untuk dibaca anak-anak.

Saya jadi membayangkan bagaimana teman-teman penggemar kisah fantasi jika hidup di sana. Mencari buku yang isinya tentang hal diluar nalar untuk dibaca adalah kejahatan, apalagi menuliskannya. Jangan-jangan mereka akan bergabung dalam kaum oposisi untuk bisa mendapatkan bahan bacaan. 

Dan saat Hari Pemurnian, dimana dalam 1 hari tersebut setiap orang diperkenankan melakukan hal-hal yang tidak biasa, mereka akan berkeliaran menggenakan kostum tokoh fantasi dari buku. membuat para petugas Lembaga Sensor gatal untuk menangkap.
https://www.goodreads.com/book/show/
175678711-the-book-censor-s-library

Begitu pembaca membuka bagian yang memuat judul setiap bab, terbayangkan keseruan kisah seperti apa yang akan ditemui. Misalnya saja Pergi ke Negeri Ajaib, Dari Boneka Kayu Menjadi Keledai. Ilustrasi yang ada sungguh menarik. Sayangnya tidak banyak.

Namanya saja buku dengan tema terkait buku, tentunya ada beberapa buku lain yang juga terbawa sebagai bagian dari kisah. Selain Zorba The Greek, ada juga 1984, Fahrenheit 451, Pinokio, The Wizard of Oz, dan Alice in Wonderland. 

Tiba-tiba saya ingat akan sebuah seri terjemahan dari penerbit lokal yang bisa dikatakan memiliki kisah "bersaudara" dengan buku ini. Judulnya Library War  dari Hiro Arikawa, yang juga sudah diangkat menjadi film layar lebar pada tahun 2013 lalu.

Sementara bagian pembakaran buku membuat saya teringat pada peristiwa pembakaran buku tahun 1930 oleh N4z1. Saat itu, buku-buku yang dianggap bertentangan dengan ideologi dan pandangan N4z1 akan dibakar.

Sang penulis, Bothayna El Essa merupakan seorang wanita penulis dari Kuwait yang lahir pada 02 September 1982. Ia juga memiliki penerbitan dan sering mengajar lokakarya untuk penulisan kreatif. 

Pada tahun 2024, buku ini mendapat penghargaan National Book Award Finalist for Translated Literature. Sedangkan tahun 2025 memperoleh  ALTA National Translation Award Nominee for Prose, The Rooster -- The Morning News Tournament of Books Nominee for Shortlist.

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/




.


Rabu, 01 Oktober 2025

2018#18: Kisah Tragis Penghuni Kastil Otranto

Judul asli: Kastil  Otranto
Penulis:Horace
Penerjemah: Rh. Widada
Editor: Setyaningsih
ISBN: 9786238023271
ASIN : B0FSJMPBJW
Halaman: 160
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: bukuKatta
Harga: Rp 65.000
Rating: 3/5

"Suara itu lagi! Puanku yang baik, apakah engkau tidak mendengarkan apa-apa? Kastil ini benar-benar berhantu!"
-hal 45-

Dari zaman dahulu, urusan kekuasaan dan cinta menjadi salah satu bumbu kisah yang menarik, demikian juga dalam buku ini. Kisah dalam buku ini dibuka dengan kisah  tentang keluarga Manfred, penguasa Kastil Otranto. 

Disebutkan bahwa mereka sedang melakukan persiapan pernikahan antara Conrad-putra Manfred dengan Putri Isabella, anak dari Frederic. Sayangnya, pernikahan tersebut tidak bisa dilaksanakan karena  Conrad ditemukan tewas tertimpa  ketopong ajaib  tepat pada hari pernikahannya. 

Manfred merasa terpukul. Walau kondisi Conrad tidak begitu baik, setidaknya ia memiliki ahli waris. Sekarang yang tersisa hanya putrinya saja, Matilda. Istri Manfred, Hippolita hanya memberinya 2 anak saja.

Dalam keputusasaan, Manfred memutuskan untuk menikahi Putri Isabella menggantikan anaknya. Dengan demikian, masih ada harapan baginya untuk memiliki penerus. Penolakan sang putri membuat dirinya dikurung dalam kastil. Sebuah ide gila demi menjamin kekuasannya tetap ada sekaligus memiliki penerus.

Merasa kondisinya terancam, Putri Isabella berusaha melarikan diri. Dalam pelariannya, ia bertemu dengan Theodore, petani yang dihukum karena mengidentifikasi ketopong ajaib yang menimpa Conrad.  Theodore dituduh memiliki kemampuan sihir yang membuat ketopong tersebut jatuh menimpa  Conrad hingga tewas. 

Sebenarnya Theodore hanya  beruntung, karena bertemu dengan Matilda yang membantunya hingga bisa melarikan diri. Ia sesungguhnya tidak tahu bagaimana situasi di kastil. Dalam pelariannya itulah ia bertemu dengan Putri Isabella. Cinta diantara Matilda dan Theodore tumbuh. Sementara  Putri Isabella ternyata diam-diam juga mulai menaruh hati padanya.
https://www.goodreads.com/book/
show/21977636-the-castle-of-otranto

Kisah  masih berkembang, banyak hal unik yang bermunculan membuat kisah menjadi semakin rumit.  Urusannya tak sekedar soal cinta, itu hanya bumbu semata. Ada perebutan kekuasaan, anak yang terabaikan, sosok tak kasat mata yang menghantui kastel, dan kisah masa lalu yang ingin dilupakan.

Pada akhirnya, Manfred memutuskan meninggalkan segala yang ia miliki dan mengabdikan diri bersama istri pada kepercayaan yang mereka anut. Sementara untuk kelanjutan kisah para tokoh yang masih belia, silakan baca buku ini he he he.

Suasana kastil yang digambarkan suram dan mencekam, makin membuat kisah menjadi menarik untuk dibaca. Saya paling suka membaca bagian pelarian  Putri Isabella dan Theodore, jadi membayangkan lorong-lorong dan pintu rahasia. 

Jika diperhatikan dengan seksama, kover buku ini menggambarkan sosok seorang wanita yang berlari, ekspresi ketakutan terlihat dari wajahnya. Saya mengasumsikan itu adalah sosok Putri Isabella yang sedang berusaha melarikan diri dari kejaran pasukan Manfred. 

Dari wajah sang putri dan warna kelabu yang dipakai sebagai latar, bisa dibayangkan bagaimana ksaih dalam buku ini. Kengerian, putus asa, serta rasa tak percaya diri bisa lolos dari maut bercampur menjadi satu.

Saya sempat bingung dengan yang dimaksud dengan "ketopong ajaib" dalam kisah. KBBI menyebutkan bahwa  ketopong/ke·to·pong/ n topi (kopiah) tinggi yang keras dan kaku yang dipakai sebagai perhiasan: Raja Parsi itu memakai -- yang sangat bagus;-- besi 1 topi baja (biasa dipakai oleh tentara); 2 tutup kepala dan muka dari besi (dipakai dengan baju zirah). 

Kata ajaib bisa diartikan sebagai sesuatu yang khusus, spesial. Bisa juga diartikan sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan istimewa, Jadi saya simpulkan saja, ketopong ajaib  sebagai topi baja yang menutup kepala dan muka yang memiliki kekuatan khusus. 
https://www.goodreads.com/book
/show/239197049-the-castle-of-otranto

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1764 dan sering dianggap sebagai novel Gotik pertama. Sang penulis dijuluki sebagai Bapak Sastra Gotik. Genre ini mulai muncul dan berkembang sejak akhir abad ke-18. Tema  horor, supranatural, suasana angker dan sejenisnya bercampur dengan tema-tema sosial, dan hal-hal yang dianggap agung,  menjadi unsur utama dalam Sastra Gotik. 

Keterasingan, konflik emosi dan akal sehat, bahkan kegilaan menjadi hal yang sering dieksplorasi. kastil yang suram dan gelap, reruntuhan yang luluh lantak, serta pemandangan yang menyeramkan menjadi seting kisah yang sering dipergunakan.

Perlu diingat, kadar seram dan suram setiap orang tidaklah sama, demikian juga pada tiap zaman. Saat buku ini terbit pertama kali, bisa saja pembaca merasakan suasana seram dan suram dalam skala 5 dari 5. Namun pembaca saat ini merasakan kengerian dalam skala 3. Terlepas dari itu, buku ini menarik untuk dinikmati. 

Iseng berselancar ke Goodreads. Sesuai dengan genre, berbagai kover seram terpampang di sana. Dari data, terlihat ada 2.058 edisi, artinya sudah ada 2.058 edisi yang beredar sejak kisah ini terbit pertama kali.

Cerita yang terbagi menjadi 5 bab dalam buku ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin mencoba membaca buku dari genre yang biasa dinikmati. Sekedar saran, jangan membaca disaat sepi, nanti bisa terbawa suasana seram yang ditawarkan kisah ini.

Tadi pagi sempat mampir ke FB penerbit dan menemukan informasi bahwa pada tahun 1977 Jan Syankmejer-sutradara dari Ceko, membuat film Kastil Otranto dengan menggabungkan daya dokumenter dengan animasi cut-out. menceritakan isi buku dalam format pseudo-dokumenter yang menghidupkan animasi dari buku. 

Disebutkan juga bahwa ternyata sudah ada yang mengunggah dalam youtube dengan mempergunakan subtitle Inggris. Apakah lebih seram dibandingkan bukunya? Silakan Anda nilai sendiri. 


https://youtu.be/31ZCShe6TP0?si=-IM23rIaPD9lZW77

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/


Sumber video:
https://www.youtube.com/