Kamis, 24 Mei 2018

2018#12: Aroma Karsa, Ketika Harum Menguasai Jiwa




















Judul : Aroma Karsa
Penulis : Dee Lestari
Penyunting : Dhewiberta
Halaman: 710
Cetakan: Pertama-2018
Penerbit : Penerbit Bentang
Harga: Rp 125.000
Rating: 4/5

Sumebaraken wangi wang ikang pinilihnya sira juga.
Dateng sirapan pinituhu de wadwanira

Hal pertama yang membuat saya tergoda dengan novel ini adalah urusan hidung. Maklum untuk yang ini saya bisa dikatakan kurang beruntung. Penciuman saya tidak peka, malah sering mengalami pilek jika udara dingin. Bayangkan betapa tersiksanya saya jika harus bertugas dan tidur di hotel! Apa lagi jika teman sekamar saya tahan dingin.

Walau sudah dibeli lama, tapi buku ini masih jua dalam daftar timbunan. Gara-gara tidak bisa tidur, iseng ambil timbunan terdekat. Ternyata buku ini. Dan akhirnya saya malah baru tidur jam 3.30 pagi setelah menamatkan kisahnya. Tinggal bikin reviewnya yang agak2 lola (maklum saya sedang malas membuat sesuatu, lebih konsen pada babat timbunan). Nganu, jika Anda membaca ini artinya urusan lola saya sudah  (agak( teratasi ^_^.

Membuka halaman awal,  saya mengira akan menemukan kisah tentang perebutan perhatian dari sang penguasa melalui kosmetik racikan sendiri yang berbau sangat harum. Melewati beberapa bab, saya meralat dugaan awal dan memunculkan praduga ini kisah tentang intrik dalam dunia kosmetik, parfum tepatnya.

Ternyata saya salah (hal yang sangat jarang terjadi). Ini bukan hanya sekedar kisah tentang parfum semata, tapi lebih dari itu. Ada tentang keutuhan keluarga, pengorbanan seorang ibu, ambisi demi kekayaan dan kejayaan, serta dendam dari masa lalu. Makin kebelakang kisahnya makin seru. Akhirnya kisah malah membuat saya berandai-andai. Adakah sambungannya? Berharap begitu.

Dimula dengan gambaran bagaimana hidung Raras kecil sudah terbiasa dengan bau wangi melati dan cendana serta dongeng eyang putri tentang sekuntum bunga yang wanginya tiada  tara, Puspa Karsa. Konon  kekuatannnya melebihi segala sihir dan kesaktian. Hikayat menyebutkan bahwa  selang ratusan tahun   Puspa Karsa akan muncul. Dan dalam dan tiap permunculannya  akan mengubah tata nusantara. Sungguh dasyat.

Mungkin memang sudah begitu jalan yang harus ditempuh keluarga Raras. Saat muda tanpa sengaja eyang putri menemukan rahasia mengenai Puspa Karsa dan telah membuktikan kemampuan wanginya yang maha dasyat. Tongkat estafet sudah dialihkan, sekarang saatnya Raras untuk mencari keberadaan bunga tersebut dan memanfaatkan sebaik mungkin.

Bukan hal yang mudah, untuk itu dibutuhkan orang-orang dengan penciuman yang tajam. Seperti pesan eyang putri, bukan "di mana"  harus mencari tapi "siapa" yang terpilih untuk mencari. Dengan segala upaya, Raras berhasil membuat Jati Wesi si Hidung Tikus dan  Tanaya Suma membantunya mencari keberadaan bunga tersebut. 

Sebuah usaha yang membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang tak bisa dikatakan sedikit. Untungnya berkat usaha eyang putri saat muda, Raras memiliki dukungan finansial yang kuat.  Mulai dari sekedar penelusuran  literatur hingga  ekspedisi ke Gunung Lawu. Apakah keduanya berhasil? Baca yaaa.
Tak banyak kritik yang bisa dilontarkan untuk buku ini. Riset yang dilakukan penulis tentang cara meracik parfum, suasana di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang dan jalur pendakian Gunung Lawu telah mempu membuat beberapa hal yang semula tidak lengkap menjadi utuh dan saling terkait dengan manis. Saya sempat merasa jangan-jangan Graha Royal Bekasi yang disebutkan dihalaman 29 memang benar-benar ada (eh ada tidak ya? Saya coba cari melalui mbah G kok tidak ada).

Sementara beberapa saltik telah diberikan ralatnya.  . Bagi yang belum membaca ralat, silahkan ke sini. Meski demikian, saya masih belum paham kalimat yang ada di halaman 637. Disebutkan," Terjulur iabelum panjang hingga ke lantai gua." 

Pemilihan judul juga sudah sangat pas dengan isi kisah. Dalam Bausastra Jawa-Indonesia karangan S. Prawiroatmodjo, karsa bisa dimaknai sebagai maksud:suka, mau. Sementara dalam KKBI, karsa bermakna sebagai daya (kekuatan) jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak;  kehendak; niat. Maka Aroma Karsa bisa dimaknai sebagai keharuman yang memiliki kekuatan untuk membuat orang yang mencium mengikuti kehendak si penebar aroma.  

Selama membaca buku ini, ada Tiga hal utama yang selalu melintas dalam ingatan saya. Pertama, pada beberapa bagian, secara spontan langsung menggiring ingatan saya pada seorang pengusaha kosmetik sukses yang membuat rahasia kecantikan putri keraton menjadi konsumsi publik. Mungkin beliau hanya sekedar inspirasi bagi sang penulis, atau pelengkap semata, tapi mau bagaimana lagi, sosok beliau seakan pas dengan  tokoh eyang putri dalam kisah ini (tanpa sisi terkait mencuri tentunya).

Selanjutnya, urusan parfum alias minyak wangi langsung mengingatkan saya pada salah satu novel terbitan Dastan (sayang sudah bubar penerbit ini) dengan judul Perfume: The Story of an Exotic Murder.  Bedanya Jati Wesi mempergunakan keahliannya untuk membantu orang lain, sementara dalam buku ini justru membuat orang menderita. Lengkapnya simak di sini.

Terakhir, berkaitan dengan kemampuan penciuman kedua tokoh yang bisa dikatakan spektakuler. Pada situs https://hellosehat.com, disebutkan bahwa manusia bisa mengenal bau sedemikian banyak. Tak heran jika Jati dan Suma mampu mengenal berbagai macam bau. Disebutkan juga bahwa hidung membentuk suara. Saya jadi paham kenapa suara saya sumbang he he he. Jadi penasaran kalau kedua tokoh kita bernyanyi, kira-kira suaranya seperti apa ya.

Selain urusan kisah romantis yang dibangun untuk mendukung cerita perburuan Puspa Karsa, saya pastinya mendapat tambahan pengetahuan seputar bau. Bahwa segala sesuatu memang ada baunya, hanya kita bisa atau tidak mencium dan mengenalinya. Sebagai contoh wangi bunga pepaya jantan  pada malam hari bisa menyerupai  wangi bunga kantil. Banyak yang langsung menghubungkan dengan kehadiran sosok tante kunti.

Sumber :http://kabare.id
Selagi asyik membaca, saya menemukan ada beberapa hal yang agak janggal. Pada halaman 104  disebutkan bahwa Suma memelesat di balik kursi roda, lalu mendorong ibunya mendekat ke meja. Lalu di halaman 148 tercetak mengenai Raras yang mengemudikan kendaraan itu dengan terampil menembus gelap malam. Sementara di halaman 149 tertera Raras melangkah masuk dengan bantuan tongkat. Jadi bagaimana kondisi Raras sesungguhnya? Pada halaman 164 baru saya temukan jawabannya, ternyata....

Oh, ya, dalam buku ini Dee menyebutkan tentang dua hal favorit saya, teh (walau brand yang disebut Goal Para di halaman 42) dan snack berupa Roti Kecik (di halaman 459). Secara tak langsung kedekatan emosial saya membuat saya  seakan bisa mencium bau uap dari teh hangat yang baru diseduh dan roti kecil yang terhidang di piring kecil.

Untuk para tokoh, sebenarnya saya paling menyukai sosok eyang putri. Rasa ingin tahu yang begitu besar membuatnya jadi mengerti berbagai hal terkait adat dan perilaku dalam keraton. Suatu hal yang mempermudah perjalanan hidupnya bersama suami yang keturunan bangsawan.

Rasa ingin tahu juga yang membuat eyang putri bisa mengetahui tentang Puspa Karsa dan menjadikannya sebagai seorang pengusaha yang tangguh. Mungkin, Puspa Karya memang sudah memilih eyang putri untuk membaui keberadaannya. Siapa yang bisa menduga.

Pada situs resmi bukukita, disebutkan bahwa Dewi Lestari, dikenal dengan nama pena Dee Lestari, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Debut Dee dalam kancah sastra dimulai pada 2001 dengan episode pertama novel serial Supernova yang berjudul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.  Serial Supernova konsisten menjadi bestseller nasional dan membawa banyak kontribusi positif dalam dunia perbukuan Indonesia.

Sumber gambar:
http://kabare.id
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar