Judul asli: The Book Censor's Library Penulis: Bothayna Al-Essa
Penerjemah: Zulfah Nur Alimah
Penyunting: Andya Primanda
ISBN:
9786238371471
Halaman: 308
Cetakan:
Pertama-Juli 2025
Penerbit: Baca
Harga: Rp 105.000
Rating:3.25
Tidak ada yang bisa membendung imajinasi....Imajinasi akan meledak menghasilkan, melahirkan Geppetto, Alice, Bung Besar, Zorba.
-hal 287-
Di sebuah negara antah berantah, ada kebijakan mengatur buku yang dapat diterbitkan melalui Lembaga Sensor. Hanya buku yang mengumbar janji kesuksesan, kekayaan, serta kebahagiaan tanpa usaha nyata yang beredar. Sedangkan buku yang memuat tentang 3 tabu besar akan dilarang beredar. Tiga tabu besar tersebut adalah Tuhan, pemerintah, dan seks. Kisah-kisah yang tak masuk akal, seperti Alice in wonderland juga dilarang. Seseorang bisa ditangkap karena membaca buku.
Mereka yang bekerja sebagai auditor menjalani kehidupan mewah, padahal tugasnya sangat sederhana, mendatangi toko buku yang dilaporkan menjual buku terlarang lalu menyitanya. Jika memang membutuhkan, mereka bisa memanggil polisi. Mereka dianggap sering berhadapan dengan mara bahaya karena berhadapan langsung dengan para penjahat intelektual, bahkan kaum posisi yang menyebut dirinya sebagai Karkata. Itu sebabnya menghasilan mereka lebih besar dibandingkan yang lain.
 |
https://www.goodreads.com/book/show/ 241987373-a-biblioteca-do-censor-de-livros |
Tokoh utama dalam kisah ini adalah seorang pria berkeluarga yang memiliki seorang anak perempuan. Ketika awal ia bergabung dengan lembaga Sensor sebagai Penyensor Pemula, tugasnya hanya menemukan kata yang dianggap melanggar pada sebuah buku. Sebagai contoh ia berhasil menemukan kata internet pada sebuah buku, maka buku tersebut akan dilarang beredar.
Suatu ketika, ia mendapat tugas untuk melakukan sensor pada buku Zorba The Greek. Setelah melakukan sensor, ia mulai menyadari suatu hal, bukan buku yang harus diperangi tapi kebiasaan membaca. Membaca adalah kebiasaan buruk. Dengan membatasi akses, maka orang akan berhenti membaca.
Sejak membaca Zorba the Greek, segala tak menjadi sama lagi. Buku itu membangkitkan rasa penasaran, juga membuka hati pada rangkaian kata yang ada dalam buku. Jiwanya yang selama ini terasa hampa, mulai menemukan sesuatu yang berbeda dalam menjalani kehidupan.
Tak hanya menjadi mempertanyakan sistem yang selama ini berlaku terkait penyensoran buku, ia juga berteman dengan seseorang yang diam-diam menyimpan buku yang dilarang beredar. Tidak hanya itu, ia bahkan membiarkan anaknya berteman dengan salah seorang petugas yang dengan senang hati membacakan aneka dongeng untuk anak-anak! Suatu pelanggaran berat.
 |
https://www.goodreads.com/ book/show/51714048 |
Belakangan, ia naik jabatan sebagai pengawas. Alih-alih memusatkan pikiran dan tenaga pada tugas barunya, tokoh kita malah mengalami dilema. Apalagi ketika tahu nasib buku-buku yang dicekal, dikumpulkan selama setahun untuk kemudian dibakar hingga tak tersisa pada Hari Pemurnian.
Sebuah kisah yang menarik!
Akhir kisah sudah tak terduga. Pembaca tak akan mengira bagaimana kisah ini berakhir. Pada beberapa bagian, saya merasakan menemukan kesamaan dengan tokoh dalam kisah ini. Bagaimana menyelamatkan buku yang terbengkalai dan mencarikan rumah baru.
Bedanya, di sana, berpikir adalah tugas pemerintah. Itu sebabnya ada larangan membaca buku tertentu, dikhawatirkan setelah membaca akan berpikir dan menimbulkan kekacauan. Sementara di sini, membaca dan mengembangkan pikiran adalah hal yang sangat perlu dilakukan oleh setiap individu.
Walau demikian, saya sempat merasa bingung membaca beberapa bagian dalam buku ini. Seakan ada bagian yang tidak berhubungan. Ada juga kalimat yang rasanya membingungkan hingga harus dibaca lebih dari 1 kali untuk memahami maknanya.
 |
https://www.goodreads.com/book/show/ 231488637-la-biblioteca-del-censore-di-libri |
Seram rasanya membayangkan ada tempat dimana imajinasi merupakan hal yang dilarang. Kehidupan bisa menjadi menjemukan. Segala hal berjalan dengan monoton, tidak ada hal baru yang dilakukan atau ditemukan.
Pada bagian belakang buku memang tidak tercantumkan berapa usia yang diperbolehkan untuk membaca buku ini. Sekedar saran, ada bimbingan orang tua untuk anak-anak yang membaca buku ini supaya bisa memberikan pengertian dan arahan pada beberapa bagian yang rasanya tidak cocok untuk dibaca anak-anak.
Saya jadi membayangkan bagaimana teman-teman penggemar kisah fantasi jika hidup di sana. Mencari buku yang isinya tentang hal diluar nalar untuk dibaca adalah kejahatan, apalagi menuliskannya. Jangan-jangan mereka akan bergabung dalam kaum oposisi untuk bisa mendapatkan bahan bacaan.
Dan saat Hari Pemurnian, dimana dalam 1 hari tersebut setiap orang diperkenankan melakukan hal-hal yang tidak biasa, mereka akan berkeliaran menggenakan kostum tokoh fantasi dari buku. membuat para petugas Lembaga Sensor gatal untuk menangkap.
 |
https://www.goodreads.com/book/show/ 175678711-the-book-censor-s-library |
Begitu pembaca membuka bagian yang memuat judul setiap bab, terbayangkan keseruan kisah seperti apa yang akan ditemui. Misalnya saja Pergi ke Negeri Ajaib, Dari Boneka Kayu Menjadi Keledai. Ilustrasi yang ada sungguh menarik. Sayangnya tidak banyak.
Namanya saja buku dengan tema terkait buku, tentunya ada beberapa buku lain yang juga terbawa sebagai bagian dari kisah. Selain Zorba The Greek, ada juga 1984, Fahrenheit 451, Pinokio, The Wizard of Oz, dan Alice in Wonderland.
Tiba-tiba saya ingat akan sebuah seri terjemahan dari penerbit lokal yang bisa dikatakan memiliki kisah "bersaudara" dengan buku ini. Judulnya Library War dari Hiro Arikawa, yang juga sudah diangkat menjadi film layar lebar pada tahun 2013 lalu.
Sementara bagian pembakaran buku membuat saya teringat pada peristiwa pembakaran buku tahun 1930 oleh N4z1. Saat itu, buku-buku yang dianggap bertentangan dengan ideologi dan pandangan N4z1 akan dibakar.
Sang penulis, Bothayna El Essa merupakan seorang wanita penulis dari Kuwait yang lahir pada 02 September 1982. Ia juga memiliki penerbitan dan sering mengajar lokakarya untuk penulisan kreatif.
Pada tahun 2024, buku ini mendapat penghargaan National Book Award Finalist for Translated Literature. Sedangkan tahun 2025 memperoleh ALTA National Translation Award Nominee for Prose, The Rooster -- The Morning News Tournament of Books Nominee for Shortlist.
Sumber gambar:
https://www.goodreads.com/