Jumat, 11 Januari 2013

The Eyes of The Dragon


Pengarang : Stephen King
Alih Bahasa : Rosemary Kesauly
Desain sampul : Ratu Lakhsmita Indira

ISBN: 9789792258321
Halaman:  472 


Tak ada ada semburan api dari mulut naga

Tak ada pangeran gagah berani dengan pedang sakti
Apalagi pertempuran!


Judul buku menyebutkan soal naga, namun butuh sekian lembar untuk mengetahui asal muasal judul ini serta makna apa yang terkandung.

Ceritanya sungguh sederhana, setidaknya bagi saya. Setelah sekian lama dikelilingi oleh sihir, makhluk fantasi, kekuatan gaib dan sejenisnya kisah ini menjadi  terkesan sangat sederhana. Tapi justru kesederhanaan yang ditawarkan ternyata mampu diolah sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang menarik.

Alkisah di Kerajaan Delain, Raja Roland  baru menyadari bahwa pada usia lima puluh tahun belum ada calon pewaris kerajaan. Selama ini sang raja belum menemukan sosok wanita yang tepat. Dengan segala daya upaya pihak kerajaan berhasil menemukan enam orang calon  yang layak menjadi ratu.

Kehormatan menjadi ratu jatuh pada Sasha yang berusia tujuh belas tahun. Sang raja tertarik justru pada kepolosan serta keceriaannya. Tak butuh lama untuk menghadirkan Peter. Lima tahun kemudian Thomas hadir. Konon sang ibu meninggal karena melahirkan. Penyebabnya silahkan ditemukan sendiri oleh para pembaca dalam buku ini.

Tak banyak yang tahu bahwa di balik semua peristiwa yang terjadi di istana ada seorang aktor intelektualnya, Flagg sang penyihir sekaligus penasehat raja. Flaag sangat membenci Ratu Sasha terutama karena sang raja lebih mendengarkan saran-sarannya yang dibuat dengan mempertimbangkan unsur kemanusiaan. Namun begitu, Flagg tetap memberikan ramuan bagi sang raja agar seorang bahkan lebih pewaris kerajaan bisa hadir melalui rahim Sasha.
  .
Peter dibesarkan dengan gaya yang berbeda oleh sang ibu. Ia diijinkan bermain dengan rumah boneka sang ibu. Rumah boneka itu sebenarnya hadiah pernikahand ari sang raja. Ia ingin menyenangkan permaisuri  yang masih belia. Rumah boneka itu bukan rumah boneka biasa. Seluruh peralatan yang ada merupakan ukuran mini dari yang sesungguhnya, dan hebatnya lagi bisa digunakan seperti aslinya. Peter bisa duduk berjam-jam di depan rumah boneka itu.

Sebagai calon raja, Peter juga mempelajari banyak hal seperti sejarah serta memanah. Dari sang ibu ia diajarkan segala hal tentang tata krama, sesuatu yang sering diabaikan oleh para bangsawan di sana. Terutama sekali soal Table manner.

Table manner mengharuskan seseorang untuk makan sesuai dengan aturan. Hal ini dikarenakan sang ibu sering melihat betapa kacaunya kesopanan para bangsawan saat makan, bahkan sang raja pun kadang bersikap sembrono. Salah satu hal utama yang paling diingat Peter adalah penggunaan serbet makan. Saat pelayan pribadinya lupa membawakan serbet, Peter menjadi sangat marah. Selama ini nyaris Peter tidak pernah bersikap marah apalagi kasar. Ia menegaskan bahwa setiap kali makan harus ada serbet makan yang disediakan baginya. Suatu kebiasaan yang menyelamatkan dirinya kelak.

Peter juga mendapat banyak pengajaran mengenai sikap dalam kehidupan. Sosok sahabatnya adalah  seorang pria dri golongan  biasa, Ben Staad. Bagi Peter seakan itu bukan masalah.Perkenalannya dengan Ben di Pesta Kebun  Tahunan Petani saat ia berusia delapan tahun membuat keduanya menjadi sahabat sejati. Peter dan Ben menjadi pemenang balap karung kaki tiga.

Saat semua orang menduga Peter akan segera menggantikan ayahnya yang mangkat, terjadi banyak kejadian luar biasa yang terjadi. Mulai dari adanya dugaan pembunuhan sang raja, pencarian barang bukti hingga akhirnya penahanan Peter dan pengangkatan Thomas sang adik sebagai raja.

Terima kasih kepada Flaag, Thomas sukses menjadi raja boneka. Rasa iri yang timbul tanpa sengaja membuatnya merasa tersisih. Thomas selalu merasa seluruh istana bahkan negeri memuja sang kakak dan membencinya karena kelahirannya membuat sang ratu meninggal. 

Sekali lagi, setan berada di waktu dan kondis yang tepat! Thomas seharusnya dikasihani karena tak bisa membedakan lagi mana yang baik dan benar, bagaimana bersikap dan karena ia menjadi seorang pengecut! menyembunyikan sebuah fakta penting tentang pembunuhan sang raja.
 
Secara keseluruhan buku ini menawarkan kesenangan membaca yang berbeda.  Penulis menggunakan sosok narator, membuat kita seakan sedang mendengarkan dongeng menawan. Terjemahan yang menawan membuat saya sangat nyaman membaca kisah ini. Segala sesuatunya menyatu dengan tepat. Kadang sebuah kisah menarik justru tidak enak dibaca saat sudah mengalami alih bahasa.

Setiap hal dalam kisah ini memiliki benang merah. Misalnya sosok Anna Crookbrows dengan putranya.
Pada usia dua puluh tahun, putranya menderita Penyakit Gemetar, penyakit yang membuat si penderita mati dalam kondisi kesakitan luar biasa. Guna menyembuhkan sang putra maka Anna mohon bantuan  Flagg. Sebuah bantuan dengan imbalan saat Flagg "menagih" bayaranya apapun itu Anna tak bisa menolaknya. Kelak hal ini berhubungan dengan proses kelahiran Thomas.





Sumber Gambar:
http://www.examiner.com/article/stephen-king-says-twilight-author-stephenie-meyer-can-t-write-worth-a-darn


http://akomodasi-perhotelan.blogspot.com/2012/11/gambar-napkin-folding-melipat-serbet.html

2 komentar:

  1. Mba Truly, reviewmu membuatku menginginkan buku ini. Masukin wishlist dulu aaah~
    eh, ini ga berseri kan novelnyaa?

    BalasHapus
  2. Jadi, kenapa judulnya mata naga mbak? Hehe..

    BalasHapus