Pengarang : Mandy Hubbard
Penerjemah : Berliani M. Nugrahani
Penyelaras : Ida Wajdi
Halaman : 307
Penerbit : Atria
Siapa yang tidak mengenal high heels, sepatu berhak tinggi. Walau tidak direkomendasikan untuk dipakai dalam waktu yang lama, namun bagi Kaum Hawa,sepatu ini seakan menjadi barang wajib yang harus berada di rak sepatu. Minimal 1 buah dengan warna standart, hitam.
Seorang teman saya, malah tidak bisa berjalan cepat dengan sepatu yang berhak rata. Aneh buat saya yang akan melepas high heels jika harus berjalan cepat, dan itu bukan jenis sepatu favorit saya. Sementara salah satu sahabat pria saya selalu terkagum-kagum melihat kaki yang menggunakan high heels. "Betapa hebatnya jari kaki perempuan, sanggup menahan beban seluruh badan" Ucapkan
Bagi Callie, high heels adalah mimpi buruk!
Bagaimana tidak! Dalam upaya menaklukan London ia membeli sepasang sepatu Prada. Bukan sembarang Prada, sepasang pumps merah dari bahan kulit paten dengan hak menjulang tinggi dan gesper yang menggemaskan. Alih-alih menjadi popular, ia malah mendapat celaka dan berada dalam keadaan yang sungguh tidak terduga!
Sepatu itu ternyata kebesaran sehingga menyulitkan ia berjalan. Saat berjalan menuju kamar hotel, hak sepatunya menyangkut di sebuah lubang jalanan, Callie jatuh dengan gaya bebas! Dunia seakan menjadi gelap! Kakinya terkilir dan ia pingsan akibat kepala membentur aspal jalan.
Namun itu bukanlah masalah besar dibandingkan apa yang terjadi saat Callie sadar. Ia bangun di sebuah hutan dan mendapati dirinya berada di London pada tahun 1815! Tahu apa ia tentang London! Jelas-jelas ia adalah seorang remaja Amerika yang sedang berlibur ke London.
Untunglah sebuah keluarga menerimanya dengan tangan terbuka. Untuk sementara ia mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu memusingkan soal sandang dan pangan. Masalahnya keluarga itu mengira ia adalah orang lain yang datang lebih cepat dari yang diharapkan.
Ternyata Callie berada di lingkungan keluarga bangsawan yang masih kuat menjalankan tradisi, suatu hal yang sangat bertentangan dengan sifat Callie. Keluarga itu dipimpin oleh Alex Thornton-Hawke, Duke of Harksbury. Berbagai peristiwa membuatnya makin merindukan rumah, minimal kamar hotelnya di London. Callie terpaksa menjalani kehidupan ala bangsawan suka atau tidak suka.
Selain persahabatannya demi Emily yang selalu bersedia membantunya, Callie juga harus berhadapan dengan sikap kaku dan angkuh dari Alex. Callie sering merasa diremehkan. Lihat saja bagaimana Alex memanggilnya hanya dengan sebutan Miss sementara seorang gadis dipanggil Lady. Bagi Callie ini merupakan wujud penghinaan Alex. "Di tempat asalku, seorang disebut Lady karena dia bersikap seperti Lady. Karena ia bersikap terhormat dan menjunjung tinggi harga dirinya. Gelar seperti itu tidak dibagi-bagikan begitu saja hanya karena keturunan" Sungut Callie panjang lebar.
Ia harus bergegas menemukan jalan kembali ke abad 21 sebelum orang yang semula ditunggu benar-benar datang! Callie berpacu dengan waktu! Sebelum semua orang tahu siapa dia sebenarnya, sebelum ia menimbulkan kekacauan yang kian parah akibat kelakuannya.
Dan sebuah kejadian kecil yang sungguh menyentuh hati membuat Callie kembali tergeletak di trotoar jalan dengan kondisi yang memalukan! Sebuah adegan kecil yang mengharukan. Saya tidak mau membocorkan apa kejadiannya, silahkan baca sendiri bukunya agar Anda juga bisa mendapatkan apa yang saya peroleh. Pelajaran tentang kehidupan yang disampaikan dengan jenaka
Ketidaksukaan sang penulis, Mandy Hubbard akan sepatu berhak tinggi membuatnya menulis cerita ini. Sungguh kisah yang menghibur. Biar bagaimana juga Mandy Hubbard terpaksa memakai sepatu berhak tinggi saat pesta homecoming setelah lulus SMA. Ketidaksukaan yang membawa berkah
Mandy Hubbard menggambarkan kehidupan di tahun 1815 secara menakjudkan, ini membuat cerita kian menarik. Misalnya saja kalimat , " ...Aku tergencet di dalam korset di bawah gaun kunonya, karena kawat-kawatnya menusukku dari balik kaosku...." Pada saat itu wanita menggunakan korset di balik gaunnya. Belum lagi gaun dibuat dengan gaya mengembang. Saya jadi membayangkan busana yang dipakai di film-film bernuansa abad delapan belas. Betapa tersiksanya para gadis di jaman itu. Ditambah anggapan memakai celana panjang yang merupakan pakaian laki-laki adalah hal yang memalukan. Sepertinya saya tidak akan cocok hidup di jaman itu.
Untuk mengenal sang penulis lebih jauh, bisa diintip di http://www.mandyhubbard.com/
Kalimat yang sangat unik dan patut dikutip dari buku ini adalah kalimat yang diucapkan oleh Sang Duke , Alex Thornton-Hawke "Semua orang punya tempat di dalam masyarakat. Akan lebih baik kalau kau menyadari dimana tempatmu" Hem.... dimana yah tempat saya dalam masyarakat ini? perlu perenungan dalam nih ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar