Pengarang : Charlaine Harris
Penerjemah : Pujia Pernami
Penyunting : Alika Chandra & Ary Nilandari
Halaman : 400
Penerbit : Penerbit Kantera
Simak kalimat berikut ini, “ Pertama-tama, karena Gran begitu inginnya aku punya kehidupan sosial sampai-sampai sesosok vampir pun dibolehkannya menjadi temanku; kedua, aku memiliki perasaan yang mendukung ide itu; ketiga kemungkinan besar Bill bisa membaca suituasi ini; keempat, apakah vampir bisa berkencan seperti manusia?”
Lalu, “Kau tidak pernah bercukur?”
“Tidak, aku beruntung karena aku baru saja bercukur saat menjadi vampir”
Selanjutnya, “ Setelah bertahun-tahun, satu-satunya makhluk hidup yang kuinginkan mendampingiku bukanlah manusia.Kemampuan telepatiku menutup pilihanku dengan kejam. Tentu saja, kalau aku mau, aku bisa berhubungan dengan siapa pun. Tetapi, aku telah lama menanti cinta sejati”
Terakhir, “ Aku menginginkanmu” bisiknya. Entah bagaimana aku mengerti apa yang dikehendakinya karena aku menginginkan hal yang sama. Malam itu, aku benar-banar menjadi miliknya. Dan untuk pertama kalinya Bill mencicipi darahku.
Kian menggoda kan? Sebenarnya saya sudah selesai membaca buku ini beberapa hari yang lalu. Namun saat lupa mengeluaran dari tas dan membawa buku baru, maka untuk menghabiskan waktu menunggu busway iseng-iseng saya membaca acak halaman dalam buku ini. Maksudnya untuk mencari-cari hal baru yang bisa dijadikan tambahan review. Alih-alih membaca halaman acak, saya malah membaca ulang buku ini! Katrok mungkin adalah istilah yang pas! Lucunya setiap lembar yang saya baca ulang dan saya beri tanda ternyata nyaris sama dengan saat saya membaca untuk pertama kali. Sesuai dengan ungkapan Locus, " Hiburan yang membuat ketagihan"
Awalnya cover dengan gambar wajah seorang perempuan, membuat saya menduga ini pasti novel romance. Apalagi saya bukan pengguna jasa HBO sehingga tidak punya petunjuk mengenai buku yang katanya sudah difilmkan ini. Belakangan saya juga belum sempat berwisata ke toko buku sehingga tidak bisa melihat fisik buku ini serta membaca tulisan di cover belakang.
Saat "Kakak Seperguruan" saya , Barokah "Uci Ruziati mengulas buku ini dalam bentuk review yang menarik, baru saya tahu ini bukan romance picisan. Kebetulan, salah satu "Peri Buku" menghadiahi saya buku ini. Terima kasih Peri Buku * kiss & hug* Sehingga saya bisa segera tahu kalau ternyata saya salah! Ini bukan tentang romance picisan yang mendayu-dayu. Ini tentang kisah dua mahluk yang hidup dengan segudang perbedaan namun hanya dengan satu persamaan, rasa cinta, mereka bisa bertoleransi pada banyak perbedaan itu.
Di Bon Temps, New Orleans, seorang vampir bisa hidup bebas membaur dengan manusia. Keberadaan mereka secara hukum diakui dan dilindungi. Darah sintetis disajian, di bar-bar. Bahkan di beberapa tempat disediakan pelacur yang khusus melayani vampir. Tentunya ia didampingi oleh penjaga yang berjaga-jaga dengan pasak jika pelanggan kehilangan kendali. Ada juga hotel khusus untuk vampir, dimana keamanan mereka dijamin. Juga tak ketinggalan menjadi tamu di Oprah Show.
Para vampir juga tidak diburu dengan menggunakan peluru perak,pasak, air suci atau bawang. Mereka bebas berkeliaran. Para manusia juga ada yang senang berkumpul dengan vampir dan membiarkan darahnya disedot dengan senang hati. Mereka dikenal dengan istilah Fang-banger.
Semula kehidupan Sookie Stackhouse sebagai seorang pramusaji di Merlotte biasa-biasa saja sampai ia bertemu dengan Bill Compton. Sookie yang memiliki kemampuan membaca pikiran orang justru tidak bisa membaca pikiran Bill. Untunglah rasa penasarannya membuat Bill terhindar dari bahaya dikuras darahnya. Rupanya ada pasar gelap untuk darah vampir.
Sookie dan Bill menjalani kisah cinta mereka dengan penuh rasa pengertian. Sookie mengerti ia tidak bisa menghabiskan siang hari dengan Bill, memasak untuknya bahkan punya anak dari Bill. Bill mau menemani Sookie makan malam walau ia benci prosesnya, ia menolong Sookie dengan caranya sendiri. Sookie dan Bill jelas saling memuja satu dengan lainnya.
Namun nampaknya Sookie dan Bill tidak bisa menikmati kisah cinta mereka dengan tenang. Beberapa manusia ditemukan meninggal dengan kondisi yang mengenaskan, termasuk Gran. Bill, juga beberapa vampir yang tinggal disana menjadi menjadi incaran warga kota. Apalagi belakangan sebuah rumah yang terisi vampir dan seorang manusia dibakar oleh warga setempat . Hal tersebut membuat Sookie merasa khawatir akan keberadaan Bill sehingga mencari tempat tidurnya di siang hari. “ Aku meletakkan tanganku di wajahnya, menyentuh kulitnya, menyadari betapa besarnya perasaan kehilanganku bila ia tak ada”
Buku ini menawarkan sesuatu yang berbeda. Misalnya saja Sookie mengerti dan paham jika seorang vampir butuh darah manusia untuk hidup, walau sudah ada darah sintetik. Ia hanya meminta Bill untuk berburu di daerah yang jauh, yang tidak ada hubungannya dengan kota tempat tinggal mereka. Pengarang tidak membuat kisah dengan sengaja memberikan kesan Bill sama sama sekali tidak minum darah manusia. Ia membuatnya menjadi sesuatu yang memang seharusnya begitu.
Kisah kasih Bill dan Sookie, yang menjadi inti dari buku ini, juga dituturkan dengan ringan dan menghibur. Seolah-olah mereka memang sudah sewajarnya bersama dalam kasih. Walau digambarkan sebagai pasangan yang mesra namun tidak berkesan norak atau mengada-ngada.
Walau mengingatkan pada seri Twilight, yang khabarnya terinspirasi dari buku ini, namun untuk saya buku ini lebih mendekati "dunia nyata" Wajah wanita yang ada di sampul, mewakili sosok Sookie. Persis yang diuraikan di dalam buku ini.
Sepertinya review sang kakak seperguruan cocok untuk menggambarkan isi buku ini,
“ Tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan membaca novel ini, karena jalan cerita yang cukup bikin penasaran. Lelucon-lelucon Harris yang cenderung sarkastis makin menambah nuansa urban dalam novel fantasi ini, dan puncaknya ketika dia menghadirkan cameo seorang selebrita legendaris, salah satu figur publik paling terkenal di dunia-Barokah Ruziati “
*Siap-siap untuk menunggu buku selanjutnya sambil berimajinasi*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar