Senin, 30 Juni 2025

2025 #12: Si Bengal Pai dan Kisah Lainnya

Judul asli: Cerita Si Pai Bengal dan Cerita-Cerita Lain
Penulis: Nasjah
ISBN: 9796907968
EAN: 9789796907960
Halaman: 100
Cetakan: Ketujuh-2014
Penerbit: PT Balai Pustaka
Rating: 3/5

Entah berapa ratus bahkan jutaan kali kalimat, " Jangan menilai buku dari kovernya," disampaikan,  tapi tetap saja, kadang kover menjadi alasan untuk membeli sebuah buku. Saya misalnya. Gara-gara tertarik melihat kover Little Women versi lain, keterusan membeli hingga berjumlah 300-an. Demikian juga dengan buku ini.

Melihat buku ini pada acara di Balai Pustaka beberapa waktu lalu. Warna kuning yang dijadikan sebagai latar kover  langsung menarik perhatian. Ditambah dengan sosok anak kecil yang mempergunakan seragam Sekolah Dasar. Dari mimik wajah serta cara berpakaian, bisa diambil kesimpulan, tanpa bermaksud menyamakan semua anak, ia adalah anak yang  "berbeda". Mengikuti kata yang dipilih penulis, bengal. Tapi selalu ada hal yang unik dari dalam diri anak, mungkin saja orang disekitarnya belum menemukan apa kelebihannya.

Tokoh utama dalam kisah Si Pai Bengal, adalah seorang anak laki-laki bernama Rivai. Nama yang bagus, tapi orang-orang di sekitarnya lebih suka memanggilnya dengan sebutan Si Bengal. Tentunya hal ini bukan tanpa alasan.

Kelakuannya memang luas biasa bengal. Tak terhitung berapa banyak musuh yang ia punya. Apalagi untuk urusan berkelahi, dia jagonya.  Meski begitu, jumlah temannya lebih banyak lagi. 

Suatu ketika, terjadi peristiwa kehilangan uang di kelas. Pai menjadi tertuduh karena ia sempat masuk ke ruangan kelas untuk beristirahat. Guru yang kehilangan memberikan kesempatan untuk mengaku, tapi karena berkeras tidak mencuri Pai menolak. Dia bisa saja bengal tapi pantang baginya mencuri. Lalu siapa sebenarnya yang mencuri uang di kelas?

Kisah berakhir dengan temukannya pencuri yang sesungguhnya. Akhirnya memang ditutup dengan manis, hanya saja "alur kisah" jauh dari manis.  Semakin membaca bagaimana kondisi Pai yang dituduh mencuri dan sikap guru kepala (kepala sekolah mungkin maksudnya),  saya merasa buku ini tidak cocok dengan anak-anak saat ini.

Bisa saja ketika  awal buku ini terbit pada tahun 1952, guru bisa menghukum murid secara fisik. Misalnya dengan menempeleng atau menjewer murid. Zaman sekarang, melakukan kekerasan fisik pada murid sudah dilarang.

Bukan membela pihak mana pun. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana kondisi Pai  yang mengalami trauma akibat dituduh mencuri dan mengalami kekerasan. Kondisinya bisa dibilang membuat kuatir. Tapi bukan Pai namanya jika ia mendadak menjadi anak yang manis he he he.

Pada pojok atas terdapat tulisan Album Prosa. Ternyata ini merupakan kumpulan cerita. Cerita yang lain selain Si Pai Bengal adalah  Dua Orang Profesor; Si Rahim Pandu; Kalong yang Dihukum Gantung; Sebuah Boneka; Remah; serta Kasih dan Sayang.

Secara keseluruhan, membaca buku ini membuat kita mendapat gambaran bagaimana kehidupan masyarakat pada sekitar tahun 50-an. Memang disebutkan bahwa buku ini ditujukan bagi anak-anak usia 9-12 tahun, tapi setelah membaca keseluruhan kisah yang ada, sepertinya saya tak akan memberikan buku ini untuk anak dibawah usia 17 tahun. 
https://nusantaranews.co/
biografi-nasjah-djamin-sang-maestro-seni-rupa-indonesia
/

Hal ini dikarenakan ternyata banyak juga hal-hal yang sebaiknya tidak dibaca oleh anak usia 9-12 tahun. Untuk remaja usia 17 tahun, tentunya sudah bisa lebih memilah mana yang perlu diikuti dan mana yang harus dijauhi.

Noeralamsyah "Nasjah" Djamin.  24 September 1924 – 4 September 1997 merupakan seorang pengarang, pelukis, penulis naskah drama, dan ilustrator buku Indonesia. Selain untuk berbagai buku fiksinya, Nasjah juga dikenal untuk berbagai lukisannya, yang dikoleksi pula oleh Presiden Soekarno. Ia juga merupakan salah satu pemrakarsa kelompok lukis Angkatan Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Medan dan Gabungan Pelukis Indonesia di Jakarta (https://id.wikipedia.org).

Terlepas dari semua hal, buku ini layak disimpan sebagai bagian koleksi dari karya penulis senior tanah air.  

Sumber gambar:
https://nusantaranews.co

Jumat, 27 Juni 2025

2025#11: Pengantin Perampok dan Kisah-Kisah Menyeramkan Lainnya

Penulis:  Grimm Bersaudara
Penerjemah: Titik Andàrwati
Editor: Setyaningsih
Ilustrasi: Walter Crane
Cover: Ghoffar Ismail
ISBN: 9786238023219
Cetakan: Pertama-Januari 2025
Halaman: 112
Penerbit: bukuKatta
Harga: Rp 60.000
Rating: 4/5

    "Ibuku membunuh anak laki-lakinya yang masih kecil;
      Ayahku bersedih ketika aku pergi;
     Adik perempuan sangat menyayangiku;
     Dia meletakkan saputangannya di atasku,
    dan mengambil tulang-tulangku agar mereka bisa berbaring
    di bawah pohon arar.
    Cuitt, cuitt, betapa cantiknya aku!"

-Pengantin Perampok, halaman 25-

Sesuai dengan judulnya, buku ini berisikan 10 dongeng yang dianggap paling mengerikan dari seluruh kisah Grimm Bersaudara yang tersohor. Kesepuluh kisah  selain Pengantin Perampok yang dijadikan judul buku, antara lain Uang Receh yang Dicuri; Anjing dan Burung Pipit; Anak Maria; Dua Belas Bersaudara; serta Pemuda yang Pergi untuk Mempelajari Apa Itu Ketakutan.

Setiap kisah memiliki kisah yang berbeda. Dari setting kisah hingga jumlah halaman. Kisah  Anak yang Keras Kepala hanya terdiri dari 1 halaman saja,  sementara  Uang Receh yang Dicuri panjangnya 2 halaman.  Sedangkan kisah Pohon Arar panjangnya lebih dari 15 halaman. Adapun kisah yang paling panjang adalah Pemuda yang Pergi Untuk Mempelajari Apa Itu Ketakutan, lebih dari 20 halaman.

Demikian juga dengan kadar kengerian yang ditimbulkan ketika membaca kisah-kisah yang ada. Jika diurutkan, 3 besar kengerian dalam buku ini, versi saya ada pada kisah Pohon Arar,  Burung Fitcher, dan Pengantin Perampok.

Untuk 2 kisah yang kadar kengeriannya paling rendah adalah Anak yang Keras Kepala,  dan Uang Receh yang Dicuri. Namun ini versi saya, mungkin saja berbeda dengan versi pembaca lainnya.

Membaca kisah Dua Belas Bersaudara, saya seakan kembali pada masa kecil. Saat itu, selain mendapat banyak buku bacaan, saya juga  mengisi waktu dengan mendengarkan kaset seri Sanggar Cerita, semacam dongeng melalui media kaset. 

Versi yang saya dengar agak berbeda dengan yang ada dalam buku. Tokoh saudara perempuan yang membuat saudaranya menjadi burung gagak, saat dalam kayu pembakaran melemparkan semacam baju yang ia buat sendiri pada burung gagak yang terbang mendekat. 

Sayangnya salah satu baju belum selesai sempurna, bagian tangannya baru jadi sebelah. Sehingga  saudara yang memakai baju tersebut salah satu tangannya masih berupa sayap burung gagak. Sementara saudara-saudara yang lain berubah menjadi manusia dengan kondisi tubuh yang sempurna.

Dulu, ketika mendengarkan kisah ini, saya agak bingung sebenarnya. Bagaimana ia bisa melemparkan baju sementara ia diikat di tiang? Tak mungkin tangannya tidak diikat, karena jika tidak diikat ia bisa melepaskan tali yang mengikat badan dan kaki untuk kabur. 

Ketika saya bertanya pada orang yang lebih tua, hanya mendapat jawaban berupa senyuman. Hem... mungkin mereka baru menyadari ada yang kurang pas pada kisah tersebut ketika saya bertanya. Dan mereka tersenyum karena tidak tahu harus memberikan jawaban apa.

Secara keseluruhan, buku ini tidak disarankan untuk dibaca untuk usia dibawah 17 tahun, mengingat kengerian kisah yang ada. Sayangnya penerbit tidak mencantumkan batas usia pembaca pada halaman belakang.

Jika dicermati, ada pesan moral yang terkandung dalam tiap kisah. Anak yang Keras Kepala memberikan peringatan agar  selalu mendengarkan perkaraan ibunya. Uang Receh yang Dicuri memberikan peringatan agar dalam kehidupan tidak mencuri, jika dilakukan tidak akan mendapatkan ketenangan saat meninggal nanti.

Gadis Tanpa Lengan mengisahkan bagaimana seorang anak dalam menjalani kehidupan 100% percaya pada perlindungan Tuhan serta keputusan ayahnya.  Ia dengan iklas menerima segala cobaan yang datang. Sementara kisah Pemuda yang Pergi untuk Mempelajari Apa Itu Ketakutan, mengingatkan untuk selalu menjadi orang yang berani menghadapi segala hal. Ketenangan dan kecerdikannya menjadi faktor utama ia tak pernah takut apapun.

Pada bagian dalam, terdapat ilustrasi cantik buah karya Walter Crane, seorang seniman dan ilustrator buku asal Inggris. Jika diperhatikan dengan lebih seksama, detail yang disajikan benar-benar indah. 

Untuk kover juga tidak kalah menarik. Ilustrasi yang ada sudah menawarkan kengerian plus mengundang rasa penasaran. Paduan warna yang dipilih juga membuat buku ini menggoda mata untuk melirik. Akan bagus jika dipajang di rak buku.

Pembaca akan mendapatkan informasi  terkait Grimm Bersaudara yang dikumpulkan penerbit dari berbagai sumber pada bagian akhir buku.  Buku ini pertama kali diterbitkan dari edisi Bahasa Inggris dengan judul Household Stories, Maxmillan and Company pada tahun 1886. 

Penasaran juga kenapa penerbit tidak memberikan informasi terkait nama penerjemah yang segaja dituliskan pada kover belakang buku ini. Umumnya, jika ada nama penerjemah, editor, atau pemberi semacam Kata Pengantar-siapa saja asal bukan penulis, dicantumkan secara khusus, maka bisa dikatakan ia memiliki nilai lebih.

Dengan memberikan informasi lebih lanjut, pembaca bisa memahami siapakah sosok penerjemah yang namanya sampai dicantumkan khusus pada kover belakang buku. Pembaca tentunya akan ikut merasa bangga jika tahu buku yang dibaca merupakan salah satu karya penerjemah yang cukup dikenal dalam dunia literasi.

Menarik!

Sumber gambar:
Buku Pengantin Perampok



Selasa, 24 Juni 2025

2025 #10: Ekspedisi Menguak Keberadaan Harimau Jawa

Judul: Aventorir #1: Rahasia Harimau Jawa
Pengarang:  A.M. Wiratama
Penyunting: Hilda Martina W.
QRCBN: 6149874188470
Halaman: 114
Cetakan: Pertama-April 2025
Penerbit: Buku NlZ
Harga: Rp 39.000
Rating:5/5

Teman-teman tahu harimau jawa? Minimal pernah melihat berita atau gambarnya? Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) merupakan  subspesies harimau yang hidup terbatas di Pulau Jawa. Harimau  jenis ini telah dinyatakan punah  sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. 

Berita yang dimuat di CCN menyebutkan bahwa dalam sebuah penelitian, harimau jawa ditemukan di pedalaman Sukabumi. Tahun 2019, sejumlah warga desa Cipendeuy pernah menyebutkan melihat hewan itu dan menemukan beberapa bukti seperti jejak kaki, cakaran dan sehelai bulu.

Selanjutnya disebutkan bahwa para peneliti menggunakan material genetik maternal pada luar nukleus dari bulu yang ditemukan. DNA tersebut dibandingkan dengan sampel hewan yang disimpan sejak 1930. Mereka juga membandingkannya dengan sampel bulu dari harimau spesies lain serta macan tutul jawa. Hasilnya memang bulu itu berasal dari harimau jawa
Foto: Ilustrasi Harimau (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jadi, pahamkan betapa bersemangatnya aku ketika Paman Baskara yang merupakan ahli zoologi terkenal, mengajakku untuk menyelidiki jejak binatang  yang diduga adalah harimau jawa di Gunung Halimun.  Butuh perjuangan untuk meyakinkan kedua orang tua agar memberi izin untuk ikut ekspedisi Paman Baskara kali ini. 

Tim ekspedisi beranggotakan 4 orang. Paman Baskara, Rendy seorang ahli zoologi, Irfan fotografer spesialis hewan liar, Kang Ade pemandu jalan, serta aku. Tas ranselku memang berat, tapi sebagai seorang pendaki yang bisa dikatakan berpengalaman, mudah saja rasanya mengendong ransel itu. Dalam pendakian, posisiku ada di paling belakang.

Perjalanan yang ditempuh tidaklah mudah. Belum lama mendaki turun hujan dengan deras, Hasil pemungutan suara membuat tim berhenti untuk bermalam. Selain hujan, saat itu matahari juga sudah mulai tenggelam. Walau bagaimana bersemangatnya menemukan harimau jawa, keselamatan juga perlu diperhatikan. Pendakian akan dilanjutkan esok.

Lelah dan letih akibat pendakian selama 3 jam seakan hilang ketika akhirnya kami sampai ke lokasi dimana jejak harimau jawa  ditemukan sebelumnya.  Meski terkena hujan, jejak tersebut masih samar terlihat. Paman Baskara dan Kang Ade sepakat bahwa itu jejak kaki harimau jawa. Ukurannya lebih besar dibandingkan macam tutul yang juga tinggal di area sekitar.

Aku semakin bersemangat ketika Paman Baskara dan Rendy berhasil menemukan 3 jejak kaki yang identik dengan jejak sebelumnya. Aku bahkan membayangkan diri menjadi seorang zoologi terkenal karena berhasil menemukan harimau jawa yang dianggap sudah punah. 

Menjelang sore, aku ikut Kang Ade dan Irfan  menjelajah lingkungan sekitar.  Sebelum berangkat, Kang Ade mengingatkan tentang 3 aturan utama yang harus dipatuhi ketika mendaki gunung. Jangan membuang sampah sembarangan, jangan terpisah dengan rombongan, dan selalu ikuti instruksi pimpinan kelompok. Hal ini perlu guna mengantisipasi bahaya yang muncul.

Semula aku dan  Irfan merasa aneh dengan peringatan tersebut. Aturan  pertama dan kedua memang selalu menjadi perhatian para pendaki, tapi Aturan  ketiga agak aneh. Ada bahaya apa di sana? Kang Ade bercerita bahwa hutan yang akan kami masuki bisa dibilang belum pernah dijamah orang. Ditambah dengan kondisi alam yang keras.  

Kang Ade juga menyampaikan bahwa polisi hutan dan masyarakat pernah melihat ada makhluk misterius menyerupai anak kecil di sana. Siapa tahu dalam ekspedisi kami kali ini juga bisa bertemu dengan makhluk misterius itu, katanya. Ada-ada saja Kang Ade.

Sebagai pendaki, aku sangat mengingat pesan Kang Ade. Itu sebabnya ketika tak sengaja melihat sosok makluk kecil ketika mencari botol minum yang terjatuh, aku memilih kembali ke rombongan.  Memang ada rasa penasaran ingin mengikuti, apalagi ketika  mendadak  makhuk itu  mengeluarkan pendar kehijauan kemudian menghilang. 

Tapi, kuyakin  demi keselamatan diri sebaiknya aku kembali ke rombongan. Untung jejak langkah mereka bisa  kutemukan. Biar saja Kang Ade mentertawaiku dan tidak percaya dengan apa yang kuceritakan. Yang penting, aku tidak berbohong dan telah mematuhi aturan saat mendaki.

Hujan lebat menjadi kendala utama dalam ekspedisi kali ini. Paman Baskara memutuskan untuk turun gunung mengingat situasi semakin tidak mendukung. Hujan juga menghapus jejak-jejak harimau jawa. 

Selama 3 hari menunggu di pos pendakian, karena kondisi cuaca yang tidak membaik juga.  Paman Baskara memutuskan untuk menghentikan ekspedisi pada hari keempat.  Tidak ada petunjuk kongkrit yang menunjukkan  bukti keberadaan harimau jawa selain foto-foto dan jejak kaki yang hilang disapu hujan.

Begitulah, meski semua anggota tim merasa lelah dan kecewa,  setidaknya mereka bisa kembali dengan selamat. Paman Baskara menghiburmu, " Pekerjaan seorang ahli zoologi memang tidak selalu seperti di film Indiana Jones, Kawan." 

Aku hanya terdiam. Memang ada rasa syukur karena bisa kembali dengan selamat dari ekspedisi. Tapi tak bisa ditutupi, ada rasa penasaran dalam hatiku. Bagaimana jika saat berunding, alih-alih memilih bermalam, aku memberikan suara untuk tetap  melanjutkan perjalanan? Bagaimana jika aku mengabaikan pesan Kang Ade, mengejar makhluk kecil yang kulihat di hutan? Bagaimana jika aku....

Begitu banyak "Bagaimana jika aku" yang muncul dalam benak. Syukurlah, semuanya bisa terjawab dengan membaca buku  Rahasia Harimau Jawa. Yup! Cerita yang kusampaikan di atas adalah alur pertama berdasarkan pilihanku dalam kisah Rahasia Harimau Jawa

Kesal juga kisahku berakhir dengan cepat. Sepertinya karena aku sedang malas menjelajah atau menghadapi tantangan. Sehingga alur yang ku pilih membuatku mengakhiri kisah dengan cepat. Seakan kembali diingatkan, bahwa segala hal, termasuk alur kisah yang kujalani, perlu dipilih dengan sangat bijak. 

Buku ini juga membuat imajinasiku berkembang. Selain 30 pilihan dan 13 akhir kisah, aku juga membayangkan beberapa akhir yang berbeda. Tentunya dengan tidak menghilangkan unsur keselarasan alur dan prinsip sebab-akibat.  

Dibandingkan dengan buku-buku yang terdahulu, buatku ini buku yang paling seru. Dari ekspedisi mencari keberadaan harimau jawa, bisa berujung pada makhluk ruang angkasa, atau dari seorang pendaki menjadi penghuni planet asing. Seru!

Penulis juga memberikan edukasi tentang hewan, berupa informasi tentang harimau jawa yang sudah punah serta kemungkinan punahnya hewan-hewan lain jika kita tidak menjaga alam. Secara tak langsung, pengetahuan seputar pendakian juga disampaikan.  Jadi selain mendapat hiburan dengan keseruan membaca buku ini, ada ilmu yang diperoleh.

Hem, saya kok menduga jangan-jangan gambar 2 harimau jawa di kover adalah sosok Paman Baskara dan "aku" yang dikarenakan suatu dan lain hal berubah menjadi harimau jawa.

Baiklah mari kita baca versi lain.
Kali ini, tak ada salahnya mencoba hal baru. Ingin bertindak gegagah? Harus siap akan risiko yang muncul. 

Sumber foto
1. Ilustrasi Harimau (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
2. Buku  Rahasia Harimau Jawa


Kamis, 12 Juni 2025

2026: #9: Panggil Aku, Garuda Emas


Judul asli: Avonturir #2: Garuda Emas
Penulis: A.M. Wiratama
Penyunting: Hilda Martina W.
ORCBN: 62-4987-0778-470
Halaman: 114
Cetakan: Pertama-2026
Penerbit: Buku NLZ
Harga: Rp 39.000
Rating: 4/5
 
Penasaran selama 14 tahun terjawab sudah!
Akhirnya bisa membaca kisah ini.

Jadi, setelah sangat bahagia menemukan Avonturir#1: Terjebak Di Pulau Dinosaurus, saya bersemangat menantikan buku kedua, Garuda Merah, seperti  promosi yang ada di buku pertama. Sayangnya, buku itu tidak pernah terbit. 

Belum lama seri ini muncul lagi dengan tampilan baru. Susunannya juga mengalami perubahan, judul buku pertama sekarang menjadi buku ketiga.  
Saya semakin bersemangat membaca ketika buku yang sangat saya tunggu, berubah judulnya menjadi Garuda Emas


Kisah "saya" dibuka dengan cerita ayah mengenai siapa sebenarnya keluarga kami. Walau saya lahir di Bumi namun seperti kedua orang tua, saya berbeda dengan makhluk Bumi lainnya, karena kami sesungguhnya berasal dari Planet Garada yang segalanya berbeda dengan Bumi.

Suatu saat, saya melihat berita di televisi tentang Jago Nusantara. Anggotanya adalah para pahlawan super dengan berbagai kemampuan. Ada Kapten Atom sebagai pemimpin, Bayangan Hitam dengan aneka peralatan canggih, Larasati dengan panah mautnya, Tangan Besi yang mampu mengubah tubuh menjadi sekeras besi, Merpati Putih yang bisa mengubah dan membaca pikiran orang, Manusia Karet yang sangat lentur, serta Bocah Petir dengan kemampuan lari secepat kilat.

Mereka sangat menginspirasi. Tak ada salahnya saya juga memanfaatkan kemampuan yang saya miliki . Mulai dengan menangkap penjahit kecil di lingkungan hingga akhirnya saya dikenal luas dan mendapat kepercayaan dari kepolisian setempat.  Perlahan, saya berhasil menjadi anggota Jago Nusantara.

Dan selanjutnya pembaca akan diajak mengikuti petualangan saya dengan Jago Nusantara. Saya memakai nama Garuda Emas.   Musuh yang kami hadapi tidak main-main, sendikat narkotika  yang sangat berbahaya. 

Sedikit bocaran, 'petualangan saya'  yang pertama dimulai dari halaman 1,2,5,6,9, kemudian berlanjut ke halaman 14,15,29,10,27, 38,50, dan seterusnya he he he. Seru!

Dari 40 pilihan alur, saya menamatkan  kisah dengan beragam.   Dari pahlawan super menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, berakhir dalam mulut monster raksasa yang menyaru menjadi gua, menderita kelumpuhan sehingga tidak bisa melakukan aneka aksi heroik namun sering diundang dalam berbagai acara sebagai motivator, mati ditangan musuh, hingga menjadi pengkhianat dengan berbalik arah memihak musuh karena menyukai harta dan kekuasaan. Semuanya karena pilihan saya pada alur kisah. 

Dalam buku ini ada 16 akhir kisah. Lebih banyak kisah dibandingkan buku yang kemarin saya baca. Jadi percayakan kalau saya bilang buku ini ekonomis sekali. Bayangkan saja, dengan harga Rp 39.000 bisa mendapatkan 40 cerita. Kalkulator emak-emak ala saya langsung tersenyum gembira.

Bagian yang mengisahkan bagaimana saya menjadi seorang pengkhianat, membuat kedua alis nyaris bertemu. Sepertinya orang tua perlu memberikan pendampingan bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang tidak terpuji.  Perlu dilakukan mengingat target usia pembaca buku ini masih tergolong sangat muda. Apalagi pembaca mengidentifikasi dirinya sebagai tokoh utama dalam kisah.

Termasuk memberikan penjelasan tentang bahayanya dampak narkoba atau NAPZA (singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya baik zat alami atau sintetis). Pemerintah juga sudah menyatakan perang pada narkoba.

Mendiskusikan isi buku ini menjadi salah satu cara untuk tetap akrab dengan anak remaja yang sedang dalam kondisi perlu pengawasan namun merasa sudah cukup dewasa untuk diawasi. Komunikasi dan pengarahan  bisa terlaksana dengan cara yang unik. 

Selain merasa terhibur dengan membaca buku ala gamebook ini, rasa nasionalisme pembaca  sebagai tokoh utama juga muncul. Terutama pada akhir kisah yang menceritakan keberhasilan saya.

Bayangkan saya sebagai pahlawan super meringkus komplotan pengedar narkotika dan menyelamatkan anak bangsa dari pengaruh buruk. Wah bangga rasanya. Luar biasa sekali saya he he he.

Bagian pembuka  tentang perbedaan saya dengan makhluk bumi  mengingatkan pada sosok pahlawan super dengan logo S di kostumnya. Bayangan Hitam yang tak memiliki kekuatan super tapi punya banyak alat canggih, mau tak mau membuat saya membayangkan sosok yang dipanggil Manusia Kelelawar. Demikian juga dengan beberapa tokoh super lainnya.

Saya tidak menyalahkan penulis mengapa mengambil sosok pahlawan super yang sudah dikenal umum, tentunya untuk membuat adanya kedekatan dengan pembaca. Tapi akan lebih seru lagi jika jumlah pahlawan super dengan kemampuan unik ditambah, serta diambil dengan mengusung kearifan lokal. 

Dalam pewayangan, ada tokoh yang bisa masuk dalam bumi dan berjalan di air, Antasena. Wisanggeni  selain kebal terhadap serangan senjata,  juga memiliki ludah dan gigitan yang mengandung racun api. Bisa dijadikan inspirasi  sebagai pahlawan super. Sekaligus memperkenalkan serta merawat budaya lokal pada anak-anak.


Sekedar info, dari dua buku yang sudah saya baca, tidak ada hubungannya antara keduanya. Bisa jadi demikian juga dengan buku yang lain.  Jadi silakan baca mana yang menurutmu menarik. Atau, jika ragu, tunggu saya selesai membaca semua buku he he he.

Penasarann, jika bisa menjadi manusia super, apa keistimewaan yang ingin dipunyai?



Selasa, 03 Juni 2025

2025 #8: Saya adalah Seekor Kucing

Judul asli: Avonturir #4: Kau adalah Seekor Kucing
Penulis: A.M. Wiratama
Penyunting: Hilda Martina W.
QRCBN: 62-4987-9598-608
Halaman: 114
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: Buku NLZ
Harga: Rp 39.000
Rating: 4.25/5

Akkaro mago sapiens!
-mantera perubah wujud, hal 110-

Saya menjelma menjadi seekor kucing!
Begini ceritanya:
Sekedar info, karena trauma masa kecil, saya  jadi tidak menyukai kucing, Bayangkan kekesalan saya,  ketika tiba-tiba, entah dari mana, seekor kucing hitam melompat sambil mencakar tangan saya hingga berdarah. 

Kekesalan makin bertambah ketika sahabat saya-Mina mengatakan bahwa kucing hitam adalah tanda sial. Tanggal hari ini, tanggal ganjil, bisa menambah buruk kondisi setelah tercakar. Dasar Mina! Percaya sekali dengan tahayul.

Sesampainya di rumah, saya bergegas mengobati luka akibat cakaran kucing tadi. Lumayan dalam juga ternyata. Kelelahan setelah beraktivitas seharian, saya mencoba untuk tidur siang. Namun bayangan kucing hitam tadi menghantui saya, membuat tidur tidak nyenyak.

Ketika akhirnya tertidur, saya mengalami mimpi aneh, menjadi seekor kucing! Tidak hanya berkeliaran mencari makan ala kucing, saya juga bisa menggaruk belakang telinga yang gatal dengan kaki belakang!

Mendadak saya terbangun dengan keringat bercucuran, badan terasa sangat pegal, seolah-olah baru saja berlari 10 km. Saya juga merasakan pusing. Perlahan, saya coba mengingat-ingat, dalam mimpi tadi,apakah  saya berubah menjadi kucing liar disebut juga kucing jalanan,  atau menjadi kucing peliharaan seseorang.

Jika kamu menjadi saya, menurutmu saya berubah menjadi apa?

Sepenggal pembuka kisah dari buku ini membawa saya-yang menjadi kucing, menjalani 33 kisah petualangan yang berbeda satu dengan yang lain dengan 15 akhir kisah. Alur dan akhir kisah, tergantung pada pilihan. Tokoh utama dalam kisah ini adalah pembaca sendiri, siapapun dia.

Seru kan!  Tak peduli berapa usiamu, buku ini mengajak pembaca untuk bertanggungjawab akan pilihan yang diambil. Terutama mereka yang menyukai kucing.  Dengan memberikan buku untuk anak-anak, berarti kita telah mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab dengan pilihannya lewat cara yang seru.

Meski buku ini (sepertinya) diperuntukan untuk anak-anak, tak ada salahnya orang dewasa juga membaca. Terutama mereka yang menghabiskan masa anak-anak pada tahun 80-90 tentunya akrab dengan buku terjemahan serupa. Untuk hiburkan semata, serta pengingat bagaimana keputusan yang kita ambil akan berdampak banyak pada masa depan.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya menyarankan jika orang tua yang memberikan buku ini pada anaknya, juga memberikan pengertian bahwa pada beberapa negara seperti Jepang, kucing hitam justru dianggap sebagai pelindung. Ini hanyalah kisah semata, jangan jadi membenci atau menyakiti kucing hitam.

Rasanya tak perlu saya ceritakan 33 kisah yang saya baca. Beberapa kisah, membuat saya mengeluh, kok hanya begini, sementara kisah yang lain, membuat saya tersenyum puas. Begitulah, semuanya karena pilihan saya pada alur kisah. 

Sedikit bocoran, salah satu yang saya sukai adalah ketika saya yang menjadi kucing, (meongg!) dan bertemu dengan kucing yang mencakar saya. Ternyata ia adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kucing.

Akibat urusan politik di sana, ia dan pasangannya terusir ke dunia manusia dan terpisah. Tanpa sengaja ia membuat saya menjadi kucing juga. Demi bisa kembali menjadi manusia, saya bersedia membantu mencari pasangannya. 

Apakah kami menemukannya? Apakah saya bisa berubah menjadi manusia kembali? Apakah saya malah punya ide gila untuk ikut kembali ke Kerajaan Kucing dan membantu pertempuran mereka? Menurut kalian, apa yang saya lakukan?

Kisah lain, adalah ketika saya berhasil menggagalkan upaya orang yang berniat jahat pada rumah saya. Pria itu tidak bisa begitu saja masuk dan keluar tanpa bertarung dengan saya. Ternyata, walau bisa mengusir dia, saya malah mendapat nasib yang menyedihkan! Baca sendiri jika ingin tahu bagaimana kisahnya he he he.

Kisah dalam buku ini memiliki kesamaan dalam diri saya, dan mungkin saja ada dalam diri pembaca yang lain. Misalnya, saya tidak suka kucing, tapi saya bisa memberikan pengecualian dalam kondisi tertentu. 

Sebentar, setelah diingat-ingat, penulis mengambil beberapa lokasi di Jawa Barat sebagai seting kisah. Seperti Hutan Anggrek Cikole dan Hutan Raya. Menarik! Salah satu cara promosi pariwisata yang keren.

Oh, ya, mengikuti pesan yang ada di halaman awal, buku ini bukan tipe buku yang harus dibaca dari halaman awal hingga menemukan kata TAMAT pada halaman akhir. Artinya bukan dibaca berurutan dari halaman 1 hingga 114. Seperti yang disebutkan di atas, ada 15 halaman yang memuat kata TAMAT. Ikuti petunjuk yang ada pada bagian bawah halaman, tentukan pilihan dengan bijak.

Guna memaksimalkan membaca buku ini, saya membuatkan semacam arah halaman. Misalnya dari halaman 1-3-4, kemudian memilih antara halaman 7 atau 17. Asumsi memilih halaman 17, maka akan menjadi 17-2-8-9-21, kemudian memilih halaman 31 atau 51. 

Jika buku ini dicetak ulang, saya sungguh berharap demikian, sekedar usul, pemilihan huruf untuk halaman diubah. Penulisan angka
5 sedikit menyerupai  angka 6,  karena desain lengkungan pada angka 5. Saya sempat beberapa kali salah membuat arah halaman gara-gara kelirut antara angka 65 atau 55. Pantas kisahnya kok tidak nyambung ^_^.

Kira-kira, apakah bakalan ada versi digital? Secara pribadi, saya tidak ingin mereka terlalu lama mempergunakan gawai walau untuk membaca kisah ini. Tapi, banyak orang tua yang dengan bijak memberikan izin mempergunakan gawai untuk kondisi tertentu, salah satunya untuk membaca buku digital.

Semoga buku ini membawa angin segar bagi buku anak-anak di tanah air, terutama buku karya penulis lokal. Usahanya menulis kisah seperti ini sangat patut  diacungi jempol. 

Sebagai bonus, penerbit memberikan bocoran beberapa halaman dari salah satu buku lainnya.  Tak sabar membaca buku lainnya.

------------------
Kalau jodoh tak lari ke mana!

Tak sengaja melihat promosi penerbit buku ini di Threads, ada harga promosi yang menggoda. Ada juga di Paragraph, komunikas pembaca, dimana saya bergabung.

Sebagai Onty  yang sering diserbu bocil, rasanya perlu membeli buku ini untuk pasukan. Sementara  masuk keranjang orange dulu, sampai ada alasan yang tepat untuk memberikan hadiah. 

Ketika tanpa sadar curhat kehabisan bahan bacaan sampai harus membaca seri Pustaka Time-Life, seseorang menjanjikan akan mengirim buku bacaan yang pasti saya suka. Agak pesimis sebenarnya, jangan-jangan saya dikirimi buku babon, padahal yang dibutuhkan buku untuk hiburan menghilangkan stres.

Jreng....!
Mohon maaf sekali sudah berburuk sangka. Ada 4 buku seri ini yang dikirimkan. Baiklah, mari menikmati akhir pekan dengan ceria!

Kau memang sangat tahu akuh!!!!!

Sumber gambar:
Buku Avonturir #4: Kau adalah Seekor Kucing



Kamis, 29 Mei 2025

2025 #7: Mimpi Si Pemimpi Selama Sepuluh Malam

Judul buku: Mimpi Sepuluh Malam
Penulis: Natsume Sōseki
Penerjemah: Titik Andarwati
Editor: Setyaningsih
ISBN: 9786238023233
Halaman: 72
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: bukuKatta
Harga: Rp 40.000
Rating: 4.25/5

"Ketika  aku  mati, tolong kuburkan aku. Dengan cangkang tiram mutiara  yang besar galilah sebuah kuburan. Dan dengan pecahan bintang yang jatuh, pasanglah tiang nisan. Dan kemudian tolong tunggu di samping kuburanku. Aku akan datang lagi kepadamu."

-Mimpi Sepuluh Malam, halaman 9-


Jangan terkecoh dengan judul buku ini. Walau judul buku ini adalah Mimpi Sepuluh Malam, namun pembaca akan menemukan dua bagian kisah dalam buku ini, Pertama, sesuai judul, Mimpi Sepuluh Malam. Bagian ini menghabiskan nyaris seluruh halaman yang tersedia dalam buku. Selanjutnya kisah berjudul Kuburan Kucing Kami. Terakhir sebagai bonus, penerbit memberikan informasi terkait penulis.
https://www.goodreads.com/book/
show/59016370-on-gece-d-le
ri

Nama penulis ini mungkin kurang akrab didengar. Tapi salah satu karyanya, Botchan,  menurut yang tertera pada laman Goodreads, telah tersedia sebanyak 379 edisi. Dari bahasa Jepang, Inggris, Turki, Persia, Vietnam, Indonesia, dan masih banyak lagi. Dari softcover, hingga hardcover.

Pernahkah menceritakan mimpi pada orang lain? Entah sekedar berbagi kisah, atau meminta tafsir atas mimpi tersebut? Tokoh dalam buku ini-sebut saja Si Pemimpi, membagikan mimpinya selama 10 malam kepada pembaca. 

Pada Malam Pertama, Malam Kedua, Malam Ketiga dan Malam Kelima, narasi dimulai dengan kalimat, "Seperti inilah mimpiku:" Mimpinya beragam, baik tokoh, waktu kejadian, hingga lokasi. Tidak ada mimpi yang sama.

Kalau mau disebut kesamaan, adalah munculnya tokoh di Mimpi Kedelapan dan Mimpi Kesepuluh. Tokoh bernama Shōtarō yang menggenakan  topi panama, disebutkan  sekilas sedang berjalan berjalan bersama seorang wanita pada Mimpi Kedelapan. Pada Mimpi Kesepuluh, porsinya dalam kisah lebih banyak lagi, bisa dikatakan ia menjadi tokoh.
https://www.goodreads.com/
book/show/60485784--

Kisah tentang seorang wanita yang mendoakan suaminya agar pulang selamat dari peperangan pada Malam Kesembilan, sungguh mengharukan. Kisah ini diperoleh Si Pemimpi dari ibunya dalam mimpi. 

Tiap malam, wanita tersebut pergi ke kuil Hachiman-Dewa Busur dan Panah, untuk berdoa.  Setelah selesai memanjatkan doa, ia akan menuruni tangga dan memulai ritual O-hyakudo (ritual berjalan 100 kali di sepanjang jalan setapak di kuil atau candi) sepanjang jalan berbendera batu sejauh 40 yard. 

Bukan hal yang mudah mengingat ada anak yang dibawanya. Tangisan sang anak bisa membuatnya tidak konsentrasi menjalankan ritual. Semuanya ia lakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa tahu bahwa suaminya sudah meninggal dalam perang. Yang ia tahu, ia harus memohon demi keselamatan suami. 

https://www.goodreads.com/book/
show/218523420-on-gece-d-leri
Penulis dengan apik membuat perasaan saya tercabik-cabik. Mungkin saja saya yang sedang melankolis saat membaca, namun rasanya kisah dalam Mimpi Sepuluh Malam membuat saya merasa suasana hati menjadi agak muram.

Tepatnya terbawa suasana sedih, terutama yang muncul dari  perpisahan sepasang kekasih di Mimpi Malam Pertama dan Mimpi Malam Kelima, anak buta yang pasrah dibuang pada Mimpi Malam Ketiga, dan rasa ketakutan yang mencekam pada Malam Ketujuh

Rasanya kehidupan  yang saya jalani ini lebih baik dibandingkan kehidupan para tokoh dalam kisah yang disajikan. Pengambaran tokoh dengan sosok yang bisa dijumpai dengan mudah di sekitar kita, membuat kisah dalam buku ini menjadi lebih hidup.
https://www.goodreads.com/
book/show/62778.Ten_Nights_Dreams

Penerbut juga tak lupa menyisipkan informasi terkait isi kisah. Bisa arti bahasa Jepang yang disebutkan, atau penjabaran mengenai suatu hal. Dengan demikian pembaca bisa makin mengerti alur kisah dalam menikmatinya. 

Kisah Kuburan Kucing Kami berkisah tentang seekor kucing milik keluarga yang mati dan dikubur. Dari semula tidak dianggap, menjadi perlu dibuatkan acara mengenang  setiap tahun. 

Duh, paham sekali  bagian ini,  malah membuat saya teringat pada salah satu kucing di rumah yang mati karena usia 2 tahun lalu. Saya yang bukan penyuka kucing, memberikan pengecualian untuk Lena-panggilannya. 

Dia satu-satunya yang berani menyusup ke dalam selimut saya, mengeong minta minum atau makan sampai saya berdiri memberikan apa yang ia minta, bahkan kami bisa makan kudapan keripik dengan micin bersama.

Setelah terjadi kekacauan akan jenis kelaminnya, satu dokter hewan menyebutkan jantan, sedang yang satunya mengatakan betina, saya makin dekat dengannya, tentunya juga merasa kasihan. Mungkin di dunia perkucingan dia menjadi olok-olok karena hal tesebut.

Saat terakhir, ia yang selalu buang air di kamar mandi, acap mengeong, seakan kesakitan. Jika saya mendekat, ia akan menempelkan badannya ke kaki saya, seakan mengadu. 

Pagi hari saat terakhir hidupnya, ia mengeong pelan ketika saya hampiri. Satu tarikan napas lembut, lalu ia tidak ada. Pagi itu, saya pergi ke kantor dengan perasaan tak karuan. 

Si4l4n!
Jadi mewek!
Jika Anda sedang butuh sesuatu untuk menguras emosi, atau untuk merasakan bahwa hidup ini lebih baik dari yang lain, baca buku ini.

Sumber gambar:
https://goodreads.com