Sabtu, 16 Juli 2022

2022 #19: Study in Mikrolet

Penulis: Agung Al Badamy
Editor: Selfietera
Halaman: 207
Cetakan: Pertama-Oktober 2017 
Penerbit:  Phonex Publisher
Rating: 3.25/5

Hanya di tempat yang gelap sempurna, kita mampu melihat berkas cahaya.
-Study in Mikrolet, hal 105-

Buku dengan kover hitam ini juga saya peroleh dari Mas Teguh. Suatu kebetulan! Mengingat buku beliau juga didominasi dengan warna hitam. Judulnya unik, jika diterjemahkan secara harafiah menjadi Belajar di Mikrolet.

Semula saya agak ragu membaca buku ini, karena mengira termasuk buku yang biasanya dibuat untuk konsumsi remaja, ala percintaan alay. Ditambah melihat ilustrasi  mobil yang ada, jauh dari bentuk mikrolet yang dijadikan judul kisah. Jika kisahnya terkait mikrolet, kenapa ilustrasinya bukan mikrolet?

Iseng, mencoba menilik ke GRI. Ternyata ada versi lain. Ratingnya lumayan juga.  Versi yang ada di GRI sudah mempergunakan mikrolet sebagai ilustrasi. Lengkap dengan ISBN. Saya tak tahu apa berbedaan dengan yang saya miliki, namun tak ada salahnya mencoba membaca. Jika ingin mengintip versi lainnya bisa meluncur ke  sini.

Setelah Persembahan, dalam Daftar isi terlihat bahwa buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama diberi judul Undangan Kematian, yang terdiri dari beberapa sub bagian, antara lain Belajar di Mikrolet;  Petualangan Beruang Merah; Jengkol Sang Ahli Mesin; Undangan Kematian; hingga Drama Terakhir.

Sementara bagian kedua diberi judul Semarang-Sidoarjo. Terdapat 6 sub bagian, mulai dari Pak Erot;Teka-teki di Sidoarjo; Mbah Maherel, hingga Pesta Pura Durjana. Ditambah Epilog dan informasi tentang penulis.

Dikisahkan seorang pria muda-Gaston  tergesa-gesa duduk dalam mikrolet di bagian depan. Sang supir menyodorkan helm full face padanya. Suatu perbuatan yang aneh, apa gunanya helm dalam mikrolet? Ternyata memang sangat berguna jika sang supir mengemudi ala pembalap formula.

Chilock, demikian nama sang supir ternyata seorang pengamat ulung. Ia bisa mendapat informasi tentang seseorang dari hanya mengamatinya saja. Misalnya, ia tahu di mana seorang penumpang akan turun walau ia tak memberitahukan. 

Bersahabatan keduanya yang baru seumur jagung, berkembang kian menarik. Terutama ketika Gaston menemani Chilock memecahkan sebuah misteri pembunuhan atas ajakan detektif sahabatnya. Gaston yang sejak awal sudah kagum akan kemampuan deduksi Chilock kian dibuat terpesona.

Apalagi ternyata, dalam peristiwa yang sedang diselidiki tersebut, ada sosok lain yang juga memiliki kemampuan deduksi seperti Chilock. Sayangnya keduanya ternyata memiliki urusan dimasa lalu yang kurang menyenangkan.

Bagian pertama cukup menghibur. Misteri yang dibuat lumayan membuat penasaran, walau ada beberapa hal yang membuat saya harus membaca ulang beberapa uraian.  Terutama pada bagian pemecahan. Ada penjelasan yang mendadak begitu saja muncul, padahal sebelumnya tak pernah disinggung.

Sementara untuk bagian kedua, entah bagaimana meski disebutkan memang perlu dibuat, kesannya terlalu dipaksakan. Kalau pun harus dibuatkan bagian khusus yang membahas tentang salah satu sosok dalam kisah, tak perlu melebar menjadi sekian banyak halaman.

Semangat membaca  saya yang semula begitu berkobar-kobar, langsung luluh ketika membaca bagian kedua. Seakan penulis berupaya menunjukkan kemampuan menulisnya melalui  penjelasan banyak hal sedetail mungkin. Padahal ada beberapa hal yang sebaiknya dibiarkan begitu saja.

Asal mula kedua tokoh utama juga diuraikan dalam buku ini. Termasuk apa yang membuat Gaston mendadak bisa berada dalam mikrolet yang dikemudikan oleh Chilock. Keberanian Gaston untuk menerima tawaran tinggal sementara di tempat Chilock menunjukkan betapa  galau dan kacau perasaannya, hingga mau diajak tinggal bersama orang tak dikenal.

Kisah dalam buku ini, mengingatkan pada pasangan Watson dan Holmes, serta  persahabatan antara Kapten Arthur Hastings dan Hercule Poirot.  Alamat kost Chilock disebutkan Jalan Bakery nomor 122A, kamarnya berada di lantai 2. Sementara itu  Inspektur Gembret sahabatnya, mengingatkan pada Inspektur Japp.

Tapi, ada juga bagian yang mengingatkan saya pada Detektif Kogoro Mouri yang  dikenal sebagai Kogoro Tidur karena dianggap memecahkan misteri sambil tidur. Ia merupakan karakter fiksi dalam anime dan manga Detektif Conan. Meski Poirot juga melakukan pemaparan misteri dengan gaya mengumpulkan semua orang yang dianggap terlibat.

Jelas tidak bisa menyalahkan penulis jika mengambil ide dari kedua pasang tokoh detektif kenamaan tersebut. Para pencinta kisah detektif sudah sangat akrab dengan sosok keduanya. Seakan-akan detektif harus memiliki pendamping. Seperti Kapten Kosasih dan Gozali, karya S. Mara Gd. Kesempatan menerjemahkan karya Agatha Christie membuat beliau mampu menciptakan duo sosok tersebut dengan apik.

Ditambah lagi, pada kover bagian dalam ada  tulisan Penelusuran Benang Merah. Selain menunjukkan bacaan seperti apa yang digemari penulis, hal ini bisa dianggap  menunjukkan  siapa penulis kisah misteri yang mempengaruhi karyanya.

Dalam Goodreads disebutkan bahwa Penelusuran Benang Merah adalah buku pertama dari serial Sherlock Holmes karangan Arthur Conan Doyle. Dalam buku tersebut, pertama kali Dr. Watson bertemu dan berkenalan dengan Holmes. Dalam buku ini demikian juga, pertama kalinya Gaston bertemu dengan Chilock. 

Dengan judul asli A Study in Scarlet, kisah yang terbit pertama kali tahun 1887  di Beeton's Christmas Annual, bisa disebut sebagai kisah detektif pertama kali yang memperkenalkan manfaat kaca pembesar sebagai alat  bantu dalam melakukan penyelidikan.

Pada situs berikut, disebutkan bahwa cerita detektif memiliki ciri khas, yaitu ragam cerita yang mengungkapkan rahasia suatu pembunuhan. Dalam cerita detektif pertama-tama harus ada mayat atau peristiwa kematian sebagai hasil kejahatan (crime) atau pembunuhan. Untuk mencapai efek ketegangan, dalam alur pokok cerita detektif selalu diselingi flashback, yakni secara bertahap diperlihatkan apa yang menjadi motif pembunuhan dan siapa pelakunya.

Selanjutnya disebutkan bahwa dalam proses pengungkapan rahasia itu terlebih dulu diciptakan konflik berupa kesimpangsiuran atau keragu-raguan tentang siapa pelaku pembunuhan. Setiap orang yang pernah berhubungan dengan korban tak luput dari sasaran kecurigaan. 

Di akhir cerita baru ditunjukkan bahwa ternyata pelaku pembunuhan bukan orang yang disangka-sangka. Ia bisa orang terdekat dengan korban, salah satu anggota keluarganya, anak wayang yang belum balig, orang yang sudah tua renta, dan sebagainya dengan berbagai alasan yang sangat berkaitan dengan kejiwaan yang mengalami gangguan (pathologist).

Di tanah air, angkutan kota-angkot dimulai pada tahun 1943, zaman penjajahan Jepang. Tujuan semula adalah agar warga bisa bepergian dengan kendaraan bermotor.   Dalam KKBI, mikrolet/mik·ro·let/ /mikrolét/ adalah  alat angkutan umum penumpang di kota (mirip mikrobus). Mikrolet merupakan singkatan dari mikro oplet.

Hem..., jika dalam buku ini kedua tokoh utama saling bertemu, apakah ada kemungkinan muncul buku-buku selanjutnya? sayang saja jika potensi yang ada tidak diasah dan dikembangkan secara optimal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar