Penulis: Liz Pichon
Penerjemah: Maria Lubis
Desain sampul versi Indonesia: elhedz
Penata aksara: Nurhasanah
ISBN: 9786020989969
Halaman:168
Cetakan: Pertama-Agustus 2015
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 39.000
Lucu itu tidak bisa diukur sama. Taraf pemahaman seseorang untuk suatu hal yang disebut lucu bisa beragam. Lucu buat seseorang, mungkin akan jadi hal biasa bagi yang lain. Bahkan bisa saja lucu untuk seseorang menjadi kejam bagi orang lain.
Kisah dalam buku ini konon dianggap lucu. Di pojok atas tercetak kalimat, "Pemenang Roaldh Dahl Funny Prize" bukankah itu sudah merupakan salah satu bukti buku ini mengandung hal lucu? Minimal ada sesuatu yang bagus dari buku ini. Masih tidak yakin? Di kover bagian belakang tercetak kalimat, "Pemenang Red House Children's Book Award" serta "pemenang Waterstones Children's Book Prize."
Jika menilik penghargaan yang diterima, sangat jelas buku ini diperuntukan bagi anak-anak. Tapi andai kata saya masih memiliki anak kecil, saya tidak akan mengijinkan mereka membaca buku ini tanpa didampingi.
Kelakuan Tom yang konyol terekam jelas dalam buku ini. Semula saya ikut tertawa dan merasa terhibur. Belakangan, saya menjadi malu pada diri saya sendiri karena bisa tertawa saat membaca buku ini.
Entah bagi orang lain, tapi beberapa bagian dalam kisah ini bisa berdampak buruk bagi anak-anak. Mereka bisa saja merasa mendapat role model dari tokoh Tom. Maka artinya mereka bisa menyebut nenek-kakek dengan sebutan Fosil dan menganggap mereke sangat tua dan kuno. Menjahili sang kakak dengan tidak mau berbagi wafer bahkan membuat wafer jebakan sehingga terlihat seperti isi. Lalu menyebut orang lain tolol. Dan hal-hal lain yang munkin lucu dan konyol di tempat asalnya tapi menjadi tidak sesuai untuk masyarakat kita.
Saya langsung terikat guru favorit saya Ibu Nani saat membaca kalimat, "Apa yang dia lakukan disini? Sungguh menyebalkan bertemu seseorang Guru di luar sekolah." Sungguh! Saya akan teramat sangat senang bisa bertemu dengan guru di luar waktu sekolah! Saat masih sekolah atau pun sekarang.Tidak pernah dalam hati terbesit pemikiran seperti itu. Dan sepertinya anak-anak zaman sekarang masih cukup menghormati gurunya, kalau pun enggan bertemu mereka akan segera mencari jalan lain tapi tidak pernah menyumpah meski dalam hati.
Walau sangat tidak setuju dengan isi buku, saya harus mengakui cara menyajikan kisahnya lumayan unik. Keunikan buku ini ada ilustrasi yang diselipkan pada kalimat. Misalnya kita sedang bercerita tentang Tom yang melotot, maka akan ada gambar mata yang melotot di antara kalimat tersebut. Untuk melakukan penekanan makna, beberapa kata juga dicetak dengan cara yang berbeda, huruf kapital misalnya.
Untuk urusan alih bahasa juga sebenarnya tidak ada kendala. Justru buku ini diterjemahkan dengan baik sehingga saya spontan tertawa karena membaca beberapa hal. Persoalan mengenai isinya yang menurut saya tidak cocok untuk anak-anak,itu lain bagian.
Dulu pernah ada buku anak-anak di tanah air yang nyaris serupa dengan buku ini dalam hal ilustrasi. Guna menamnah kreativitas anak yang membaca, sebuah kata justru diganti dengan ilustrasi. Gambar tas sekolah dibuat untuk menggantikan kata tas sekolah, gambar buku dibuat untuk menggatikan kata buku dalam kalimat. Anak-anak yang membaca menjadi belajar untuk mengartikan dan menyambungkan arti sebuah gambar dalam jalimat tersebut.
Singkat kata, sepertinya buku ini tidak cocok buat saya. Saya tidak bisa menjadi salah satu menikmat buku ini. Mungkin yang lain bisa, tapi bukan saya.