Judul : The Journey
Pengarang : Kathryn Lasky
Penerjemah : T Dewi Wulansari
ISBN : 978-979-1141-1-1
Halaman : 301
Penerbit : Kubika
Kau akan terbang sampai ke Hoolemere. Kau telah bertahan dari serangan burung gagak.
Kau telah terbang melintasi gurun. .... Kau akan terbang menembus angin, menembus cahaya...
Kau akan tetap terbang. Kau takkan gagal. Kau pasti bisa menyelesaikan perjalanan ini.
Tujuan utama keempat sahabat: Soren, Gylfie, Twilight dan Digger sudah jelas, mencari Pohon Ga'Hoole Agung Semuanya demi menciptakan keamanan dan ketentraman di dunia burung hantu. Ditemani oleh Mrs. Plithiver, ular tua pelayan-sarang keluarga Saron, mereka menempuh perjalanan yang penuh dengan bahaya.
Konon khabarnya Pohon Ga'Hoole Agung tidak bisa dilihat, karena tumbuh di suatu pulau di tengah Laut Hoolemere yang nyaris seluas samudra. Pohon itu selalu diselimuti kabut dan pulaunya selalu dilanda badai salju. Hanya mereka yang percaya, yang bisa menemukannya. Apakah mereka berempat percaya?
Keempat sahabat itu sempat mengalami kesukaran saat melewati Danau Cermin. Kondisi lingkungannya tidak terlalu baik bagi keempat sahabat itu. Semuanya terasa mudah dan indah. Disaat tempat lain sudah berada di awal musim dingin, Danau Cermin tetap berada dalam kondisi musim panas. Dedaunan masih segar, rumput masih subur, tanah juga masih hangat. Tempat itu bisa lebih berbahaya dari St Aggie! Namun sekali lagi Mrs Plithiver dengan kebijaksanaannya mampu membimbing Soren, Gylfie, Twilight dan Digger mengatasi masalah yang ada.
Lolos dari Danau Cermin, mereka masih harus menghadapi bahaya yang lain. Saat terbang sayap mereka mulai membeku, belum lagi tujuan mereka yang melenceng jauh. Lalu ada...........Waduh sebaiknya saya berhenti disini saja, sebelum spoiler. Maklum, ceritanya kian mendebarkan, banyak kejadian yang tak terduga, seperti....... Aduh saya mulai lagi!
Begini sajalah, sekedar bocoran, buku ini terbagi dalam 25 bab, yaitu :
- Kepungan Burung gagak
- Ditemani Burung Hantu Hitam
- Twilight Pamer
- Keluar! Keluar!
- Danau Cermin
- Celah Es
- Sisi Lain Yonder
- Malam Pertama ke Hari Pertama
- Parlemen Burung hantu
- Kebimbangan Twilight
- Cakar Emas
- Hukla, Hukla dan Harapan
- Burung Yonder
- Terbang Malam
- Mengunjungi Bubo
- Suara Dari Dalam Akar
- Chaw Cuaca
- Pilihan Mrs Plithiver
- Mengunjungi Madame Plonk
- Kebakaran!
- ”Bara Dalam Paruhku”
- Anak Burung Hantu
- Akhirnya!
- Mag Si Pedagang
- Dalam Selimut Malam
Secara keseluruhan, buku ini tetap semenarik buku pertamanya. Kisahnya kian membuat penasaran. Banyak ide-ide segar penulis yang dikembangkan menjadi sebuah cerita mendidik namun disuguhkan dengan cara yang menarik . Misalnya bagaimana mereka berempat belajar untuk selalu kompak dan bekerjasa sama, mereka diharapkan tetap rendah hati walau telah berhasil mengalahkan berbagai bahaya, mereka harus tetap tekun belajar jika ingin sukses. Adegan menghibur juga bisa kita temui. Saya ikut tertawa membayangkan mereka juga memiliki kepala asrama yang disegani, seakan manusia yah...
Pada buku pertama, saya sempat merasa heran. Menurut cerita burung hantu makan ular. Lalu bagaimana bisa pelayanan-sarang keluarga Sharon adalah sekor ular? Bukannya sama saja menawarkan diri untuk dimakan? Ternyata dalam buku ini dijelaskan, bahwa memang burung hantu memakan ular, namun bukan ular yang buta. Karena ular buta adalah pelayan-sarang keluarga. Untuk sementara bisa menahan rasa penasaran saya.
Kadang dalam membaca sebuah cerita bersambung, kita sering lupa siapa saja tokoh yang ada. Selain tokoh utama, tentunya ada tokoh-tokoh lain. Jangan khawatir, mulai dari halaman 298 -301 kita akan menemui catatan mengenai tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Lumayan untuk menyegarkan ingatan sehingga lebih bisa menikmati cerita.
Namun untuk saat saya melihat pembatas buku yang diselipkan, entah kenapa saya lebih menyukai gambar yang ada dibandingkan gambar yang dipergunakan untuk cover. Padahal hanya ada perbedaan kecil saja. Namun ternyata, sebuah perbedaan kecil memberikan efek yang tidak sedikit
Selain cerita yang menarik, ada beberapa hal yang membuat saya merekomendasikan buku ini. Pertama pemilihan font serta kerapatan huruf. Keduanya terasa nyaman di mata, sehingga mata tidak merasa lelah saat menyelesaikan buku ini . Lalu soal harga. Belakangan ini harga sebuah buku sering menjadi bahan pertimbangan utama dalam membeli. Alih-alih membeli, sering kalii seseorang malah meminjam, padahal buku itu layak koleksi. Penerbit Kubika berani melakukan terobosan guna memanjakan pembacanya.
Sejak melihat wajah mereka, saya langsung jatuh cinta. Kian pingin tahu seputar ” kehidupan” Soren, Gylfie, Twilight dan Digger, yang katanya ada 150 jenis di seluruh dunia. Hebat.................! Iseng-iseng ngintip ke Mbah google menemukan http://nurcha.wordpress.com/2007/12/11/burung-hantu-di-film-harry-potter/ yang menyebutkan mengenai fakta-fakta khusus seputar burung hantu, misalnya:
- Burung hantu kawin sekali seumur hidup.
- Burung hantu ditemukan di semua benua kecuali di Antartika
- Burung hantu betina lebih berat dan lebih besar dibanding dengan jantan dari jenis mereka.
- Mata burung hantu tidak bergerak, meskipun demikian mereka memiliki penglihatan binokuler seperti manusia. Dan burung hantu tidak dapat berkedip, untuk melihat mangsanya mereka tidak melirik seperti manusia melainkan menggerakkan kepalanya untuk mengawasi pergerakan mangsanya
- Burung hantu mempunyai tiga kelopak mata: Satu untuk mengejapkan, satu untuk tidur, dan satu untuk membersihkan mata.
- Wajah mereka pipih seperti cakram dan berbulu, bentuk wajah yang seperti ini memungkinkan mereka untuk mengumpulkan dan memfokuskan gelombang bunyi sehingga membantu burung hantu untuk mendengar, bahkan untuk suara yang paling lirih sekalipun.
- Beberapa burung hantu mempunyai satu telinga yang lebih tinggi dibanding lainnya, sehingga membuat mereka mampu mendengar lebih baik, sehingga membantu menunjukkan dengan tepat di mana mangsa mereka.
- Bulu burung hantu dirancang untuk meredam bunyi selama penerbangan dan memungkinkan membuat mangsa mereka tidak kemana-mana alias tidak dapat kabur
- Dalam dongeng Yunani kuno, burung hantu dipercaya sebagai simbol kebijaksanaan, simbol Dewi Athena. Mata merekalah yang membuat mereka terlihat bijaksana.
Menunggu buku ketiga, Penyelamatan
Buat yang mau iseng :
http://www.youtube.com/watch?v=c_0Zb0AXVqE&feature=player_embedded
Kesan Sesudah Nobar
Penerbit Kubika bermurah hati mengirimi aku dan rekan2 seperjuangan tiket nonton film ini
Bahkan Henny"Teracun" untuk jauh-jauh datang dari Bandung
Banyak cerita seru, mulai panik jalan ditutup, sibuk janjian hingga bingung masuk dari mana ya.. (maklum mall masih tutup)
Kesannya.......... MENYEBALKAN!Kenapa cepat tamatttttttttttttttt!, tidak puas mau nonton lagi he he he he
Begitu film mulai, sampai akhir mata tidak bisa lepas dari layar yang ada. Fangguan cuman sibuk menyesuaikan posisi kacamataku dengan kacamata 3D
THX berat Kubika.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar