Pengarang : Philip Sington
Penyunting ; Zahra Ilmia & Anton Kurnia
Halaman : 525
Penerbit : Serambi
"Jika kau menginginkan buku itu, kau terlambat"
"Terlambat?"
"Buku itu sudah tidak ada padaku. Aku telah mengembalikannya"
"Buku apa yang kau bicarakan?"
Seorang gadis ditemukan tak sadar diri dan tanpa busana di tengah hutan. Tubuhnya penuh luka-luka walau tidak fatal. Dokter Brenner yang merawatnya menjamin bahwa pasien belum dalam kondisi bahaya, bahkan kondisi fisiknya cukup sehat. Walau begitu ia masih kehilangan orientasi. Karena yang ditemukan hanyalah selembar kertas
Sang gadis Einstein secara tiba-tiba tersadar dari koma dan langsung menjerit. Ia terlihat histeris, seorang suster yang berusaha menenangkannya malah mendapat ancaman tusukan dari gelas yang dibantingnya ke kepala ranjang.
Dua minggu setelah gadis ditemukan pertama kali, dokter Brenner melepaskan pasiennya yang masih belum memiliki nama untuk dirawat di Klinik Psikiatri Charite. Untuk selanjutnya gadis Einsten berada dibawah pengawasan dokter Kirsch.
Buku ini selain mengisahkan mengenai sepak terajang psikiater Martin Kirsch yang berusaha keras menyingkap kebenaran di balik kasus “Pasien E” ini, serta kisah kasihanya dengan sang gadis yang membawanya ke pedalaman Serbia, juga memberikan pengajaran mengenai ilmu fisika, terutama mengenai persamaan Einsteina yang terkenal.
Persaman Einstein mengatakan bahwa cahaya bukan gelombang, melainkan berkas partikel-partikel energi yang disebut kuanta. Seperti berondong peluru kecil, pancaran cahaya akan mampu mengelilingi ruang hampa tanpa memerlukan eter untuk membawanya. Dan tidak seperti gelombang, partikel kuanta ini memiliki massa, seperti halnya benda yang memancarkan mereka. Itu berarti, partikel kuanta ini dipengaruhi gravitasi dengan suatu cara.
Saya nyaris putus asa membaca buku ini, terutama pada bab awal. Banyak hal yang menurut saya membosankan. Namun belakangan, teruatama melewati halaman 250, semua menjadi lebih menarik dan hidup. Apalagi misteri yang ditawarkan kian jelas arahnya. Untuk itu janganlah menyerah di tengah jalan, terus membaca maka anda akan terkejut sendiri berapa banyak ilmu fisika yang sudah anda serap saat membaca buku ini
Andai saja pelajaran fisik dibuat seperti buku ini, bisa dipastikan saya tidak akan menyesal telah memilih jurusa A-1 (llmu-ilmu Fisika) saat sekolah dulu. Pelajaran fisika yang saya terima selama dua tahun, membuat saya bertanya-tanya apa gunanya saya mempelajari sesuatu yang tidak saya mengerti sama sekali. Walau akhirnya saya menemukan sebuah jawaban yang sangat sederhana, selembar ijasah yang menandakan telah lulus sekolah menengah.
Biasanya saya memang tertantang untuk melakukan atau belajar sesuatu yang menurut orang banyak sulit! Saya sudah tahu kuliah dimana serta jurusan apa yang akan saya ambil setamat sekolah,. Namun godaan untuk mengambil kelas yang katanya sulit ternyata mengalahkan akal sehat saya.
Untungnya selama dua tahun, saya punya teman sebangku yang memiliki visi dan misi yang sama dengan saya. Setidaknya usaha-usaha yang perlu dilakukan menjadi lebih ringan dan sekarang menjadi memori yang menyegarkan.
Hehe...sama, aku hampir menyerah baca buku ini. Lumayan pusing, tapi juga unik. Andai saja kita bisa belajar lewat buku ya: Dunia Sophia utk pelajaran Filsafat, The Einstein Girl utk pelajaran Fisika, dll. pasti asyik deh...
BalasHapus