Penulis : Tasaro GK
Editor : Sukini
Disain Sampul & : Rendra TH
Isi
Penata Isi : Ikhsan
Ilustrartor : Bayu Aro D
ISBN : 978-979-084-346-2
Halaman : 692
Penerbit : Tiga Serangkai
Na nyaki ngidiymany nyedpanyu bhekedhthi thedhnyakngak Nyisedhanyil
Thuyngupmany nyedpanyu ganyanyi nyadiy
Thayany woyjadpaymany ngidhilu
Nyanyidh cangimany nyebh
(mantra mendinginkan api, menaiki angin, mengguncangkan bumi, membekukan air )
Kisah mengenai Nibiru sudah dikenal penduduk Pulau Kedhalu sejak dahulu. Kisah itu sering menjadi bahan pembicaraan Empat Keparat Kecil, Dhaca Suli yang mampu menundukkan angin, Sothap Bhepami si badan sekebal baja, Nyithal Sadeth bertenaga besar, serta Muwu Thedmamu yang menguasai air serta mampu menghilang. Empat sahabat dari Pulau Kedhalu bagian selatan.
Pulau Kedhalu merupakan sebuah pulau yang unik. Keistimewaan Pulau Kedhalu adalah selubung gaib yang meolak serangan dari luar dan menawan setiap warga untuk keluar serta tradisi olah tubuh penduduknya yang mampu mendatangkan kekuatan tanpa batas. Kemampuan itu disebut Pugabha, berarti kuasa. Dengan berlatih secara disiplin serta ketat dalam waktu yang lama, Pugabha seseorang bisa meningkat menjadi kekuatan luar biasa, bisa dimanfaatkan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain atau untuk menyerang!
Ada 8 macam Pugabha, namun umumnya setiap orang hanya menguasai satu jenis saja. Sangat sedikit orang Kedahlu yang memiliki pengetahuan mengenai kehidupan di luar pulau.Secara turun temurun mereka dilatih untuk berpuas diri terhadap kehidupan yang dimilikinya. Pembagian Pulau Kedhalu juga dijabarkan dengan terinci namun tidak membosankan.
Wilayah pulau ini terbagi dalam 2 bagian besar yaitu wilayah Utara dan Selatan. Walau hidup berdampingan, namun sebenarnya penduduk kedua wilayah itu saling bermusuhan. Memang permusuhan tidak diperlihatkan secara nyata dalam ajang aduk fisik, tapi terlihat dari sikap yang diperlihatkan serta sindiran dan ejekan yang terlontar.
Kedua bagian pulau hidup layaknya saudara kembar beda nasib. Penduduk wilayah Utara hidup dengan gemerlap dan kemewahan. Jika ada yang mampu memliki 2 atau lebih Pugabha, bisa dipastikan pastilah ia orang Kedhalu Utara. Sangat kontras dengan penduduk selatan yang mengandalkan kekuatan fisik dan kesederhanaan. Selatan sendiri dibagi lagi menjadi wilayah Munyadh yang 'toleran' dengan Utara, Tedhany yang tidak mau berurusan dengan Utara, dan Sagany yang hidup terisolasi dalam kegelapan.
Warga pulau sangat mengenal kisah mengenai Nibiru sejak dahulu . Jika Nibiru muncil, semua peradaban akan hancur. Kisah itu sering menjadi bahan pembicaraan Empat Keparat Kecil, Dhaca Suli yang mamapu menundukkan angin, Sothap Bhepami si badan sekebal baja, Nyithal Sadeth bertenaga besar, serta Muwu Thedmamu yang menguasai air serta mampu menghilang. Empat sahabat dari Pulau Kedhalu bagian selatan.
Selama ini kisah Nibiru hanya digunakan untuk menakut-nakuti anak-anak. Tak ada yang menyadari jika hitungan tahunnya segera tiba! Setiap 5.013 tahun akan terjadi kebangkitan Nibiru. Kebangkitan Nibiru justru baru disadari sejak terjadi serentetan peristiwa yang menimpa Dhaca Suli. Mulai darii diserang makhluk aneh, penculikan ayahnya serta mimpi-mimpi aneh yang selalu menghantui dirinya.
Sejak saat itu dan selama sekian tahun ke depan, kita akan diajak mengikuti sepak terjang Dhaca, Sothap, Nyithal dan Muwu melindungi bumi dari kehancuran ^_^
--------------------------------------------------------------------------------------
Ribuan tahun sebelum Avatar pertama lahir, Pulau Kedhalu yang terpencil telah dihuni oleh orang-orang yang memiliki kekuatan super zaman purbakala, bernama Pughaba
Kalimat di atas merupakan salah satu daya tarik yang membuat saya memasukkan buku ini dalam tas belanja. Tentunya disamping nama besar penulis serta embel-embel diskon 30%.
Siapa yang tak mengenal Tasaro, namanya di kancah perbukuan tak bisa dipandang sebelah mata. Tasaro sebenarnya akronim dari nama pemberian orang tua penulis produktif ini, TAufik SAptoto ROhadi. Belakangan ini ada bonus "GK" dibelakang namanya. GK merupakan singkatan dari Gunung Kidul.
Sejak bertemu dalam medan laga dengan Samitha, menyelusuri romantis kisah Galaksi Kinanthi (yang mendadak membuatku menjadi melo) serta mendapat siraman rohani pada Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan, nyaris tak sabar menunggu kiprah selanjutnya.
Di mataku, penulis yang satu ini bisa dianggap penuli serba bisa. Tengok saja 3 judul buku diatas, genrenya berbeda-beda. Belakangan Tasaro juga sudah merambah rana fantasi dengan meluncurkan Nibiru. Setiap buku mengusung unsur TASARO tanpa memandang genrenya. Aku terbuai dalam kisah cinta abadi ala Tasaro dalam Galaksi Kinanthi, menjadi pendekar tanggung yang selalu membela kebenaran ala Tasaro dalam Samitha dan memulai misi panjang menyelamatkan dunia ala Tasaro bersama Dacha kawan-kawan
Secara keseluruhan ceritanya menarik. Buku ini tidak hanya menyajikan kisah fantasi namun juga meramu banyak kisah. Ada kisah romantis antara Lemathi dan Thalkay yang sungguh mengharu biru. Memberikan pengajaran agar kita selalu setia dan menerima pasangan kita apa adanya. Ada sempilan pelajaran sejarah dan pengetahuan kesehatan yang disajikan dengan apik. Tentunya kisah petualangan dan jelajah alam fantasi yang mendominasi buku ini. Ada juga pelaran astronomi yang menjadi dasar kisah Nibiru. Dalam dunia astronomi, kehancuran bumi disebabkan adanya Nibiru
Tokoh utama Dhaca sempat membuat kedua alis saya bertemu. Kesan awal yang ditampilkan sungguh mengenaskan. Dhaka digambarkan merupakan sosok anak yang bengal, malas belajar, bertingkah seenaknya, egois, sok jagoan serta keras kepala. Namun seiring dengan waktu dan peristiwa yang dialaminya, tokoh Dhaka mengalami perubahan kepribadian menjadi lebih penyabar, rajin, sopan dan tak pantang menyerah.
Tokoh yang semula saya anggap sebagai penggembira, belakangan justru memainkan peranan penting. Belum lagi banyak kisah yang justru bertolak belakang dengan kesan awal yang saya tangkap karena disajikan secara samar-samar. Tasaro tahu sekali bagaimana menyajikan kejutan-kejutan dalam buku ini.
Menurut cerita yang saya dengar, saat launching buku ini banyak yang menanyakan kemungkinan Tasaro akan mendapat tudingan meniru tokoh dan cerita fantasi yang sudah beredar terlebih dahulu. Jawabanya sungguh MUANTAP! Sedikit penulis yang mau jujur mengenai sumber inspirasinya berasal dari kisah-kisah terdahulu, Biasanya mereka selalu ingin menjadi yang pertama, Tasaro dengan kebesaran jiwa mengakui ia terinspirasi banyak kisah.
Untuk saya pribadi, pengakuan ini sungguh membantu. Kelak jika ada cerita yang menurut saya mirip dengan kisah terdahulunya, saya tak perlu mengerutkan dahi. Saya bisa menerima kemiripan itu sebagai suatu bagian kreatfitas.
Sekedar usul, untuk bisa menikmati buku ini secara maksimal sebaiknya dibaca dan dipahami dulu halaman 685 dan seterusnya yang memuat mengenai sebagian kitab di Perpustakaan Istana Kedhalu.
Tidak hanya Tasaro yang memanjakan kita dengan kisahnya, kita juga akan dimanjakan dengan ilustrasi yang menawan. Sayangnya hanya dibuat dalam porsi kecil, diletakkan di awal bab. Andai dibuatkan ilustrasi lebih besar, misalnya setengah halaman, tentunya akan membawa nuansa segar bagi buku ini
Lucu juga jika Tasaro membuat kamus Bahasa Kedhalu. Tentunya seiring jumlah buku yang kian berkembang, maka Bahasa Kedhalu yang digunakan juga berkembang.
Saat membaca buku ini Jakarta sedang dilanda hujan untuk beberapa hari. Sehingga tak mungkin buku ini dibaca diperjalanan seperti yang biasa saya lakukan. Dampaknya dibutuhkan waktu lebih lama untuk menuntaskan buku yang ciamik ini. Semoga tak butuh waktu lama menunggu kisah selanjutnya
Duh... musti dilatih nih mantra pembeku air, bisa dicoba saat hujan nanti
bravo
BalasHapus