Penulis: Vani Diana
Ilustrasi: Dani Sungu
Editor: Diah Merta
Desain & Ilustrasi Sampul: Windutampan
Lata Letak : Zoura Humaira
Halaman: 124
ISBN: 979-38132-6-1
Cetakan: Pertama-Februari-2007
Penerbit: Liliput
FIERA BLUPA FLOPA FIERA BLUPPAAA...!!!
Brruuussshhh!!
Tiba-tiba saja, cahaya warna-warni bersinar terang. Suara-suara berisik dan asing memenuhi seisi kamar. Clara menutup matanya erat-erat. Tubuhnya terdorong oleh angin yang keras. Clara jatuh terduduk di kasur. Ketika suara-suara bising itu menghilang, Clara membuka matanya.
"Aaahhh...!!"
Clara sudah diperingatkan oleh ibu dan sahabat karibnya,Marissa agar tidak menyimpan dan memakai cincin yang ia temukan di Puri Sembilan. Puri Sembilan terletak di hulu sungai Rez. Menurut legenda, banyak hantu anak berusia sembilan tahun yang berada di sana, makanya puri itu disebut Puri Sembilan
Akan ada hal yang menakutkan jika ia memakai cincin itu lebih dari sembilan jam. Namun Clara tidak mengindahkan larangan itu. Mengingat sikap Clara yang egois dan mau menang sendiri, rasanya sulit membuat ia mau percaya pada larangan seputar cincin menawan yang ia temukan. Ia tetap memakai cincin itu, celakanya tanpa sadar ia sudah memakainya lebih dari sembilan jam!
Cincin itu merupakan cincin milik penyihir Odeleodeo, penyihir yang berwatak usil. Ia hidup di kastil yang ada di dalam cincinnya. Jika cincin itu dipakai oleh seseorang yang tidak disukainya, ia akan bebas dari mantra yang mengikatnya dan berlaku sesuka hati. Odeleodeo mengubah Clara menjadi burung Pipit. Tidak sekedar burung Pipit tapi burung Pipit tercantik. Dan membawa ibu Clara untuk dijadikan patung hiasan di kastilnya.
Selanjutnya kita disuguhi kisah tentang bagaimana perjuangan Clara untuk menemukan ibunya dan kembali menjadi manusia. Menjadi burung pipit mungil saja sudah membuatnya susah melakukan banyak hal, apa lagi untuk menemukan kastil tempat Odeleodeo tinggal dan membebaskan ibunya.
Tapi tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha untuk mewujudkan keinginan kita. Dalam upayanya tersebut, Clara mendapat bantuan dari banyak pihak yang ikut merasa prihatin akan peristiwa yang menimpanya.
Sebelum membaca kisah, kita akan diperkenalkan dengan para tokoh yang ada dalam buku ini. Gunanya tentu agar para pembaca cilik yang merupakan segmen buku ini bisa menikmati kisahnya dengan lebih mudah. Meski demikian, sepertinya tidak semua tokoh yang ada dijabarkan dalam Pengenalan Tokoh. Tokoh utama, Penyihir Odeleodeo justru tidak ada.
Karena buku ini ditujukan untuk anak-anak, maka pastinya ada pesan moral yang diselipkan oleh penulis disamping unsur hiburan. Pesan moral juga disesuaikan dengan pembaca, yaitu agar anak-anak tidak menjadi orang yang tinggi hati serta mau mendengarkan petuah orang tua. Cintai dan hormatilah orang tua. Kadang tanpa kita sadari, apa yang mereka lakukan atau katakan sebenarnya untuk kebaikan diri kita, hanya sering kali kita yang tidak menyadarinya. Bersikap santun akan membantu kita dalam mendapatkan pertolongan.
Ilustrasi dalam buku ini tak kalah menariknya. Beberapa ilustrasi bahkan dibuat dalam ukuran besar sehingga membuat anak-anak yang membacanya makin terhibur. Tokoh yang dijadikan ilustrasi juga digambarkan dengan detail yang menawan sesuai dengan karakternya masing-masing.
Secara garis besar, buku ini sangat cocok untuk mengenalkan kisah fantasi pada anak-anak. Penulis secara runtun sudah menyajikan kisah secara apik. Logika yang menjadi dasar kisah juga sudah mulai diperkenalkan meski belum mendalam.
Sayangnya, akhir kisah ini agak dipaksakan. Dibuat ala film-film Hollywood. Padahal kisah ini akan lebih cantik jika diakhiri secara sederhana saja.
Biasanya saya tidak suka menyimpan buku dalam kondisi kurang prima (versi saya tentunya). Buku dengan tekukan di sampul, halaman bergelembung dan corekan di halaman jelas tidak akan saya koleksi. Kecuali buku terbitan Liliput.
Buku ini misalnya, saya agak curiga dengan harga yang ditawarkan oleh penjual ol. Biasanya ia selalu memasang harga tinggi, entah kenapa tidak untuk buku ini. Penasaran, buku ini tetap saya beli. Ketika tiba, saya baru mengetahui bahwa beberapa halaman bergelombang dan dalam kondisi kotor. Mengingat ini terbitan Liliput, maka saya tetap menyimpannya setelah melakukan beberapa perawatan seperlunya.
Penerbit yang sudah tutup ini terus saja membuat saya terpesona dengan pilihan kisahnya. Beberapa buku yang sudah saya baca membuktikan betapa penerbit ini memanjakan pembacanya. Seandainya penerbit ini masih ada, saya akan langsung menawarkan diri menjadi pembeli setiap kali mereka mengeluarkan buku baru. Jadi ingat, saya pernah nyaris tidak bekerja selama seminggu demi berselancar di dunia maya guna mencari buku-buku penerbit ini.
Sekedar mengenang masa kecil, mari kita ikut bernyanyi bersama Clara. Lagu yang membantunya dalam upaya menyelamatkan sang ibu di halaman 64.
Miranda terkasih
Mengapa bersedih
Miranda tercinta
Mengapa berduka?
Miranda tercantik
Gadis kecil yang baik
Miranda termanis
Jangan kau menangis
Sahabatku tersayang,
Aku rindu pulang
Ke tempat di mana
Ayah dan Bunda berada
Sahabatku tercinta
Bantu aku memintal
Jalan 'tuk menuju
Hutan embun yang menunggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar