Selasa, 07 April 2020

2020 #17: Kisah Hilangnya Sang Pangeran



Judul asli: Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin
Penulis: Mark Twain & Philip C. Stead
Ilustrasi: Erin Stead
Penerjemah: Ingrid Nimpoeno
Penyunting: Yuli Pritania
ISBN: 9786232420809
Halaman: 156
Cetakan: Pertama-Januari 2020
Penerbit: Noura Books
Harga: Rp 98.000
Rating:3.25/5

"Biji-biji ini hanya boleh ditanam dalam keadaan sangat genting. Lalu, tunggu hasilnya dengan percaya diri. Biji-biji ini harus ditanam pada musim semi, disiram pada saat fajar dan tepat tengah malam. Rawatlah terus-menerus, pertahankan hati yang murni. Hindari keluhan. Ketika sekuntum bunga muncul, santaplah. Itu akan mengeyangkanmu, dan kau tidak akan pernah merasakan kekosongan lagi."

~Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin~


Punya seorang ayah yang jago mengarang memang menjadi keuntungan tersendiri bagi anak-anaknya. Demikian juga bagi putri-putri Mark Twain. Mereka memilih sebuah gambar lalu meminta sang ayah bercerita berdasarkan gambar tersebut.


Suatu ketika mereka memilih gambar anatomi tubuh dan meminta sang ayah menceritakan sebuah kisah. Guna menghibur keduanya, Mark Twain membuat kisah tentang Johnny si bocah ajaib yang memiliki biji sihir. Sayangnya kisah itu hanya berupa draf saja, Twain tak sempat menyelesaikannya menjadi sebuah kisah utuh.

Berkat  campur tangan  Pbilip serta Erin Stead, kisah tersebut bisa diselesaikan hingga menjadi sebuah buku  cantik. Keduanya telah memenangkan  Caldecott Medal melalui A Sick Day for Amos McGee. Info lebih lanjut tentang penghargaan tersebut bisa dilihat di 
sini.

Buku yang terdiri dari  11 bab dengan aneka ilustrasi yang menawan, mengajak kita menikmati sebuah kisah unik.  Tentang seorang anak laki-laki bernama Johnny tinggal bersama kakeknya dan seekor ayam betina yang memiliki nama unik, Wabah dan Kelaparan. 

Suatu ketika sang kakek memerintahkan Johnny untuk menukar ayam dengan sesutu yang bisa mereka makan. Alih-alih makanan, Jhonny malah menukarkannya dengan biji-biji berwana biru. Petualangan tak terduga  dimulai sejak ia menerima biji tersebut.

Sesuai instruksi, ditanamnya biji-biji dengan penuh kasih sayang. Ia berharap dari biji-biji tersebut tumbuh sesuatu yang bisa menyelesaikan urusan perutnya selama ini. Tak sabar ia menunggu saatnya panen tiba. Ternyata Biji-biji tersebut membuatnya bisa memahami bahasa hewan. 

Semula ia hanya merasa senang dan bahagia bisa hidup dan bercakap-cakap dengan banyak hewan. Ia tak mengira pengetahuan tersebut tenyata  berguna untuk memenangkan sayembara mencari Pangeran Oleomargarin yang hilang. Bukan tugas yang mudah, tapi Johnny mendapat bantuan dari para hewan.

Maafkan ingatan saya yang agak lambat. Kisah Johnny  menukarkan ayamnya dengan dengan biji yang dianggap tidak berharga oleh sang kakek, membuat saya berusaha mengingat kisah yang serupa. Tentang seorang suami yang menukarkan barang bawaannya dengan sesuatu sepanjang perjalannya ke pasar. 

Sementara bagian Johnny mampu memiliki keahlian bisa bahasa hewan, menyeret pikiran saya pada kisah Dr Dollitle. Meski berbeda kisah namun kemiripannya terlihat. Terutama bagian dimana para hewan bersatu membantu Johnny.

Bagi mereka yang menyukai kisah dengan tema binatang, maka buku ini sangat layak dijadikan koleksi. Apalagi dengan buku yang dicetak secara hard cover, buku ini akan menjadi koleksi yang menarik terutama bagi mereka yang menyukai karya-karya Mark Twain.

Sebenarnya saya tidak yakin apakah kisah ini bisa dinikmati oleh anak-anak. Meski ilustrasinya sangat memanjakan mata, namun urusan kalimat yang tersusun menjadi kisah sepertinya perlu mendapat pertimbangan ulang.

Jelas bukan salah penerjemah. Kita memang tidak bisa berharap mendapatkan kisah yang spektakuler dari kisah yang diselesaikan oleh orang lain. Apa lagi penulis awal dan yang menyelesaikan sama sekali tak pernah bertemu (jelas itu!) sehingga persepsi keduanya tentang suatu hal belum tentu sama.

Mungkin juga karena pada beberapa bagian kisah diselingi dengan  diskusi imajiner antara Mark Twain dengan Philip Stead. Bagian ini agak mengganggu kenikmatan membaca. Mungkin maksudnya agar pembaca bisa paham mengapa bagian tersebut dibuat demikian.

Untunglah ilustrasi yang sungguh menawan mampu menutupi segala kekurangan yang ada. Gambar yang ada seakan hidup. Saya bahkan merasa dari tiap ilustrasi yang ada, penbaca bisa menciptakan sebuah kisah pendek sendiri.

Jika Anda termasuk orang tua yang masih membacakan kisah bagi anak sebelum tidur, buku ini bisa dijadikan pilihan sebagai buku dongeng sebelum tidur. Bisa saja Anda justru terinspirasi dengan gambar yang ada dan penciptakan sebuah kisah versi Anda dan anak.

Walau dicetak dengan huruf dan gambar timbul pada kover, latar belakang warna putih memberikan kesan yang agak suram. Andai dibuat dengan memilih latar yang lebih cerah, tentunya akan makin menarik untuk dilihat. Anak-anak juga akan makin menyukainya.

Terlahir dengan nama  Samuel Langhorne Clemens  pada 30 November 1835. Ketika Perang Saudara pada tahun 1860, ia memutuskan mengubah namanya menjadi Mark Twain yang berarti dua depa dalamnya, sebuah istilah yang dipergunakan awak kapal sungai bila mengukur kedalaman air.

Mark Twain meninggal 21 April 1910 pada umur 74 tahun. Beberapa karyanya yang paling terkenal adalah The Adventures of Huckleberry Finn, The Adventures of Tom Sawyer, The Prince and the Pauper, A Connecticut Yankee in King Arthur's Court serta satu buku non fiksinya, Life on the Mississippi.

Sumber gambar:
Buku Misteri Hilangnya Pangeran Oleomargarin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar