Senin, 22 April 2024

2024#7: Kasih Tak Terlarai

Penulis: Suman H.s
Editor: Tim Editor Balai Pustaka
ISBN: 9786022601364
Halaman: 72
Cetakan: Keenam-2018
Penerbit: Balai Pustaka
Harga: Rp 250.000
Rating: 3/5

Bagaimana yang di hatimu, Taram, demikianlah di hatiku
-hal 13-

Taram adalah anak sulung dari tiga bersaudara dalam keluarganya. Kasih sayang kedua orang tuanya seakan tertumpah pada kedua adiknya. Entah kenapa tapi begitulah adanya. Bisa jadi karena Taram adalah anak sulung, atau karena dianggap sudah besar, tak ada yang tahu alasannya.

Bahkan, dalam sepanjang kehidupan Taram, hanya 2 kali mendapat pujian dari orang tuanya. Pertama, ketika sang ayah membawa sebuah kacamata. Taram yang memiliki hidung mancung, menjadi yang beruntung! Karena pada dirinyalah kacamata tersebut terlihat bagus.

Kali kedua, ketika Taram mengikuti suara bilal yang sedang mengumandangkan azan. Sang ayah mengagumi akan kemampuan Taman meniru bang bilal di mesjid. Bahkan kedua adiknya yang juga ikut mencoba menirukan bang bilal, hasilnya tidak sebagus Taram.

Selanjutnya pembaca akan diajak mengikuti bagaimana perjalanan kehidupan Taram hingga mencapai usia yang sudah patut untuk memiliki pasangan hidup. Ternyata hatinya sudah terpikat pada Sitti Nurhaida, anak Encik Abas-orang yang hartanya paling banyakdi kampung. Gayung pun bersambut, sang gadis juga memiliki perasaan sama.
Kedua pemuda itu telah sekata akan lari meninggalkan kampung halaman, pergi ke negeri asing. kawin. di rantau. Keras sungguh perjanjian itu. Dengarlah!
-hal 25-
Begitulah cinta.  Kisah cinta mereka ternyata tak seindah yang mereka harapkan. Jika ingin bersama, maka keduanya harus meninggalkan kampung halaman tercinta. Membaca bagaimana Taram dengan cerdik menipu orang-orang yang mengejar mereka berdua, sungguh menghibur.
https://www.goodreads.com/book/
show/36443717-kasih-tak-terlarai

Keduanya memang bisa dikatakan sukses di Singapura, namun kerinduan akan tanah kelahiran tetaplah muncul.  Utusan Encik Abas yang mencari keduanya berhasil merayu  Nurhaida untuk ikut pulang kampung. Tinggal mencari waktu yang tepat.

Kesempatan emas yang ditunggu tiba jua. Taram harus pergi ke Johor untuk beberapa waktu. Segera mereka bertolak ke kampung halaman. Selama 8 bulan di sana, lamaran untuk Nurhaida pun datang. Tak akan diterima tentunya. Hingga seorang musafir  Arab yang selama 2 bulan menjadi guru ngaji di sana mengajukan lamaran. Syekh Wahab namanya. 

Pembaca sudah bisa menebak akhir kisah yang berujung kebahagian.  Taram dan Nurhaida menemukan kebahagiannya. Encik Abas mendapat mantu idamannya. Tentang siapakah sosok misterius Syekh Wahab, bisa ditemukan jawabannya dalam kisah ini.

Jika ada beberapa hal yang dianggap tidak sesuai atau janggal, perlu diingat bahwa ketika kisah ini dibuat, hal tersebut merupakan hal yang berbeda dengan saat ini. Jadi dinikmati saja. 

Buku ini dipajang pada lobi Perpustakaan UI    depan thematic garden. Kover dengan dominan warna biru jelas membuat hati saya tergoda untuk  membawanya sebagai bahan bacaan akhir pekan. Jika melihat ketebalan buku (saat itu belum melihat isinya), mungkin tidak butuh waktu lama untuk menuntaskannya.

Sempat penasaran mencari informasi lebih lanjut tentang kisah ini pada buku Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern oleh Maman S. Mahayana,  Oyon Sofyan, dan Achmad Dian. Dan buku Ichtisar Roman Untuk Sekolah Menengah oleh Asis Safioedin, tidak ditemukan juga informasi yang dibutuhkan.  Bis juga karena mata minus saya yang terlewat membaca.
https://jv.wikipedia.org/wiki/Soeman_Hs
Sebelum menikmati kisah ini. pembaca akan disuguhi  Kata Pengantar dari Maman S. Mahayana, yang menyambut cetak ulang  buku ini dengan format baru. Menurut beliau, membaca karya sastra hakekatnya membaca keadaan masyarakat dan budaya yang terungkap  dalam karya itu.

Pada bagian Tentang Pengarang, disebutkan bahwa Suman Hasibuan  lahir di Bemgkalis pada tahun 1904, meninggal pada 8 Mei 1999 di Pekanbaru, Riau.  Beliau banyak terlibat dalam kegiatan kependidikan, sebagai guru, kepala sekolah, penilik, hingga Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Riau. Bahkan beliau juga ikut aktif  bergerilya hingga diangkat sebagai  Komandan Panggalan Gerilya do Rokan dan anggota Staf  Gubenur Militer Riau. 

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahum 1930 oleh Balai Pustaka. Sedangkan yang saya baca merupakan cetakan keenam. Artinya sejak tahun 1930 hingga 2024, dalam kurun waktu 94 tahun telah ada 6 kali cetak ulang. Sebuah upaya konsisten untuk merawat karya sastra anak anak bangsa.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/
https://jv.wikipedia.org

Rabu, 17 April 2024

2024#6: Misteri Sumur Anjing Gila


Judul asli: Sumur Anjing Gila
Penulis: Yudhi Herwibowo
Penyunting: Fidyastria Saspida
ISBN: 9786230056888
Cetakan: Pertama-2024
Halaman: 153
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 75.000
Rating: 4.25

"Yang bersemayan dalam kegelapan, tak kan abadi dalam cahaya, yang menghancurkan jiwa-jiwa manusia, akan dikembalikan kepada kegelapan, kegelapan yang paling sempurna...."
-hal 129-

Di dekat ujung desa-desa lain, berbatasan dengan hutan di wilayah tebing yang agak tinggi, terdapat sebuah desa dimana sedang berlangsung proyek pembangunan jalan, Desa Suka Maju namanya. 

Pembangunan proyek tersebut ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan, banyak penduduk desa yang mendadak mengundurkan diri karena merasa enggan bekerja meratakan tanah di dekat sebuah sumur tua.

Konon, sumur tersebut merupakan tempat pembuangan mayat anjing-anjing yang dibantai ketika kasus anjing gila sedang marak. Lokasi sumur tua tersebut  berada di dekat rimbunan bambu merah. Keberadaan tanaman bambu merah yang sering dianggap sebagai salah satu sarana guna mendatangkan energi positif, semakin memperkuat kesan angker sumur tersebut.

Sebenarnya sudah lama penduduk desa menjauh dari area dekat sumur tersebut, terutama karena kisah menyeramkan yang beredar, tentang terdengarnya gonggongan anjing tanpa wujud di sana.

Semula pihak kontraktor merasa  ketakutan para pekerja tak beralasan, hingga suatu ketika mandor yang nekat memimpin  mengalami serangan. Awalnya terdengar suara gonggongan nyaring, kemudian muncul asap hitam yang keluar dari sumur  dan berubah menjadi anjing-anjing berbulu hitam yang menyerang mandor,  Meski berhasil selamat, tapi mandor mengalami luka cabikan yang parah.

Belum selesai urusan mandor yang diserang, situasi  berkembang menjadi upaya kepala desa yang ingin mengambil sesuatu dari dalam sumur tersebut. Suatu hal yang dianggap perbuatan tak masuk akal alias nekat oleh warga.

Kepala Desa Madajatra merupakan anak kepala desa terdahulu. Ia sangat membenci istri kakak dan keponakannya. Ketika mengetahui bahwa sang kakak menghilang dan mendapat informasi bahwa keponakannya yang membunuh kemudian membuang mayatnya ke dalam sumur, ia segera membayar orang untuk mengambil mayat sang kakak. 

Begitulah, karena begitu mencintai sang kakak dan sangat membenci keponakan hingga ingin memberikan hukuman seberat mungkin, Kepala Desa Madajatra menjadi gelap mata. Ia tak peduli lagi dengan aneka kejadian serta kisah menakutkan tentang sumur tua itu. 

Dengan harta yang ia miliki, bukan hal sulit mencari orang yang mau masuk ke dalam sumur tersebut. Gagal satu, masih banyak orang yang bisa ia bayar untuk masuk dalam sumur.

Semula, saya menduga kisah dalam buku ini akan berujung pada pemecahan misteri siapa sesungguhnya dalang dibalik kemunculan anjing-anjing dari dalam sumur serta kasus dugaan pembunuhan.

Ternyata urusannya tak sesederhana itu. Ada peristiwa kelam masa lalu yang terkuak, sejarah perubahan nama desa, asal mula sumur, hingga ditemukannya sepasang kerangka manusia dalam dasar sumur. 
“Jika sebuah mata harus dibalas dengan sebuah mata, hanya akan membuat seluruh dunia ini buta”
-Mahatma Gandhi-

Andai  Sadarra-keponakan yang sangat dibenci kepala desa mengamini ajaran Gandhi, tentunya tak akan ia menjadi tersangka pembunuhan. Ia dan ibunya tak bisa membagikan tanah milik keluarga pada pelayanan yang setia, serta memulai hidup baru, bebas dari kekejaman keluarga kepala desa.

Mereka akan tetap menjadi samsak bagi keluarga kelapa desa. Ibu Sadarra tak akan pernah pulih dari kelinglungannya dan terbebas dari KDRT. Sadarra selalu dicela dan direndahkan. Kezaliman akan menang!

Dibandingkan dengan buku-buku Mas Yud yang lain, deskripsi mencekam dan kengerian dalam buku ini merupakan yang paling menakutkan. Tanpa sadar, saya menghembuskan napas panjang setelah selesai menamatkan buku ini. Seakan saya yang mengalami kejadian menyeramkan. Cerita yang mengalir deras menghanyutkan saya dalam banjir kengerian!

Bagaimana tidak, kondisi sumur yang digambarkan mencekam ternyata menyimpan misteri kelam. Asap hitam yang keluar dari sumur berubah menjadi penampakkan wujud seorang pria pada orang tertentu. 

Jika teman-teman pernah membaca buku dari Abdullah Harahap, tentunya paham bahwa dalam tiap kisah ada unsur mistis yang ikut berperan kuat. Terutama untuk menciptakan kengerian. Bisa dalam bentuk benda atau kekuatan supranatural.
Lokasi: Gramedia Matraman

Dalam buku ini, memang ada unsur mistis, namun menurut saya lebih sebagai pelengkap semata, hanya untuk membangun kengerian. Sedangkan untuk misteri, ternyata bisa dipecahkan dengan sederhana.

Menjelang akhir kisah, saya merasa Mas Yud menyelesaikan dengan agak buru-buru. Kisah bisa diakhir dengan lebih klimaks, namun tentunya dengan tidak ala sinetron lokal he he he. Atau memang sengaja dibuat seperti itu karena akan ada lanjutannya, atau pengembangan kisah dari salah satu tokoh? Mari kita tunggu saja.

Oh ya, ada pesan moral yang perlu diingat. Sebaiknya, kita tidak sembarangan mengambil barang orang lain, karena  bisa saja barang yang kita ambil  berakhir dengan menjerumuskan kita dalam kesenggsaran. Tak sebanding dengan kenikmatan dan kemasyuran yang dijanjikan. Seperti salah satu tokoh dalam buku ini.

Buku yang menarik. Direkomendasikan bagi para penyuka kisah triller. Saya menyarankan agar dibaca saat hari gelap jika ingin merasakan sensasi mencekam. Ketika membaca, saya bahkan bisa membayangkan bagaimana kengerian Sadarra ketika mendekati sumur tua, bagaimana takutnya dia ketika disapa penjaga sumur tersebut yang tak pernah ia lihat. Seram!
 



Minggu, 07 April 2024

2024#5: Ketika Penulis Detektif Memecahkan Kasus Di Dunia Nyata

Penulis: Muthia Esfand
Penyunting: Tim TSP
ISBN: 9786238853991
Halaman: 159
Cetakan: Pertama-Februari 2024
Penerbit: Bukuditeras
Harga: Rp 99.000
Rating: 3.25

Sebelum berkenalan dan menyukai kisah fantasi, bacaan masa kecil saya diwarnai dengan aneka kisah Trio Detektif, Imung, Lima Sekawan, Pasukan  Mau Tahu, Petualangan, Sapta Siaga, dan buku-buku sejenis. Makin bertambah usia, giliran Poirot, Miss Marpel, Duo Holmes-Watson, Kapten Kosasih-Gozali, dan beberapa tokoh lainnya.

Ketika sebuah misteri atau kasus selesai, saya menutup buku dengan perasaan puas berlimpah jika dugaan saya tentang siapa tokoh jahat, atau bagaimana akhir kisah, ternyata betul. Jika tidak, cukup puas karena saya mendapat pengetahuan baru dan hiburan.

Kadang, saya bertanya-tanya. Apakah para penulis kisah tersebut pernah terlibat dalam masalah serupa dalam kehidupan nyata? Apakah mereka bisa memecahkan kasus yang benar-benar terjadi dalam masyarakat? Dalam beberapa literatur, saya mendapatkan jawaban atas rasa penasaran tersebut. Salah satunya melalui buku ini.
Sumber: https://encyclopediavirginia.org/8885-068bb7d0f136420/

Terdapat 6 kisah dalam buku ini. Mulai dari Sir Arthur Conan Doyle dan Skandal Great Wyrley, hingga Poe dan Kasus Ganjil Mary Rogers. Plus tambahan info tentang penulis. Ada dua kasus yang melibatkan Sir Arthur Conan Doyle, masing-masing satu kasus terkait Agatha Christie, PD James, Patricia Cornwell, serta Poe.

Walau mereka dikenal sebagai penulis kisah detektif, upaya mereka dalam memecahkan sebuah kasus dalam kehidupan nyata, tidaklah selalu   diterima dengan baik. Bahkan dalam menjalankan penyelidikan, juga muncul kendala, tak semulus kisah  penyelidikan karangan mereka.

Kasus pertama yang disajikan adalah kasus yang ditangani oleh Sir Arthur Conan Doyle.  Dikenal dengan Skandal Great Wyrley, kasus tersebut  mengenai seorang pengacara keturunan India yang berhasil dibebaskan dari vonis bersalah. Dengan memperhatikan detail yang terlewatkan oleh orang lain, Doyle membuktikan bahwa pihak kepolisian telah salah tangkap. Mendadak jadi ingat novel John Grisham yang mengisahkan tentang salah tangkap.

Walau ada saja pihak yang tidak suka dengan keikutsertaan Doyle dalam melakukan penyelidikan, namun kasus tersebut ternyata membawa perubahan besar bagi sistem peradilan di Inggris. Pengadilan banding untuk perkara pidana didirikan pada tahun 1907, sebagai dampak dari kasus tersebut.
https://artuk.org/discover/artworks/sir-arthur-
conan-doyle-18591930-301313

Ternyata penulis kisah detektif  juga bisa membuat "kisah misteri" dalam kehidupan nyata. Kasus yang paling heboh adalah menghilangnya Agatha Christie yang hingga saat ini belum terpecahkan. Dalam buku Agatha Christie: A Biography, diuraikan bagaimana kronologi peristiwa tersebut. 

Situs berikut menyebutkan ada 1.000 orang polisi yang dikerahkan untuk mencarinya. Sedangkan dalam buku ini disebutkan  lebih kurang 500 orang anggota kepolisian. Mungkin bukan hal penting, namun perbedaan jumlah ini saja juga sudah menimbulkan tanda tanya.

Ternyata peristiwa menghilangnya Agatha Christie juga mendapat perhatian dari  Doyle. Seru juga, penulis detektif yang mencoba memecahkan kasus yang menimpa penulis detektif lainnya.

Pada tiap awal sebuah kasus, pembaca akan menemukan semacam ungkapan  terkenal dari tokoh yang diciptakan  oleh masing-masing penulis, atau penulis sendiri. Misalnya dalam kasus terkait Doyle mengusung ungkapan dari Sherlock Holmes. Sementara pada kasus Patricia Cornwell, ungkapan Jack the Ripper yang disajikan.
"Tidak ada hal yang lebih mengecoh  daripada fakta yang sudah jelas."
-Sherlock Holmes-
Selain aneka informasi terkait kasus yang bisa diperoleh dari berbagai sumber, terdapat juga informasi tambahan dari penulis yang disajikan dengan tata letak berbeda. 

Disediakan juga lembar kosong yang berguna sebagai catatan. Anggap saja diri Anda adalah seorang detektif yang sedang melakukan penyidikan, dan buku tersebut adalah buku catatan penyelidikan Anda.

Para penyuka kisah detektif disarankan untuk membaca buku ini. Selain bisa mengetahui bagaimana polah penulis kisah detektif dalam kehidupan nyata, bagi yang belum tahu bisa mengenal penulis detektif selain Doyle dan Agatha Christie. 

Apalagi terdapat semacam sambutan dari seorang penulis kisah-Tsugaeda, yang memberikan informasi tentang manfaat membaca kisah fiksi. Sayangnya tidak ada informasi mengenai apa judul prolog tersebut.   

Ukuran buku yang memudahkan untuk dibawa-bawa sebenanya sangat membantu pembaca untuk menikmati di mana saja. Hanya sisi yang berada di bagian penjilidan terlalu rapat sehingga agak merepotkan untuk membaca apa yang tercetak di sana.  
https://www.instagram.com/p/C5PmFlMBQvD/?img_index=1


Untuk urusan kover,  saya memiliki persepsi sendiri. Gambar kunci yang ada menyiratkan adanya sebuah misteri yang perlu di"buka" alias dipecahkan. Warna biru-kebetulan warna favorit saya ^_^, sering dianggap sebagai warna yang menenangkan. Misteri perlu dipecahkan dengan ketenangan. Tapi, silakan saja jika ada yang memiliki persepsi sendiri.    

Penulis buku ini, Muthia Esfand, adalah seorang penggiat literasi dan pemilik toko buku di Depok-Bukuditeras. Head mentor di Tisapinkluv Creative Class ini merupakan kolektor buku Sang Alkemis karangan Paulo Coelho dari berbagai bahasa. 

Sumber Gambar:
https://encyclopediavirginia.org
https://www.instagram.com
https://artuk.org


Selasa, 26 Maret 2024

2024#4: Kisah Unmong Sang Housemaker

sumber: https://www.goodreads.com/












Judul: Unmong, a Youngman Become a Housemaker
Penulis: Kang Seonwoo
Penerjemah: Dewi Ayu Ambar Rani
Penyunting: Romana A.
ISBN: 9786238371129
Halaman: 312 
Penerbit: Penerbit Baca
Harga: Rp105.000,-
Rating: 3.25/5

Saat saya remaja, puluhan purnama lalu, tak terhitung berapa kali saya mendengarkan komentar tentang pembagian pekerjaan dalam rumah tangga. Istri mengurus keluarga dan rumah, seperti  memandikan anak, menemani belajar, memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan aneka pekerjaan domestik lainnya. Sementar suami, bertugas mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tak terhitung juga, berapa kali saya berkomentar tentang bagaimana pembagian pekerjaan jika sang istri juga bekerja? Beragam jawaban yang saya terima.  Namun sebagian besar menganggap pertanyaan saya aneh. Jika perempuan juga bekerja dan membantu perekonomian keluarga, maka ia harus pandai-pandai membagi waktu sehingga tetap bisa mengurus semua "tugasnya", begitu kebanyakan jawaban yang saya terima. 

Waktu berlalu, belakangan pekerjaan domestik rumah tidak hanya menjadi urusan perempuan. Urusan domestik juga sudah merupakan hal yang biasa jika dikerjakan oleh kedua belah pihak. Sudah dianggap menjadi keahlian dasar untuk hidup.

Mungkin, sosok pria yang alih-alih menjadi pencari nafkah, malah mengurus rumah, masih merupakan hal yang tak lazim dilihat orang di sini. Tapi sepertinya demikian juga dengan sosok Unmong di Jepang.

Dalam buku ini, kita diajak berkenalan dengan Unmong, si tokoh utama kisah. Sebagai satu-satunya anak laki-laki dan bungsu pula, sang ibu menaruh harapan besar padanya. Ia diharapkan menjadi seorang pengacara sukses. Demi memenuhi harapan sang ibu, Unmong belajar giat hingga diterima di Seoul Nasional University-SNU, salah satu universitas bergengsi di Korea.

Sayangnya,  Unmong malah tertarik dengan dunia teater. Masalahnya, rasa ketertarikan dengan kemampuan adalah dua hal yang berbeda. Unmong bisa diakui sebagai orang yang tertarik dan menikmati teater, namun untuk kemampuan, bisa dikatakan biasa saja jika buruk dianggap kata yang kejam

Bersama Senior Jang dan beberapa rekan lain mereka berencana untuk mengadakan sebuah pertunjukan teater. Soal dana untuk persiapan melakukan pementasan diperoleh dari patungan   Sepertinya keberutungan belum berpihak pada mereka. Bendahara yang bernama Woo Chanhee malah membawa kabur uang tersebut.
https://www.goodreads.com/
book/show/205477644

Pada suatu kesempatan, tak sengaja ia melihat Woo Chanhee dan segera mengejar. Celakanya Unmong tertabrak mobil! Siapa yang bisa mengira kebetulan yang terjadi. Mobil tersebut berisi Jaeyoung-kakak yang selama ini bermusuhan dengannya, dan sahabatnya-Kangseo. 

Sambil menunggu kesembuhan dirinya, Unmong tinggal di rumah mereka. Karena merasa tidak enak menumpang gratis di rumah itu, keseharian  ia habiskan dengan membersihkan rumah. Ditambah, ia merasa gemas melihat kondisi rumah, kedua gadis tersebut bisa dikatakan tidak tahu bagaimana cara membereskan rumah.

Hasil beres-beres rumah menunjukkan bahwa ternyata ia berbakat dalan urusan mengurus rumah. Ternyata sejak kecil Unmong sudah biasa mengerjakan pekerjaan rumah, terutama ketika Ibu berbaring sakit.

Kejutan! Unmong juga bisa menulis. Bukunya telah diterbitkan walau tidak sukses. Lumayan untuk menambahkan informasi dalam resumenya. Pada akhirnya Unmong harus mengakui bahwa ia memang tidak cocok dengan dunia teater, dan tak akan kuliah hukum lain. Ia memutuskan bahwa menjadi homemaker adalah hal yang paling tepat untuknya.

Meski banyak tokoh yang muncul, seluruhnya memiliki benang merah yaitu Unmong. Mereka semua terhubung dengan Unmong dengan berbagai cara. Ada yang memang adalah kakak kandung, tapi ada juga yang melalui pertemanan.

Tidak hanya tentang bagaimana kehidupan Unmong, kehidupan para tokoh juga menjadi bacaan yang menarik. Minimal, pembaca bisa mendapat inspirasi dari bagaimana orang menjalani kehidupan. Kegagalan dan duka adalah hal yang harus dihadapi dengan tegar, karena merupakan bagian dari kisah hidup.

Perihal kesehatan mental juga diselipkan dalam buku ini. Ternyata apa yang terlihat baik-baik saja tidaklah demikian adanya. Tentang kasih ibu juga beberapa kali diungkapkan dalam kisah. Terutama mengingat bagaimana perlakuan Ibu pada Unmong. Dan bagaimana  sahabat kakaknya yang menjadi orangtua tunggal berusaha ibu terbaik bagi anaknya.
"Ini baru permukaan. Bisakah aku menjadi ibu yang baik dan bukan hanya menyandang status sebagai seorang ibu?"
"Semua ibu pada akhirnya menjadi ibu yang baik, karena mereka seorang ibu ...."
     -hal 159-
Pada halaman 275 tertulis nama kota Balikpapan. Salah satu tokoh menceritakan bahwa ia tertarik dengan nama kota itu kemudian pergi ke sana. Di Balikpapan, ia bekerja menjadi barista pada malam hari dan melukis pada pagi hari. Pemandangan kafe yang digambarkan, menimbulkan rasa nyaman. 

Entah kenapa, saya merasakan agak kesusahan menikmati kisah. Bisa karena kisahnya seakan hanya berpusat pada Unmong, atau karena bahasanya yang seakan datar bagi saya. Butuh waktu agak lama bagi saya untuk menuntaskan buku ini.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com/















Senin, 04 Maret 2024

2024#3: Kisah Calon Pengantin Dewa Laut Terakhir

Judul asli: The Girl Who Fell Beneath The Sea
Penulis: Axie Oh
Penerjemah: Airien Kusumawardani
Editor: Grace Situngkir
ISBN: 9786230046155
Halaman: 325
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Harga: Rp 115.000
Rating: 4/5

Rasanya mustahil aku bisa tertidur dengan ketegangan berdengung menyakitkan di balik kulitku. Namun, pada akhinya, aku dibuai dalam tidur yang penuh kedamaian, setiap debur  jantungku menggemakan debar jantung Shin.
-The Girl Who Fell Beneath The Sea, hal 184- 

Seperti gadis lainnya di desa tempat tinggal Mina, ia percaya bahwa  gadis yang terpilih sebagai pengantin Dewa Laut merupakan sosok yang spesial. Pemilihan calon penganti dilakukan dengan seleksi yang ketat.

Siapa yang terpilih, mengemban tugas meredakan kesedihan dan amarah Dewa Laut, sehingga badai berlalu serta  tidak ada lagi banjir. Sebuah kedamaian baru dimulai.  Tugas yang berat. Sebagai pernghormatan atas pengorbanannya, warga desa memperlakukan keluarga gadis terpilih dengan penuh hormat.

Mina tak mengira, saat prosesi pengantaran Pengantin Dewa Laut, ia terlibat dengan pelanggaran tiga peraturan.  Pertama, hanya seorang gadis yang boleh berada dalam perahu yang mengantarkan Pengantin Dewa Laut, Mina berada di kapal, Kedua, tidak boleh ada senjata,  Mina membawa pisau warisan sang nenek, Terakhir tidak boleh ada pendekar, tapi Joon-kakak Mina yang juga menjalin hubungan dengan si calon pengantin, diam-diam ikut ke kapal.
https://www.goodreads.com/book/show/
95558609-the-girl-who-fell-beneath-the-se
a

Rasa kasih sayang Mina pada sang kakak membuatnya ikut berada dalam perahu. Rasa kasih sayang jualah yang membuatnya merelakan dirinya menjadi Pengantin Dewa Laut,  meski dari sisi penampilan, ia jauh dibawah Shim Cheong-Pengantin Dewa Laut yang terpilih. ia tak ingin kakaknya bersedih kehilangan kekasih.

Ternyata menjadi Pengantin Dewa Laut tidak sesederhana yang Mina kira. Baru tiba di Istana Dewa laut, Mina sudah berurusan dengan beberapa Dewa yang menginginkan jiwanya dengan alasan untuk menyelamatkan Dewa laut. Berada di Dunia Arwah sebagai manusia memang membuat Mina menjadi rentan akan bahaya.

Kondisi Dewa Laut sendiri saat itu bisa dikatakan menyedihkan. Benang merah takdir yang menandakan jodoh antara Mina dan Dewa laut memang bisa diputuskan, tapi suatu keanehan terjadi. Benang merah takdir berubah begitu Mina menyentuh Shin, Panglima Perak yang menjadi penjaga Dewa Laut. Benang merah takdir sekarang mengikat Mina dan Shin.

Sampai segala urusan selesai, mulai dari mencari tahu siapa yang berniat mengambil jiwa Mina, kenapa begitu banyak arwah yang menyerang, hingga bagaimana menyadarkan Dewa Laut, Mina berada dalam perlindungan Shin. Ia bahkan menyebutnya sebagai pengantinya.

Dalam dunia paralel, Mina bisa bertemu dengan leluhurnya dengan persyaratan tertentu. Kehidupan di sana nyaris menyerupai kehidupan di alam manusia. Ada pasar, pekerja, istana, rumah para dewa, dan tentunya ada juga makhluk mitologi yang hidup.
Di bawah laut, naga terlelap
Apa yang diimpikannya?

Di bawah laut, naga terlelap
Kapankah dia terjaga?

Pada sebutir mutiara naga
Permohonanmu 'kan dibangkitkan

Pada sebutir mutiara raga
permohonamu 'kan dibangkitkan
Selain tentang kebudayaan Korea, diberikan juga informasi tentang makhluk mitologi. Pada halaman 149 misalnya, diterangkan tentang  berbedaan antara Imugi dan naga. Menurut buku Kitab Monster dan Makhluk-Makhluk Ajaib dari Penerbit Liliput, dalam dunia binatang fantasi, naga merupakan makhluk yang unik karena memiliki aneka variasi bentuk yang sangat kaya.

Sementara pada sebuah laman, menyebutkan bahwa Imugi membedakan dirinya sebagai entitas mirip ular yang memesona dan penuh teka-teki. Sering digambarkan sebagai ular raksasa. 

Beberapa pendapat lain menyebutkan bahwa Imugi adalah calon naga yang hidup hingga ribuan tahun, jika sudah waktunya maka ia akan berubah menjadi naga. 

Unsur roman berperan besar dalam kisah ini. Bagaimana Mina mengalami kebimbangan untuk memilih. Antara hatinya yang sudah tertambat pada Shin, atau Dewa Laut yang dianggap mampu menyelamatkan desa dan keluarga terkasihnya.

Kecintaan pada  keluarga juga diangkat sebagai tema dalam kisah ini. Kecintaan pada sang kakak membuat ia rela mengorbankan diri. Ada juga bagian yang mengisahkan bagaimana Mina dan kakaknya membuat sebuah tempat tidur bayi dari pohon favorit untuk hadiah bagi kakak tertua mereka. Ketika bayi itu lahir dan hanya menangis satu kali kemudian terdiam selamanya, mereka berdua membakarnya agar istri kakak tertua tidak teringat pada bayinya ketika melihat tempat tidur itu.

Bahkan, ketiga sosok yang selalu siaga membantu Mina dalam tiap kesempatan juga menunjukkan bagaimana kasih sayang bisa melewati rentang waktu. Sejak awal saya sudah menduga bahwa ketika pasti memiliki hubungan dengan Mina, dan ternyata benar. Senang rasanya mengetahui ada yang selalu menjaga kita.

Secara garis besar, buku ini mengajarkan bahwa hidup adalah pilihan.  Dalam menjalani kehidupan ini setiap orang memiliki hak untuk memilih. Mina berhak untuk memutuskan apakah menerima atau menolak lamaran kaisar. Dewi Bulan dan Kenangan memilih menjadi Dewi Perempuan dan Anak-Anak. Demikian juga dengan  Shim Cheong  yang memutuskan untuk merelakan cinta sejati demi keselamatan dan kehidupan warga desa, dan kesembuhan ayahnya.

Buku ini juga mengajarkan bahwa tak ada salahnya selalu berharap, karena harapan merupakan kekuatan yang mampu membuat seseorang untuk bertahan dan melakukan banyak upaya untuk meraih harapannya.

Sayangnya, karakter Mina, Shin, serta beberapa tokoh lagi kurang dikembangkan sehingga berkesan datar. Mini hanya digambarkan sebagai gadis yang merelakan dirinya untuk menjadi Pengantin Dewa Laut, dan berusaha menciptakan kedamaian di dunia arwah, tidak lebih. 

Sementara Shin, hanya dikisahkan sebagai seorang dewa yang sibuk menyelamatkan Mina, dan sering bertindak seolah-olah tidak memiliki perasaan. Bahkan pertempuran yang terjadi dimana kedua pengawal Shin terlibat, seakan dikisahkan datar, kurang menimbulkan efek ketegangan.

Saya nyaris memberikan bintang tiga, hingga sadar bahwa saya sudah membaca 2 bab terakhir lebih dari 3 kali. Bab-bab penutup ini ditulis dengan menarik, bisa dibilang menyentuh perasaan, sehingga saya menjadi terenyuh. Baiklah, bintang bisa nambah 1 nih. 
 
Dalam kisah ini, disebutkan Mina beberapa kali bercerita untuk menghilangkan kesedihan Dewa Laut. Dengan demikian kisah ini bisa dikategorikan dalam kisah berbingkai. Kisah tentang Tukang Kayu dan Bidadari, mengingatkan pada Legenda Joko Tarub.

Menurut sebuah laman, Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya mengandung cerita lain (pelaku atau peran dalam cerita itu bercerita).

Ketika sedang membaca buku ini, tak sengaja menemukan sobekan kertas yang diselipkan oleh pembaca sebelum saya. Buku yang saya baca merupakan milik Perpustakaan UI, sehingga bisa dipastikan pembaca sebelumnya adalah mahasiswa UI, yang menyukai kisah dalam buku ini dan memberikan rekomendasi.

Saya bisa paham kenapa ia melakukan hal tersebut. Ukuran huruf dalam buku ini terbilang kecil sehingga kurang nyaman untuk mata, apalagi untuk mata minus. Mungkin, dengan menulis komentar tersebut ia berharap pembaca akan terus melanjutkan hingga tuntas.

Buku ini layak dibaca untuk usia 18+. Terutama bagi mereka yang menyukai kisah fantasi dengan latar belakang budaya Korea. Para mahasiswa jurusan Sastra Korea juga disarankan untuk membaca, demikian juga para penyuka kebudayaan Korea.

Kisah ini yang dikategorikan dalam adaptasi bebas dari kisah rakyat Korea, The Tale of Sim Cheong, mendapatkan Goodreads Choice Award Nominee for Young Adult Fantasy & Science Fiction  pada tahun 2022 lalu.

Menghibur.




Minggu, 28 Januari 2024

2024 #2: Misteri Rumah Aneh

Judul asli: Teka-Teki Rumah Aneh
Penulis: Uketsu
Alih bahasa: Eri Pramestiningtyas
Editor: Juliana Tan
ISBN: 9786020669960
Halaman: 224
Cetakan: Pertama-2023
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Harga: Rp79.000
Rating: 3.25/5

Apakah kau menyadari ada yang aneh pada pada rumah ini?
-Teka-Reki Rumah Aneh-

Dalam rangka menyambut kehadiran anak pertama, sepasang suami-istri memutuskan untuk membeli sebuah rumah.  Ketika melihat-lihat rumah yang ditawarkan, semula mereka menyukainya.

Namun yang menjadi ganjalan, bukan kondisi rumah maupun lingkungan, tapi tata letak ruang yang ada dalam rumah dua lantai tersebut. Terdapat ruang misterius di lantai satu, letaknya antara dapur dan ruang tamu.  B
elakangan malah ditemukan potongan mayat tanpa tangan kiri di dekat rumah tersebut. Seram!

Pasangan yang semula merasa tertarik membeli, meminta bantuan salah satu sahabatnya-dalam kisah ini menjadi narator,  untuk menyelidiki keanehan rumah tersebut. Karena merasa kurang paham  dunai arsitektur, ia meminta bantuan seorang arsitek bernama Kurihara-san, yang juga menyukai hal-hal berbau horor. 
https://www.goodreads.com/
book/show/199172713

Desain rumah yang aneh serta ditemukannya potongan tubuh manusia, menjadi inti kisah dalam buku ini. Kenapa desain rumah dibuat seperti itu? Apa manfaatnya? Kenapa penghuni rumah sebelumnya pergi begitu saja tanpa pemberitahuan? Siapa sosok anak laki-laki berwajah pucat yang dilihat tetangga  berdiri di jendela rumah?

Buku yang terdiri dari  4 bab ini menawarkan kisah yang disampaikan dengan cara unik. Bab pertama berjudul Rumah Aneh serta kedua-Denah Tak Lazim,  berkisah tentang desain rumah yang tak lazim.

Bab ketiga-Tata Letak Ruang dalam Ingatan, serta bab keempat, Keluarga yang Tebelenggu, mengisahkan tentang alasan mengapa desain rumah tersebut aneh, Termasuk jawaban misteri terkait kehidupan penghuni rumah tersebut.

Nyaris pada tiap halamannya tertera denah rumah, sehingga pembaca bisa berimajinasi.  Ditambah dengan semacam dialog antara narator-disebut aku,  dengan beberapa tokoh, membuat buku ini menjadi lebih cepat selesai dibaca dari yang saya perkirakan. 
https://www.goodreads.com/
book/show/62898936

Obrolan antara Aku dan Kurihara-san, misalnya, membuat pembaca berimajinasi tentang apa sebenarnya manfaat ruangan yang tak lazim dalam rumah itu, serta alasannya dibuat. 

Rasanya seru juga jika dalam dunia nyata ada 2 orang yang bisa dengan santai asyik bercakap-cakap tentang misteri seperti mereka berdua.

Dari awal, jika dicermati, penulis sudah memberikan petunjuk mengenai kegunaan ruang misterius yang ada di rumah itu. Sayangnya, saya malah mengira itu hanyalah imajinasi liar dari percakapan Aku dan Aku dan Kurihara-san.

Secara keseluruhan, buku ini menarik untuk dibaca, terutama bagi para menikmat kisah misteri. Jika teman-teman menyukai Conan dan Kindaichi, anggap saja ini salah satu modifikasi kisah mereka. Entah kenapa, saya menganggapnya sebagai Misteri Pembunuhan Ruangan tertutup, padahal tidak ada yang dibunuh di dalam ruangan he he he. 

Meski demikian,  gabungan antara cara penulis merangkai kata, dan imajinasi yang ditawarkan membuat pembaca mengharapkan jawaban atas misteri yang tidak biasa. 

Apalagi ketika terjadi ditemukan sebuah rumah dengan disain yang nyaris serupa, memiliki ruangan misterius. Misteri semakin berkembang, apakah kedua rumah tersebut berkaitan sama dengan lainnya?

https://www.goodreads.com/
book/show/156723825
Sayangnya jawaban atas semua misteri terlalu sederhana dan agak tak masuk akal. Tapi mungkin saja di Jepang-tempat novel ini berasal, hal tersebut umum terjadi. Padahal imajinasi saya terkait rumah yang dibuat dengan tata letak tak lazim ini sudah berkembang liar. 

Pada beberapa bagian, sepertinya misteri yang ada belum dipecahkan secara tuntas. Entah karena penulis sengaja membiarkan pembaca menemukan jawaban berdasarkan imajinasinya sendiri, atau memang dianggap tidak perlu untuk dibahas kembali.

Kadang, kepercayaan pada suatu hal melekat begitu kuat dalam benak seseorang. Jika sudah begitu, ia akan melakukan hal apa saja yang dirasa perlu atas nama keyakinan. Meski hal tersebut membahayakan nyawa orang lain, dan sangat tidak masuk akal. Begitukah kehidupan.

Sumber gambar:
https://www.goodreads.com




























Selasa, 16 Januari 2024

2024:#1: Kisah Pak Tua Pengantar Buku Dan Gadis Kecil Bermantel Kuning

Judul asli: Door-to-Door Bookstore
Penulis: Carsten Henn
Penerjemah: Berliani M. Nugrahani
Penyunting: Jia Effendie
ISBN: 9786026486998
Halaman: 302
Cetakan: Pertama-Oktober 2023
Penerbit: BACA
Harga: Rp 99.000
Rating: 4.5/5

Juru Antar Buku tanpa buku yang diantar dan kaki berjalan sungguh tidak bermakna
-Door to Door Bookstore, hal 270-

Para penikmat buku dari sebuah  kota yang terletak di selatan Jerman, mengenal sosok Carl Kollhoff, pria berusia 72 tahun yang mengenakan pakaian hijau dan topi kain, sebagai seorang Juru Antar Buku.

Setiap pukul 7 malam, setelah Toko Buku Gerbang Kota tutup, ia akan memulai patroli mengantarkan buku-buku pesanan dengan berjalan kaki mengelilingi kota.

Para pelanggan yang memesan buku sangat menikmati buku yang direkomendasikan oleh Carl. Mereka juga orang-orang yang dengan berbagai alasan tidak ingin meninggalkan rumahnya. Kehadiran Carl merupakan satu-satunya penghubung dengan dunia luar. 
Tanpa ada yang tahu, Carl memberi nama julukan bagi tiap pelanggannya sesuai dengan nama tokoh dari buku yang ia anggap sesuai karakter pelanggannya.

Suster Maria Hildegard merupakan salah satu pelanggannya. Ia adalah penghuni terakhir di biara. Setelah 519 tahun berdiri, Vatikan memutuskan agar  Ordo Benediktin dibubarkan, Suster Maria menolak untuk meninggalkan biara.  

Pihak  keuskupan telah melakukan berbagai upaya. Undang-undang gerejawi melarang adanya gusuran secara paksa, namun jika Suster Maria keluar atas kemauannya sendiri, ia tak bisa masuk kembali. Karena tak berani menanggung risiko,  alih-alih pergi ke toko buku,  Suster Maria memesan buku dengan mempergunakan jasa carl.
https://www.goodreads.com/
book/show/62016445

Carl bisa dikatakan menjalani kehidupan dengan bahagia. Ia menjalani hari-hari dengan melakukan hal-hal yang ia sukai. Bagi banyak orang, mungkin apa yang ia kerjakan tidaklah penting, layanan yang ia berikan dianggap tidak berguna dan sudah ketinggalan zaman, setidaknya begitu menurut Sabine Gruber-pemilik toko buku tempat Carl bekerja.

Begitulah  kehidupan, kadang terjadi perubahan yang tak terduga membawa perubahan dalam kehidupan. Suatu ketika, saat sedang menjalankan rutinitas mengantar buku, Carl bertemu dengan seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang mengaku bernama Schascha, Tanpa alasan yang jelas, ia  bersikeras menemani Carl dalam mengantar buku.

Sepanjang perjalanan, Schascha banyak bertanya, sehingga membuat Carl mulai memikirkan banyak hal yang selama ini tak pernah ia pikirkan. Semula  ia merasa khawatir pelanggannya akan terganggu dengan kehadiran Schascha. Sekarang  Carl justru  merindukan keberadaan Schascha. 
Aku juga mengantarkan buku-buku yang tidak kusukai, atau yang tidak berkesan bagiku. Kau tahu, tidak semua buku cocok untuk semua orang. Tapi bahkan buku terbodoh pun bisa mematik pemikiran. Sedikit kebodohan tidak akan  membahayakan. Kau hanya perlu memastikan bahwa kebodohan iti tidak lepas kendali dan tersebar
-hal 160-
Pada akhirnya, Carl memang harus kehilangan banyak hal. Sahabatnya sekaligus mantan pemilik buku tempat ia bekerja, koleksi bukunya, hingga tugas  sebagai Jasa Antar buku.  Bahkan Schascha juga sempat mengilang sehingga membuat Carl kebingungan mencarinya.  Sebagai penggila buku, membaca bagian ini sungguh membuat hati terasa pedih.

Saya teringat ketika memutuskan keluar dari perpustakaan tempat saya bekerja lebih dari 10 tahun. Meninggalkan tempat kerja impian walau untuk sebuah mimpi yang lebih besar, tetap saja menorehkan luka di hati.

Syukurlah, semuanya berakhir baik bagi Carl. Ia mendapatkan banyak dukungan dari banyak pihak untuk dapat melakukan sesuatu yang membuatnya kembali bersemangat hidup. Dan semuanya berkat campur tangan Schascha.
https://www.goodreads.com/
book/show/59593827

Buku setebal 302 halaman ini tak hanya berkisah tentang bagaimana Carl menjalani hari-hari sebagai seorang Juru Antar Buku, namun juga menceritakan perkembangan karakter tokoh lain. Serta banyak yang bisa dijadikan bahan diskusi dengan sesama penggila buku.

Misalnya bagaimana Suster Maria pada akhirnya memutuskan meninggalkan biara atas nama kemanusian demi menolong seorang istri yang berulang kali mengalami KDRT, atau tentang seorang pemalu  bersuara merdu yang mendadak menjadi mampu bicara di hadapan khalayak ramai.

Bahkan pembaca juga bisa mengetahui mengapa Sabine Gruber selama ini selalu bersikap seolah-olah berusaha menjauhkan Carl dari ayahnya, hingga tidak memberi izin Carl untuk datang ke pemakaman sang ayah. 

Seandainya saya adalah Sabine Gruber, mungkin saja saya akan berbuat hal serupa setelah mengetahui dan mencoba memahami alasannya berbuat demikian pada Carl. Kadang kita bisa terkejut jika mengetahui bagaimana sesungguhnya isi hati seseorang.

Membaca kalimat yang tertera di halaman 19, membuat saya teringat perdebatan yang lumayan sering terjadi antara penggemar buku fisik dengan buku digital.
Buku cetak adalah sarana terbaik untuk mengabadikan pikiran dan cerita, menjaganya agar tetap segar hingga berabad-abad.
Bagi saya pribadi, semuanya tergantung pada individu masing-masing. Saya lebih memilih buku cetak karena merasa lebih nyaman, terutama ketika harus memberi tanda pada hal-hal yang dirasa penting.

Seperti yang dirasakan oleh Carl, dia mendapatkan kenyamanan dengan menyapukan ujung jemarinya di kertas dan dengan lembut membolak-balik lembarannya. Mungkin suatu saat saya juga akan sama sukanya dengan buku digital, siapa tahu? 

Atau percakapan antara Carl dengan Gustav  Gruber,  mantan atasannya. Menurut Gustav, banyak membaca tidak akan membuat seseorang menjadi intelektual. Banyak yang menganggap bahwa membaca buku tertentu akan memingkatkan intelektual seseorang. 

Bagi saya, membaca apa saja akan membawa dampak baik bagi diri kita. Bahkan membaca komik dan novel sekalipun. Karena dalam setiap bacaan pasti ada hal positif yang bisa kita ambil hikmahnya.

Dalam buku ini, Carl  menggolongkan pembaca  menjadi 3 golongan,  kelinci, kura-kura, dan ikan.  Golongan ikan adalah pembaca yang membiarkan dirinya terseret arus buku, dengan laju cepat dan santai. 

Kelinci adalah pembaca cepat, sigap melalap isi buku, namun dalam waktu singkat melupakan apa yang mereka baca beberapa halaman sebelumnya dan terus-menerus membalik halaman ke belakang untuk mengingat apa yang telah dibaca sebelumnya.

Sementara kura-kura juga membaca ulang halaman yang sudah lewat karena mereka membaca begitu lambat, dan membutuhkan waktu bulanan untuk menamatkan sebuah buku
https://www.goodreads.com/
book/show/62016445

Hem..., saya sepertinya adalah pembaca ikan. Namun jika buku yang saya baca ternyata kurang menarik (padahal awalnya saya begitu antusias membaca), saya bisa berubah menjadi kelinci atau ikan. Bagaimana dengan Anda?

Penulis kisah ini, memasukan Trio Detektif dan Lima sekawan dalam sebuah paragraf di halaman 272. Hanya sebuah paragraf namun mampu membangkitan memori masa kecil. Dalam situasi seperti yang  dialami Schascha, saya sepertinya juga akan bertindak hal yang sama.

Agak terkejut juga menemukan kalimat ini di halaman 30, "Saya membawakan buku barAndatuk Anda."  Saya menyakini ini adalah kesalahan ketika melakukan setting untuk dicetak, maafkan saya kurang tahu apa istilahnya. Karena tak mungkin sekelas Mbak Ian dan Sis Jia bisa melewatkan hal seperti ini. Terpaksa menurunkan 0,5 poin. 

Buku ini sangat cocok untuk dibaca dan menjadi koleksi mereka yang menyukai buku dengan tema buku, juga para penggila buku. Cocok juga dihadiahkan bagi mereka yang baru mulai tertarik untuk membaca. 

Untuk urusan kover, saya agak kurang suka dengan jaket buku. karena sosok Carl digambarkan menggunakan baju biru (entah kalau itu dianggap hijau). Pada kover, lebih mendekati imajinasi saya tentang Carl dan Schascha, terpenting lebih mendekati narasi yang ada dalam buku.

Saya sangat sepakat dengan kalimat pembuka dan juga yang tertera pada akhir buku, karena buku memerlukan seseorang untuk menunjukkan jalan. Mari berterima kasih pada mereka yang sudah membuat buku ini bisa berada dalam rak buku kita.

Sumber Gambar:
https://www.goodreads.com