Minggu, 07 Desember 2025

2025#23: Perjalanan Pelesir ke Tanah Jawa

Penulis:Thomas H. Reid
Penerjemah: Bagus Dwi Hananto
ISBN: 9786238108930
Halaman:108
Cetakan: Pertama-2025
Penerbit: IRCiSoD
Harga: Rp 50.000
Rating:4.75/5

Sepengalaman kami, Jawa adalah negeri dengan biaya termurah yang pernah kami kunjungi. Hotel-hotel di sana lebih unggul ketimbang penginapan-penginapan di pelosok Jepang
-hal 97-

Satu lagi buku yang menceritakan tentang pengalaman  perjalanan di tanah air dari sudut pandang orang asing. Setelah sebelumnya saya membaca   Dari Hutan ke Jawa: Kesan-Kesan Kecil Penjelajahan Singkat di Hindia-Belanda serta Jawa Tempo Dulu:Sejumput Catatan Sejarah

Perbedaan utama dibandingkan kedua buku yang lain adalah adanya  foto-foto dalam buku ini. Sehingga pembaca bisa lebih mendapatkan infomasi bagaimana kondisi saat itu.Walau beberapa foto terlihat kurang memadai, namun tidak mengurangi informasi yang disampaikan.

Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari 11 bab. Mulai dari Kesan Pertama Batavia, Surga Ahli Botani di Bogor, Peninggalan Hindu di Jawa Tengah, Petirahan di Jawa Timur, hingga Hotel dan Fasilitas Perjalanan

Perjalanan yang dilakukan sekitar tahun 1907 dicatat dengan tujuan memberikan semacam informasi bagi siapa saja yang ingin menyambangi Koloni Belanda kala itu.  Pelancong bisa mengikuti rute yang direkomendasikan dalam buku tersebut, menyusuri pulau selama 2-3 minggu, dari barat ke timur. 

Penulis tak sungkan melontarkan pujian tentang keindahan alam dan arkelogi yang ada. Tak hanya itu, Reid bahkan dengan berani memuji pola manajemen Belanda yang lebih efisien dibandingkan pelabuhan Inggris.

Pada beberapa bagian, Reid juga memuji pelayanan yang diberikan. Dengan pelayanan seperti itu, harga hotel menjadi murah, terutama jika dibandingkan dengan negara Asia lain yang pernah ia kunjungi. Keramahan penduduk lokal membuat layanan yang diberikan semakin memiliki nilai tambah.

Sesuai dengan judul bab, Surga Ahli Botani di Bogor berisi paparan tentang keindahan Kebun Raya Bogor dengan koleksi tanaman yang ada. Selain itu, disebutkan juga tentang 5 kebun pegunungan tempat  percobaan dilakukan. Ada di Cipanas, Cibodas, Cibeureum, Kadang Bodoh, serta di puncak Gunung Pangarango. 

Jadi penasaran, saat ini yang dikenal masyarakat umum adalah Kebun Raya Cibodas yang terletak di  Kompleks Hutan Gunung Gede dan Gunung Pangrango, Desa Cimacan, Cipanas. Apakah kebun itu yang dimasud, atau dulu hanya berupa kebun-kebun yang terpisah kemudian dijadikan satu. Entah. 

Reid juga mengunjungi Borobudur dan Prambanan. Perlu diingat, ia berkunjung pada tahun 1907 dimana saat itu Borobudur baru mulai dipugar, sehingga belum bisa menyajikan keindahan seperti saat ini.  Candi Prambanan serta Candi Kalasan juga menjadi tujuan Reid. 

Batik dan keris juga diulas, tepatnya pada Bab 8: Masyarakat dan Industri Jawa Tengah.  Dari warna pakaian yang berbeda tiap daerah, hingga kebiasaan membawa keris atau senjata lainnya, padahal mereka dikenal sebagai masyarakat yang cintai damai.

Buku yang menarik!
Bagi saya, apa yang disampaikan penulis membuat rasa ingin tahu pada tempat-tempat yang disebutkan dalam buku. Entah masih ada atau tidak, setidaknya tempat-tempat tersebut meninggalkan kesan luar biasa bagi para pengunjung.

Bagi mereka yang menyukai bacaan terkait perjalanan/treveling, direkomendasikan membaca buku ini. Demikian juga mereka yang bersinggungan dengan dunia pariwisata, apa yang tertera dalam buku ini bisa menjadi informasi untuk mengetahui bagaimana pengelolaan pariwisata pada tahun 1907-an. Penyuka bacaan sosiologi, bisa mendapatkan informasi mengenai kehidupan sosial di tahun 1907. 

Sekedar iseng, berkunjung ke laman goodreads dan menemukan sudah ada 26 versi buku ini, 27 dengan versi Bahasa Indonesia. Semoga makin banyak yang bisa membacanya, sekaligus jadi sarana promosi tak langsung bagi Pulau Jawa.










.